Share

3). Menuntut Tanggung Jawab

***

Pertemuan dengan Zerga kemarin membawa sedikit harapan untuk Dayana.

Malam ini, Dayana sudah berada di sebuah taman untuk menemui Ganesh lagi atas bantuan Zerga.

Bukan orang lain, Zerga adalah saudara kembar Ganesh. Setelah bertemu dengan Dayana di kafe kemarin, pria itu bertanya apa yang terjadi, dan Dayana pun menceritakan semuanya.

Tidak seperti Ganesh, Zerga percaya pada Dayana.

Kali ini, Dayana bertekad untuk lebih keras meyakinkan pria itu karena tak ada sedikit pun kebohongan, semua yang dia katakan pada Ganesh, jujur apa adanya.

"Ya Tuhan, semoga kali ini berhasil," gumam Dayana dengan perasaan yang kembali deg-degan. "Gimana pun juga Ganesh yang bikin aku begini. Jadi dia harus tanggung jawab."

Selang beberapa detik setelahnya, dia mendengar sebuah sapaan tak asing—membuatnya dengan segera mengangkat pandangan.

"Selamat ma—kamu lagi?"

Kerutan di kening pria itu seketika terbentuk. Raut wajahnya berubah masam. Sementara Dayana, dengan perasaan tegang yang semakin menggila, dia buka suara.

"Ganesh," panggilnya pelan.

"Jadi ibu hamil yang pengen banget ketemu saya itu, ternyata kamu?" tanya Ganesh. Ia tidak repot-repot menyembunyikan nada tak suka dari suaranya.

Ganesh merasa tertipu karena Zerga hanya berkata jika ada seorang ibu hamil yang mengidam untuk bertemu dengannya.

Karena tak terlalu sibuk, Ganesh mengiyakan permintaan tersebut. Tapi saat mendapati Dayana, rasa kesal langsung datang mengingat pertemuan kemarin berhasil membuatnya dongkol.

"Iya," ucap Dayana sambil beranjak. "Aku mau lanjutin pembahasan kemarin, karena semuanya belum selesai. Aku punya bukti buat ucapanku—"

"Bukti apa?" tanya Ganesh, memotong ucapan Dayana tanpa permisi. "Kamu ini nggak tahu malu ya? Kamu yang hamil, kenapa saya yang direpotkan?”

Belum apa-apa, omelan sudah Dayana dapatkan dari Ganesh. Namun, tak mau menyerah, dia berusaha kuat karena selain untuk dirinya, Dayana harus berjuang pula untuk bayi yang kini dia kandung.

"Kamu nggak ngerasa karena waktu itu kamu lagi mabuk, Ganesh," jelas Dayana, berusaha sabar. "Kamu di bawah pengaruh alkohol jadi—"

"Saya nggak akan tanggung jawab!" ujar Ganesh lagi dengan intonasi meninggi, yang berhasil membuat Dayana meringis. "Saya bukan laki-laki polos yang bisa kamu begoin, jadi berhenti bicara omong kosong karena saya nggak akan percaya.”

Perlahan, harapan Dayana mulai pupus.

“Perempuan macam kamu bisa aja kan tidur sama banyak laki-laki? Cuman karena mereka nggak mau tanggung jawab, kamu manfaatin saya karena waktu itu saya lagi mabuk. Bisa, kan, begitu?"

Lagi, hinaan Ganesh lontarkan untuk Dayana. Sampai detik ini dia masih yakin jika perempuan itu hanya mengarang cerita, sehingga sebisa mungkin Ganesh harus bersikap tegas.

"Aku enggak semurahan itu, Ganesh," ucap Dayana dengan suara memelan, pun cairan bening yang mulai menggenang di pelupuk mata. "Aku nggak pernah tidur sama laki-laki manapun selain kamu. Itu pun karena aku dipaksa. Kamu perko—"

"Halah!" potong Ganesh dengan senyuman meremehkan. "Kebanyakan perempuan yang saya kenal ngomongnya juga gitu, tapi buktinya mereka udah tidur sama laki-laki lain. Munafik."

"Jaga ucapan kamu, Ganesh!"

"Cukup. Saya harap ini terakhir kamu coba menipu saya dengan omong kosong kamu itu, Dayana," ucap Ganesh, memberikan peringatan. “Sekali lagi kamu menemui saya, saya benar-benar akan melaporkan kamu ke polisi.”

Kedua tangan Dayana mengepal dengan bibir saling terkatup rapat. Sementara Ganesh berbalik, melengos pergi menuju mobil.

Air mata kembali turun membasahi pipinya ketika mobil Ganesh melaju pergi, meninggalkannya seorang diri.

Perhatian Dayana teralihkan saat ponsel di atas bangku berdering. Dayana mendapati nama Zerga terpampang di layar.

Dayana menarik napas sebelum menerima panggilan itu. "Halo, Kak Zerga."

"Sudah bertemu dengan Ganesh?" tanya Zerga dari seberang sana. Berbeda dengan Ganesh yang selalu sinis setiap kali berbicara dengannya, suara pria itu justru terdengar lembut dan menenangkan. "Tadi saya lihat dia ninggalin rumah."

"Udah, Kak," ucap Dayana apa adanya. "Tapi sama seperti kemarin, dia masih menyangkal. Ganesh bahkan nggak mau lihat buktinya dan sekarang dia pergi gitu aja.”

Suara Dayana bergetar, menahan sakit dan juga amarah yang begitu besar. “Dia lepas tangan dan sekarang aku nggak tahu harus apa. Aku pikir percuma terus nemuin Ganesh karena dia pasti nggak bakalan mau mengakui anak dalam kandunganku."

"Sedikit pun itu dia nggak percaya sama kamu?"

"Enggak, Kak," ucap Dayana, perlahan duduk kembali di bangku yang tersedia di sana. Tubuhnya terasa lemas. "Dia malah ngata-ngatain aku sama seperti kemarin. Padahal, Demi Tuhan, aku belum pernah tidur sama pria manapun selain Ganesh.”

Dayana tahu kalau dia memang perempuan biasa, tapi dia masih punya harga diri. Dia bukan wanita murahan yang suka rela memberikan tubuhnya pada sembarang pria. Kalau tahu ujungnya seperti ini, Dayana akan memilih untuk meninggalkan Ganesh dalam kondisi mabuk.

Selama beberapa saat, hanya keheningan yang menemani Dayana di taman itu. Ia tidak berharap apa pun, dia pikir setelah ini Zerga hanya akan menenangkannya kemudian meminta dia untuk bersabar.

Namun, selanjutnya yang dikatakan Zerga justru berhasil membuat Dayana kaget bukan kepalang.

"Kalau saya yang bertanggungjawab, apa kamu bersedia? Saya siap menikahi kamu dan mengakui anak yang kamu kandung."

Komen (15)
goodnovel comment avatar
Wineu Widiawati
mau aja day ,daripada kamu nanggung sendirian zerga tulus mau tanggung jawab,,daripada berharap pertanggungjawaban si ganesh
goodnovel comment avatar
Wineu Widiawati
liat tuh ganesh kembaran kamu yg mau tanggung jawab kamu yg berbuat sodara kamu yg nanggung jawab mau akui anak itu brengsek kamu ganesh
goodnovel comment avatar
Wineu Widiawati
ih zerga siap bertanggung jawab gentle banget kamu kayak papa kamu, mau tanggung jawab atas perbuatan yang gak kamu lakukan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status