***
"Siapa?" Sambil beringsut secara perlahan, pertanyaan tersebut meluncur dari mulut Dayana setelah suara ketukan terdengar dari pintu. Tak pergi bekerja, siang ini dia menetap di kost setelah pagi tadi morning sickness parah dialaminya. Awalnya Dayana berniat untuk tetap bekerja. Namun, larangan dari Zerga yang pagi sekali sudah menghubunginya membuat dia manut pada perintah pria itu. Brak! Brak! Brak! Bukan lagi ketukan, selanjutnya yang Dayana dengar di pintu adalah sebuah tepukan kasar sehingga sambil menahan rasa tak nyaman di perut, dia kembali buka suara. "Iya, sebentar!" Berjalan dengan langkah gontai, Dayana membuka pintu kost secara perlahan, kemudian betapa terkejutnya dia setelah di depannya kini berdiri seorang pria yang tak asing lagi. Bukan Zerga yang katanya berjanji akan datang setelah urusan dengan sang orang tua selesai, yang berdiri di depan Dayana justru Ganesh. Pria itu menatap Dayana intens—membuat yang ditatap, dihampiri rasa gugup bahkan takut. "Ganesh…." "Keluar," perintah Ganesh dengan raut wajah yang terlihat begitu dingin. "Ada yang mau saya bicarakan sama kamu." "Tentang apa?" tanya Dayana. Ganesh tak menjawab, pria itu melangkah menuju kursi plastik di teras kost milik Dayana. Duduk tanpa meminta izin, Ganesh membisu di sana—membuat Dayana, memberikan tatapan penuh tanya sebelum kemudian menghampiri. Ikut duduk di kursi kosong, dia kembali bertanya, "Ada apa kamu datang ke sini, Ganesh?" Ketika melontarkan kalimat tersebut, degupan jantung Dayana terasa begitu kencang. Takut bahkan ngeri melihat raut wajah dingin nan judes milik Ganesh. "Gan—" "Maksud kamu apa melibatkan kakak saya dan meminta dia bertanggungjawab?" tanya Ganesh pada akhirnya, sambil menoleh kemudian memandang Dayana. "Kemarin-kemarin kamu minta pertanggungjawaban sama saya, sekarang ke kakak saya. Maksudnya apa? Mau mempermainkan keluarga saya?" Tak langsung menimpali, Dayana menatap dulu Ganesh hingga pria tampan dengan julukan selebgram cassanova tersebut kembali buka suara. "Jawab, Dayana! Punya mulut, kan, kamu?" Dayana meringis tatkala rasa takut menghampiri, sebelum kemudian dengan sangat hati-hati dia menjawab, "Aku nggak minta Kakak kamu bertanggungjawab, Ganesh, tapi dia sendiri yang nawarin." "Nawarin?" tanya Ganesh dengan kedua mata yang memicing. "Kamu pikir jawaban kamu itu masuk akal, hah? Zerga bahkan nggak akrab sama kamu. Jadi mana mungkin dia nawarin!" Terkejut setelah mendengar informasi dari sang ibu, Ganesh bertindak setelah pekerjaannya selesai. Tak mau sang saudara kembar dimanfaatkan Dayana, tujuan pria itu datang tentu saja untuk memperingatkan sang mantan manajer karena tanpa bukti apa pun, Ganesh yakin Zerga tak pernah melakukan apa pun terhadap gadis di sampingnya itu. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa tanya Kak Zerga," jawab Dayana. "Aku sama sekali nggak minta dia tanggung jawab, karena anak yang aku kandung bukan anak dia. Satu-satunya orang yang aku mintain tanggung jawab cuman kamu, karena kamu ayah dari anak di perut aku. Kamu yang nidurin aku dan ka—" "Stop!" ujar Ganesh dengan rahang yang tiba-tiba saja mengeras. "Berhenti ngaku-ngaku, karena sampai kapan pun saya nggak akan percaya. Saya yakin anak yang kamu kandung anak orang lain dan—" "Jangan ikut campur urusan orang kalau gitu." Belum selesai Ganesh bicara, sebuah ucapan lebih dulu terdengar dari arah gerbang, membuat atensi keduanya beralih. Ganesh beranjak lalu dengan wajah yang masih diselimuti emosi, dia buka suara. "Bang," panggil Ganesh pada pria berkemeja biru yang datang tanpa permisi. "Kamu nggak mau tanggung jawab atas bayi yang Dayana kandung, kan?" tanya Zerga dengan raut wajah serius. "Kalau gitu biarin Abang yang tanggung jawab. Abang nikahin dia terus Abang akui anaknya. Kamu jangan ikut campur." "Bayi yang Dayana kandung bukan anak Abang," ucap Ganesh sambil mendekat ke arah sang saudara kembar. "Abang nggak ada kewajiban buat tanggung jawab karena—" "Kamu yang tanggung jawab kalau gitu," potong Zerga, membuat Ganesh menatapnya intens. "Abang tahu Dayana dan dia nggak mungkin bohong sama ucapannya. Selain itu, Dayana juga punya bukti. Jadi kalau kamu nggak mau abang nikahin Dayana, kamu yang nikahin dia. Tanggung jawab untuk yang kamu lakuin." "Aku nggak pernah nidurin Dayana, Bang!" desah Ganesh dengan intonasi bicara yang sedikit meninggi. "Abang jangan mudah ditipu—" Plak! Belum selesai Ganesh bicara, tamparan diberikan Zerga untuk saudara kembar sekaligus adiknya itu—membuat yang ditampar, dilanda keterkejutan. "Abang nampar aku?" "Abang nyadarin kamu lebih tepatnya," kata Zerga dengan raut wajah tak kalah serius. "Dayana punya bukti kalau kamu nidurin dia dan abang udah lihat buktinya. Abang percaya Dayana. Jadi kalau kamu masih ngerasa laki-laki. Tanggung jawab." "Aku punya pacar, Bang," ucap Ganesh. "Aku nggak bis—" "Jangan ganggu rencana abang buat tanggung jawab kalau gitu," potong Zerga lagi. "Pilihannya dua. Kamu yang nikahin Dayana atau abang yang lakuin itu. Mau yang mana?" Tak menjawab, Ganesh membisu dengan netra yang tertuju pada sang kakak yang usianya lebih tua beberapa menit tersebut. Selama beberapa detik suasana hening sampai akhirnya Zerga buka suara. "Kenapa diam, Adiasta Ganesh?" tanya Zerga. "Jawab. Kamu mau opsi pertama apa opsi kedua?"“Kak, aku udah siap.” Dengan penampilan yang lebih rapi dari sebelumnya, Dayana memanggil Zerga. Perdebatan bersama Ganesh sudah usai beberapa saat yang lalu. Pria itu tetap tidak mau bertanggungjawab. Kasihan melihat Dayana terus memohon, Zerga melanjutkan niat baiknya untuk menikahi perempuan itu. Siang ini, Zerga mengajak Dayana ke rumah untuk menemui orang tuanya. “Cantik,” puji Zerga melihat penampilan Dayana. “Masih mual enggak?” “Enggak terlalu, Kak,” ucap Dayana dengan senyuman yang canggung. “Kakak bawa mobil?” “Iya di depan,” sahut Zerga sekenanya. “Ayo. Orang tua saya sudah nungguin kamu.” Lagi, Dayana tersenyum samar. Mengikuti Zerga yang sudah berbalik lebih dulu, pikirannya penuh. Ia masih merasa tak enak pada Zerga. Andai bisa, dia ingin sekali mengubah keputusan. Namun, ketidakmapanan Dayana dalam masalah ekonomi membuat keinginannya maju mundur. “Silakan,” ucap Zerga usai membuka pintu mobil. “A-aku duduk di depan, Kak?” tanya Dayana tergagap.
Zerga melayangkan tatapan tajam, sementara pria di ambang pintu yang tak lain adalah Ganesh, berdiri dengan raut wajah berani. Ada di rumah setelah pergi dari kost Dayana, Ganesh menguping semua pembicaraan. Mencari momen yang tepat, dia keluar dari persembunyian setelah sang papa mengajak Dayana tinggal di rumahnya.Tak mau tinggal serumah dengan gadis itu, Ganesh bertekad menggagalkan rencana kedua orang tuanya. Sekali pun harus berdebat, dia rasanya siap karena tentang Dayana, feelingnya cukup buruk."Maksud kamu apa bicara begitu?" tanya Zerga. "Ada yang minta pendapat kamu memangnya di sini?"Ganesh memasang raut wajah tak acuh. Sambil memasukan kedua tangan ke dalam saku, tatapan angkuh dia berikan pada Dayana sebelum menimpali ucapan sang kakak."Aku salah satu penghuni di rumah ini. Jadi aku berhak berpendapat," jawabnya. Beralih pada Roby, dia berkata, "Lagipula apa enggak takut jadi gunjingan tetangga kalau Dayana tinggal sama kita? Dia dan Bang Zerga enggak ada ikatan apa-
"Ck, tepat enggak ya keputusan yang aku ambil?" Dayana termenung. Dilanda bimbang, dia menimang lagi keputusannya untuk tinggal di kediaman Zerga. Meskipun disambut baik semua orang, Dayana tak tenang karena ada Ganesh yang menolak kehadirannya. Takut menghadirkan huru-hara di dalam keluarga Zerga, Dayana ingin membatalkan keputusan kemarin. Namun, Zerga pasti tak terima karena jika melihat bagaimana pria itu melindunginya, keseriusan Zerga tentang tanggung jawab, begitu nyata. "Takut banget bikin keluarga Kak Zerga enggak akur." Duduk di ujung kasur, Dayana bermonolog. Saat ini dia sedang menunggu jemputan ke rumah Zerga. Jika tak ada halangan, katanya dia akan dijemput pukul delapan pagi. "Tapi kalau mendadak berubah pikiran, Kak Zerga pasti ngedesak buat ta—" Belum selesai Dayana bicara, ponselnya berdering. Ternyata dari Zerga. "Halo, Kak." "Halo, Day, kamu sudah siap kan untuk pindah?" tanya Zerga. "Udah, Kak," jawab Dayana seadanya. "Aku udah kemasi barang-barang, terus
"Ganesh, ayo." Usai memperhatikan Ganesh selama beberapa detik, Dayana mengajak pria itu pergi. Tak lagi takut atau meragukan ucapan pria itu, Dayana percaya setelah Athaya yang dia hubungi berkata jika Ganesh memang diminta untuk menjemputnya. Tak bohong ucapan Zerga, yang akan menjemput Dayana awalnya supir. Namun, karena ada halangan, Athaya meminta sang putra kedua. Dan agar tak terjadi percekcokan, Zerga sengaja tak diberitahu. "Gimana? Percaya?" tanya Ganesh sambil beranjak dari kursi. "Dari tadi aku juga bukan enggak percaya, cuman khawatir aja," kata Dayana, sedikit menekuk wajah agar Ganesh tak mengolok-olok. "Gimana pun hubungan kita enggak baik." "Ya gimana mau baik? Kamu berusaha nipu saya," jawab Ganesh—masih tak menyadari dosanya terhadap Dayana. "Orang lain pun akan lakuin hal serupa kalau ditipu." "Aku enggak pernah nipu kamu," kata Dayana, membela diri. "Ucapanku benar apa adanya, bahkan aku punya bukti, tapi kamu sengaja enggak mau lihat bukti biar bisa nyangka
"Dayana, kamu sudah tidur?" Dayana menoleh usai mendengar suara Zerga dari depan pintu kamar. Tak terus bermain ponsel, dia menyimpan gawainya itu lalu beranjak. Belum lama di sana, Dayana masuk kamar dua puluh menit lalu, setelah sebelumnya makan malam bersama keluarga Zerga—minus Ganesh. "Kak Zerga," panggil Dayana, usai mendapati Zerga di depannya. Tak dengan tangan kosong, pria itu membawa segelas susu coklat. "Ada apa, Kak?" "Susu ibu hamil," kata Zerga, sambil memberikan segelas susu yang dia bawa. "Pas makan, saya lupa kasih tahu. Padahal, udah beli pas pulang kerja." "Buat aku?" tanya Dayana speechless. Terlalu sibuk meminta tanggung jawab, Dayana bahkan tak ingat pada susu ibu hamil yang harus dia minum. "Iya dong, masa buat saya?" tanya Zerga dengan senyuman menghiasi bibir. Hangat, seperti biasa itulah sikap pria itu. "Kan kamu yang hamil." "Ya ampun, Kak, ngerepotin banget," ucap Dayana seraya mengambil alih gelas yang dibalut tisu. "Aku aja enggak kepikiran
"Jadi apa yang mau kamu bicarain? Jangan lama-lama, abang mau tidur." Tak ada basa-basi, Zerga bertanya tanpa permisi. Duduk bersebelahan dengan Ganesh, saat ini mereka berada di balkon kamar, usai dengan suara pelan Ganesh berkata jika yang akan dibicarakan adalah sebuah rahasia. "Dayana." Mendengar nama Dayana disebut, Zerga menoleh spontan. "Mau ngomongin apa tentang dia?" tanyanya. "Kalau soal kamu yang masih enggak setuju Dayana tinggal di sini, abang enggak mau dengar, karena sekeras apa pun kamu menolak, Abang akan tetap biarin dia di rumah mama." "Bukan tentang itu," jawab Ganesh, sedikit mendelik karena kesal terhadap kesoktahuan sang abang. "Tapi tentang hal lain." "Apa?" tanya Zerga, ikut sensitif. "Jangan mutar-mutar." Ganesh menghela napas. "Tentang Dayana yang ngaku ditidurin sama aku, apa bukti yang dia kasih lihat ke abang itu rekaman cctv club?" tanya Ganesh—membuat Zerga mengernyit. "Kalau iya, apa aja yang Dayana lihatin?" Alih-alih menjawab, Zerga just
Lho, kok berhenti, Kak? Mogok ya mobilnya?"Mobil yang dikendarai Zerga tiba-tiba berhenti, Dayana heran. Pagi Ini mereka berniat untuk pergi ke rumah sakit guna memeriksakan kandungan Dayana."Enggak," jawab Zerga. "Saya emang sengaja berhenti dulu di sini. Mau ajak kamu mampir dulu ke taman soalnya."Tak ada obrolan tentang taman sebelum pergi, Dayana mengernyit. "Mendadak banget, Kak?" tanyanya. "Enggak ada sesuatu, kan?"Zerga tersenyum. "Enggak," jawabnya. "Cuman ini ada yang mau ketemu kamu di sana katanya. Ayo turun."Tanpa banyak bertanya, Dayana melepas seatbelt lalu bersama Zerga, dia turun dari mobil. Tak jauh dari pria itu, keduanya berjalan menuju taman, hingga dari jarak beberapa meter, dia melihat pria tak asing duduk di sebuah bangku."Ganesh," panggil Dayana spontan, sebelum menoleh pada Zerga. "Kok ada dia, Kak?""Karena yang mau ketemu kamu, dia," kata Zerga. "Ada yang mau dibicarakan katanya.""Kak ...."Menyadari ketakutan Dayana, Zerga lekas menenangkan. "Saya en
"Apa ada cerita yang ingin dibagi?"Zerga memecah keheningan. Dia dan Dayana kini melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit. Tak ada obrolan, semenjak mobil melaju, dia dan Dayana sibuk dengan pikiran masing-masing."Aku yakin Kak Zerga udah tahu, karena sebelum nemuin aku, Ganesh pasti nemuin Kakak," jawab Dayana.Tak lagi menangis, perasaannya sudah sedikit tenang meskipun sakit yang bersemayam di hati belum sepenuhnya enyah."Maaf karena enggak bisa lakuin apa-apa," kata Zerga, sambil terus mengendalikan kemudi. "Sebagai abang, harusnya saya bisa bikin Ganesh bertanggungjawab terhadap kamu.""Bukan kewajiban Kakak," jawab Dayana. "Ganesh udah dewasa. Jadi harusnya dia punya pemikiran sendiri."Zerga menghela napas pelan."Lagipula perihal tanggung jawab, aku enggak berharap banyak," kata Dayana lagi. "Cuman yang bikin aku sakit hati, dia bilang enggak akan pernah mengakui anaknya. Padahal, di dunia ini ikatan yang paling kuat adalah antara orang tua dan anak."Zerga menoleh sekilas
*** Hari ini semuanya bahagia. Setelah Dayana resmi menjadi istri Ganesh, Rillian ikut mendapat kabar baik setelah tanpa diduga, Zerga tiba-tiba saja melamarnya. Pada Rillian, Zerga berkata jika dirinya sudah mantap untuk membangun hubungan serius bersama perrmpuan itu, sehingga sebelum Rilliian dilirik atau coba direbut pria lain, dengan segera dia mengikatnya. Tidak menjadi rahasia, kabar dilamarnya Rillian langsung sampai ke telinga semua orang sehingga kebahagiaan keluarga besar Roby dan Marcell menjadi dua kali lipat. "Makasih ya, Ga, udah ngelamar aku," ucap Rillian, yang siang ini menikmati semilir angin di rooftoop hotel. Sudah berganti baju, Rillian nampak cantik dengan gaun berwarna peach. Resepsi belum dimulai, dia dan Zerga memutuskan untuk bersantai setelah bersiap-siap, karena ketika pesta resepsi resmi digelar, keduanya mungkin akan sibuk. "Makasih juga karena udah bantu aku menyembuhkan hati," ucap Zerga. "Berkat kamu, aku bisa baik-baik aja kaya sekarang, dan aku
***"Saya terima nikah dan kawinnya Dayana Mezzalura binti Yuda Andriawan, dengan mas kawin seratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai!""Bagaimana saksi, sah?""Sah!""Sah!""Barakallah."Dipimpin penghulu yang pagi ini mendampingi Yuda untuk menikahkan Dayana dan Ganesh, doa dipanjatkan semua orang di dalam ballroom.Hari, minggu, bahkan bulan berganti, acara bahagia Dayana dan Ganesh akhirnya dilaksanakan di sebuah ballroom mewah hotel berbintang.Mengusung pesta dengan tema modern tanpa adat, Dayana tampil cantik dengan kebaya berwarna putih sementara Ganesh gagah dengan setelan jas.Dihadiri keluarga inti, akad nikah dilaksanakan pukul delapan pagi waktu setempat. Tidak langsung resepsi, acara akan dijeda setelah akad selama dua jam, sebelum kemudian dilanjutkan pukul sepuluh pagi.Tidak mengambil jam malam, resepsi sengaja digelar pukul sepuluh sampai tiga sore agar tidak mengganggu jam tidur baby Brian. Berusia dua bulan, bayi tersebut sangat menempel dengan Dayana sehingga k
***Mendengar kabar Rillian celaka, Zerga panik. Langsung pergi dari rumah perempuan itu, dia membawa mobilnya menuju rumah sakit.Mengemudi dengan kecepatan tinggi, Zerga ingin segera sampai untuk memastikan kondisi Rillian. Jika terjadi sesuatu pada perempuan itu, dia tidak akan memaafkan diri sendiri karena Rillian jatuh saat hendak turun untuk menunggu dirinya di lantai bawah.Entah bagaimana kronologi sampai Rillian bisa jatuh di tangga, satpam tidak melihat. Namun, katanya besar dugaan perempuan itu tersandung kaki sendiri."Rillian ...," gumam Zerga di sela kegiatannya mengemudikan mobil. "Semoga enggak ada hal serius, karena kalau sesuatu menimpa dia, aku enggak akan bisa maafin diriku sendiri."Zerga terus merafalkan doa sepanjang perjalanan. Sampai di rumah sakit, dia memarkirkan mobilnya secara asal sebelum kemudian berlari menuju IGD."Zerga," panggil Marcell yang barusaja keluar dari ruang penanganan. "Kamu ke sini karena dikasih tahu satpam ya?""Iya, Om. Mana Rilli?" ta
***"Kebahagiaan mereka lengkap."Zerga tersenyum tipis, sementara layar ponselnya menunjukan sebuah foto dari orang terdekatnya, yaitu; Ganesh dan Dayana.Di akun sosial medianya, Dayana mengunggah foto di depan sebuah mobil bersama Ganesh. Bukan mobil lama, yang difoto adalah mobil baru pemberian Ganesh untuk Dayana.Di caption, Dayana mengucapkan banyak terima kasih untuk Ganesh—membuat hati Zerga sedikit tergores. Meskipun sudah mengikhlaskan Dayana untuk Ganesh, hati kecil Zerga masih sering tersentil melihat kemesraan keduanya, karena jika tidak ada insiden, seharusnya dialah yang kini sedang menikmati kebersamaan dengan ibu kandung baby Brian tersebut."Semoga bahagia selalu, Dayana," ucap Zerga. "Kamu bahagia, saya ikut bahagia."Tidak mau terus terbawa suasana, Zerga hendak menyimpan ponselnya di meja nakas. Namun, sebuah dering yang tiba-tiba saja terdengar membuatnya batal melakukan hal tersebut.Mendapat panggilan dari Rillian, Zerga menjawab, "Halo, Ri.""Udah di rumah, G
***Dua minggu menetap di inkubator, bayi mungil Dayana dan Ganesh akhirnya bisa dibawa pulang. Tidak dijemput oleh banyak orang, yang datang ke rumah sakit hanyalah Dayana dan Ganesh selaku orang tua Baby Brian.Bukan tidak ada yang mengantar, Athaya mau pun Roby sempat menawari ikut ke rumah sakit. Namun, karena merasa sanggup untuk membawa putra mereka berdua saja, para orang tua patuh untuk menunggu."Udah beres, Gan, administrasinya?" tanya Dayana, ketika Ganesh masuk ke dalam mobil."Udah," jawab Ganesh. "Sekarang kita tinggal pulang.""Oke deh.""Si ganteng tidur?" tanya Ganesh, sambil memandang sang putra yang kini berada di pangkuan Dayana."Tidur," ucap Dayana. "Barusan kan sempat rewel gitu, terus aku coba susuin. Eh, dia enggak bingung puting. Jadi keterusan sampai akhirnya tidur. Senang banget aku bisa nyusuin Brian secara langsung."Ganesh tersenyum. "Aku ikut senang dengarnya," ucapnya. "Sekarang mau langsung pulang apa ke mana dulu? Barangkali ada yang mau kamu beli."
***Adiasta Ganesh resmi menjadi seorang ayah.Meskipun diawali tragedi, gelar tersebut berhasil dia sandang. Tanpa duka, Ganesh dan keluarga bisa sepenuhnya bahagia karena meskipun sempat mengalami penurunan kondisi, Dayana bisa bertahan.Dari ruang operasi, bayi laki-laki Dayana yang memiliki berat dua kilogram, dipindahkan ke ruang NICU untuk menjalani perawatan di sana, sementara Dayana? Perempuan itu dibawa menuju kamar rawat presiden suit.Keluar dengan kondisi yang tidak sadar, Dayana menyisakan rasa cemas di hati Ganesh, sampai akhirnya sekitar pukul lima sore, perempuan itu membuka mata."Ganesh ...."Dengan suara pelan, Dayana memanggil Ganesh yang terlelap persis di sampingnya. Tidak ada siapa pun, di kamar rawat hanya ada keduanya setelah beberapa waktu lalu Athaya dan Roby pamit untuk mengambil baju ganti di apartemen.Zerga? Pria itu juga pergi karena sebuah urusan, sehingga yang menjaga Dayana hanyalah Ganesh."Day, akhirnya kamu bangun," ucap Ganesh, dengan kondisi set
***Hari libur Ganesh yang semula tenang, seketika diselimuti kepanikan setelah kabar jatuhnya Dayana, disampaikan Mbak yang selama ini menemani perempuan itu.Lekas ke apartemen, Ganesh mendapati Dayana yang tengah merintih kesakitan, sementara cairan berwarna merah membasahi baju yang perempuan itu pakai.Berusaha tenang meskipun panik, Ganesh membawa Dayana ke rumah sakit terdekat. Mendapat penanganan di IGD, kini Dayana masih berada di dalam, sementara Ganesh menunggu dengan perasaan gelisah."Ya Tuhan, lindungi Dayana dan anakku," ucap Ganesh, penuh permohonan. "Aku tahu, aku bukan orang baik, tapi tolong selamatkan mereka karena aku akan hancur jika terjadi sesuatu pada Dayana mau pun anaknya."Tidak bersama Mbak, Ganesh sendirian di depan IGD. Belum mengabari siapa pun, dia berniat untuk menunggu dulu sampai tahu kondisi Dayana mau pun bayi yang dikandungnya."Keluarga pasien, atas nama Dayana?"Pintu IGD terbuka, Ganesh dengan segera beranjak. "Saya, Dokter," ucapnya. "Saya su
*** Jika kebanyakan ibu hamil mengalami ngidam di trimester pertama kehamilan, maka Dayana berbeda. Lebih banyak tertekan ketika usia kandungannya masih di kisaran satu sampai dua bulan, perempuan itu sering ngidam di trimester ketiga kandungannya. Jika beberapa hari lalu dia mengidam nasi goreng yang dimasak oleh Bima, maka weekend ini keinginan Dayana berbeda lagi. "Bilang jangan ya ke Ganesh?" tanya Dayana, yang masih berbaring di tempat tidur, karena memang jarum jam pun baru sampai di angka tujuh pagi. "Kalau bilang, takut dia enggak ngabulin, tapi kalau enggak bilang, takut juga bayi aku ngeces. Bingung banget." Selama beberapa saat, Dayana sibuk menimang, hingga ketika keinginan di dalam hatinya semakin kuat, dia memberanikan diri untuk menghubungi kekasihnya itu. "Halo, Sayang, morning," sapa Ganesh hangat. "Ada apa?" "Kamu lagi apa?" tanya Dayana. "Aku masih di tempat tidur nih. Males banget mau bangun." "Enggak sakit, kan?" tanya Ganesh. "Aku kebetulan baru sele
***Dua bulan berlalu, usia kandungan Dayana akhirnya sampai di minggu ke tiga puluh. Tidak ada kendala, kehamilan perempuan itu berjalan dengan lancar.Tidak ada masalah, kehidupan Dayana juga perlahan membaik. Selain bisa bersatu dengan Ganesh, hubungannya dengan Zerga berangsur membaik seiring berjalannya waktu."Ganesh mana ya? Janjinya jam setengah lima, tapi belum sampai juga," keluh Dayana, ketika sore ini dia menunggu Ganesh datang menjemput.Waktu pemeriksaan tiba, sore ini Dayana akan mengunjungi rumah sakit untuk check up. Tidak sendiri, dia selalu bersama Ganesh karena sebagai calon suami dan ayah yang baik, Ganesh katanya tidak mau melewatkan satu kali pun pemeriksaan Dayana."Duh, pegal."Bersandar dengan perut yang besar, Dayana dilanda pegal. Mengubah posisi menjadi sedikit menyamping, dia terus menunggu hingga setelah setengah jam terlambat, sosok yang ditunggu datang."Day," panggil Ganesh.Tidak perlu menekan bel, pria itu tahu password apartemen Dayana, sehingga s