***
Pertemuan dengan Zerga kemarin membawa sedikit harapan untuk Dayana. Malam ini, Dayana sudah berada di sebuah taman untuk menemui Ganesh lagi atas bantuan Zerga. Bukan orang lain, Zerga adalah saudara kembar Ganesh. Setelah bertemu dengan Dayana di kafe kemarin, pria itu bertanya apa yang terjadi, dan Dayana pun menceritakan semuanya. Tidak seperti Ganesh, Zerga percaya pada Dayana. Kali ini, Dayana bertekad untuk lebih keras meyakinkan pria itu karena tak ada sedikit pun kebohongan, semua yang dia katakan pada Ganesh, jujur apa adanya. "Ya Tuhan, semoga kali ini berhasil," gumam Dayana dengan perasaan yang kembali deg-degan. "Gimana pun juga Ganesh yang bikin aku begini. Jadi dia harus tanggung jawab." Selang beberapa detik setelahnya, dia mendengar sebuah sapaan tak asing—membuatnya dengan segera mengangkat pandangan. "Selamat ma—kamu lagi?" Kerutan di kening pria itu seketika terbentuk. Raut wajahnya berubah masam. Sementara Dayana, dengan perasaan tegang yang semakin menggila, dia buka suara. "Ganesh," panggilnya pelan. "Jadi ibu hamil yang pengen banget ketemu saya itu, ternyata kamu?" tanya Ganesh. Ia tidak repot-repot menyembunyikan nada tak suka dari suaranya. Ganesh merasa tertipu karena Zerga hanya berkata jika ada seorang ibu hamil yang mengidam untuk bertemu dengannya. Karena tak terlalu sibuk, Ganesh mengiyakan permintaan tersebut. Tapi saat mendapati Dayana, rasa kesal langsung datang mengingat pertemuan kemarin berhasil membuatnya dongkol. "Iya," ucap Dayana sambil beranjak. "Aku mau lanjutin pembahasan kemarin, karena semuanya belum selesai. Aku punya bukti buat ucapanku—" "Bukti apa?" tanya Ganesh, memotong ucapan Dayana tanpa permisi. "Kamu ini nggak tahu malu ya? Kamu yang hamil, kenapa saya yang direpotkan?” Belum apa-apa, omelan sudah Dayana dapatkan dari Ganesh. Namun, tak mau menyerah, dia berusaha kuat karena selain untuk dirinya, Dayana harus berjuang pula untuk bayi yang kini dia kandung. "Kamu nggak ngerasa karena waktu itu kamu lagi mabuk, Ganesh," jelas Dayana, berusaha sabar. "Kamu di bawah pengaruh alkohol jadi—" "Saya nggak akan tanggung jawab!" ujar Ganesh lagi dengan intonasi meninggi, yang berhasil membuat Dayana meringis. "Saya bukan laki-laki polos yang bisa kamu begoin, jadi berhenti bicara omong kosong karena saya nggak akan percaya.” Perlahan, harapan Dayana mulai pupus. “Perempuan macam kamu bisa aja kan tidur sama banyak laki-laki? Cuman karena mereka nggak mau tanggung jawab, kamu manfaatin saya karena waktu itu saya lagi mabuk. Bisa, kan, begitu?" Lagi, hinaan Ganesh lontarkan untuk Dayana. Sampai detik ini dia masih yakin jika perempuan itu hanya mengarang cerita, sehingga sebisa mungkin Ganesh harus bersikap tegas. "Aku enggak semurahan itu, Ganesh," ucap Dayana dengan suara memelan, pun cairan bening yang mulai menggenang di pelupuk mata. "Aku nggak pernah tidur sama laki-laki manapun selain kamu. Itu pun karena aku dipaksa. Kamu perko—" "Halah!" potong Ganesh dengan senyuman meremehkan. "Kebanyakan perempuan yang saya kenal ngomongnya juga gitu, tapi buktinya mereka udah tidur sama laki-laki lain. Munafik." "Jaga ucapan kamu, Ganesh!" "Cukup. Saya harap ini terakhir kamu coba menipu saya dengan omong kosong kamu itu, Dayana," ucap Ganesh, memberikan peringatan. “Sekali lagi kamu menemui saya, saya benar-benar akan melaporkan kamu ke polisi.” Kedua tangan Dayana mengepal dengan bibir saling terkatup rapat. Sementara Ganesh berbalik, melengos pergi menuju mobil. Air mata kembali turun membasahi pipinya ketika mobil Ganesh melaju pergi, meninggalkannya seorang diri. Perhatian Dayana teralihkan saat ponsel di atas bangku berdering. Dayana mendapati nama Zerga terpampang di layar. Dayana menarik napas sebelum menerima panggilan itu. "Halo, Kak Zerga." "Sudah bertemu dengan Ganesh?" tanya Zerga dari seberang sana. Berbeda dengan Ganesh yang selalu sinis setiap kali berbicara dengannya, suara pria itu justru terdengar lembut dan menenangkan. "Tadi saya lihat dia ninggalin rumah." "Udah, Kak," ucap Dayana apa adanya. "Tapi sama seperti kemarin, dia masih menyangkal. Ganesh bahkan nggak mau lihat buktinya dan sekarang dia pergi gitu aja.” Suara Dayana bergetar, menahan sakit dan juga amarah yang begitu besar. “Dia lepas tangan dan sekarang aku nggak tahu harus apa. Aku pikir percuma terus nemuin Ganesh karena dia pasti nggak bakalan mau mengakui anak dalam kandunganku." "Sedikit pun itu dia nggak percaya sama kamu?" "Enggak, Kak," ucap Dayana, perlahan duduk kembali di bangku yang tersedia di sana. Tubuhnya terasa lemas. "Dia malah ngata-ngatain aku sama seperti kemarin. Padahal, Demi Tuhan, aku belum pernah tidur sama pria manapun selain Ganesh.” Dayana tahu kalau dia memang perempuan biasa, tapi dia masih punya harga diri. Dia bukan wanita murahan yang suka rela memberikan tubuhnya pada sembarang pria. Kalau tahu ujungnya seperti ini, Dayana akan memilih untuk meninggalkan Ganesh dalam kondisi mabuk. Selama beberapa saat, hanya keheningan yang menemani Dayana di taman itu. Ia tidak berharap apa pun, dia pikir setelah ini Zerga hanya akan menenangkannya kemudian meminta dia untuk bersabar. Namun, selanjutnya yang dikatakan Zerga justru berhasil membuat Dayana kaget bukan kepalang. "Kalau saya yang bertanggungjawab, apa kamu bersedia? Saya siap menikahi kamu dan mengakui anak yang kamu kandung."***“Dayana, kamu masih di sana?” Suara Zerga kembali terdengar setelah Dayana hanya diam saking terkejutnya. “Y-ya, aku di sini,” sahutnya tergagap.Zerga menghela napas sebelum berkata, “Saya akan tunggu jawaban dari kamu. Saya harap kamu bisa ambil keputusan terbaik,” katanya. Dayana tidak mengatakan apapun. Lidahnya terasa kelu. “Dan satu pesan dari saya; jangan pernah berniat menggugurkan bayi yang kamu kandung, karena janin itu nggak punya salah apa pun. Ayahnya yang salah, karena nggak mau tanggung jawab. Jadi jangan lampiaskan ke makhluk suci yang nggak bisa memilih kapan hadir."Ucapan Zerga terus terngiang hingga beberapa jam kemudian. Dayana berbaring dengan posisi miring di atas kasurnya. Perasaannya campur aduk. Ia gelisah dan bingung harus melakukan apa. Ia tak menyangka Zerga tiba-tiba bersedia untuk bertanggungjawab. Dayana sempat bertanya alasan pria itu mau menikahinya, karena pernikahan adalah sesuatu yang serius. Dan Zerga memberikannya dua alasan, yaitu;Pert
***"Siapa?"Sambil beringsut secara perlahan, pertanyaan tersebut meluncur dari mulut Dayana setelah suara ketukan terdengar dari pintu.Tak pergi bekerja, siang ini dia menetap di kost setelah pagi tadi morning sickness parah dialaminya. Awalnya Dayana berniat untuk tetap bekerja. Namun, larangan dari Zerga yang pagi sekali sudah menghubunginya membuat dia manut pada perintah pria itu.Brak! Brak! Brak!Bukan lagi ketukan, selanjutnya yang Dayana dengar di pintu adalah sebuah tepukan kasar sehingga sambil menahan rasa tak nyaman di perut, dia kembali buka suara."Iya, sebentar!"Berjalan dengan langkah gontai, Dayana membuka pintu kost secara perlahan, kemudian betapa terkejutnya dia setelah di depannya kini berdiri seorang pria yang tak asing lagi.Bukan Zerga yang katanya berjanji akan datang setelah urusan dengan sang orang tua selesai, yang berdiri di depan Dayana justru Ganesh.Pria itu menatap Dayana intens—membuat yang ditatap, dihampiri rasa gugup bahkan takut."Ganesh….""K
“Kak, aku udah siap.” Dengan penampilan yang lebih rapi dari sebelumnya, Dayana memanggil Zerga. Perdebatan bersama Ganesh sudah usai beberapa saat yang lalu. Pria itu tetap tidak mau bertanggungjawab. Kasihan melihat Dayana terus memohon, Zerga melanjutkan niat baiknya untuk menikahi perempuan itu. Siang ini, Zerga mengajak Dayana ke rumah untuk menemui orang tuanya. “Cantik,” puji Zerga melihat penampilan Dayana. “Masih mual enggak?” “Enggak terlalu, Kak,” ucap Dayana dengan senyuman yang canggung. “Kakak bawa mobil?” “Iya di depan,” sahut Zerga sekenanya. “Ayo. Orang tua saya sudah nungguin kamu.” Lagi, Dayana tersenyum samar. Mengikuti Zerga yang sudah berbalik lebih dulu, pikirannya penuh. Ia masih merasa tak enak pada Zerga. Andai bisa, dia ingin sekali mengubah keputusan. Namun, ketidakmapanan Dayana dalam masalah ekonomi membuat keinginannya maju mundur. “Silakan,” ucap Zerga usai membuka pintu mobil. “A-aku duduk di depan, Kak?” tanya Dayana tergagap.
Zerga melayangkan tatapan tajam, sementara pria di ambang pintu yang tak lain adalah Ganesh, berdiri dengan raut wajah berani. Ada di rumah setelah pergi dari kost Dayana, Ganesh menguping semua pembicaraan. Mencari momen yang tepat, dia keluar dari persembunyian setelah sang papa mengajak Dayana tinggal di rumahnya.Tak mau tinggal serumah dengan gadis itu, Ganesh bertekad menggagalkan rencana kedua orang tuanya. Sekali pun harus berdebat, dia rasanya siap karena tentang Dayana, feelingnya cukup buruk."Maksud kamu apa bicara begitu?" tanya Zerga. "Ada yang minta pendapat kamu memangnya di sini?"Ganesh memasang raut wajah tak acuh. Sambil memasukan kedua tangan ke dalam saku, tatapan angkuh dia berikan pada Dayana sebelum menimpali ucapan sang kakak."Aku salah satu penghuni di rumah ini. Jadi aku berhak berpendapat," jawabnya. Beralih pada Roby, dia berkata, "Lagipula apa enggak takut jadi gunjingan tetangga kalau Dayana tinggal sama kita? Dia dan Bang Zerga enggak ada ikatan apa-
"Ck, tepat enggak ya keputusan yang aku ambil?" Dayana termenung. Dilanda bimbang, dia menimang lagi keputusannya untuk tinggal di kediaman Zerga. Meskipun disambut baik semua orang, Dayana tak tenang karena ada Ganesh yang menolak kehadirannya. Takut menghadirkan huru-hara di dalam keluarga Zerga, Dayana ingin membatalkan keputusan kemarin. Namun, Zerga pasti tak terima karena jika melihat bagaimana pria itu melindunginya, keseriusan Zerga tentang tanggung jawab, begitu nyata. "Takut banget bikin keluarga Kak Zerga enggak akur." Duduk di ujung kasur, Dayana bermonolog. Saat ini dia sedang menunggu jemputan ke rumah Zerga. Jika tak ada halangan, katanya dia akan dijemput pukul delapan pagi. "Tapi kalau mendadak berubah pikiran, Kak Zerga pasti ngedesak buat ta—" Belum selesai Dayana bicara, ponselnya berdering. Ternyata dari Zerga. "Halo, Kak." "Halo, Day, kamu sudah siap kan untuk pindah?" tanya Zerga. "Udah, Kak," jawab Dayana seadanya. "Aku udah kemasi barang-barang, terus
"Ganesh, ayo." Usai memperhatikan Ganesh selama beberapa detik, Dayana mengajak pria itu pergi. Tak lagi takut atau meragukan ucapan pria itu, Dayana percaya setelah Athaya yang dia hubungi berkata jika Ganesh memang diminta untuk menjemputnya. Tak bohong ucapan Zerga, yang akan menjemput Dayana awalnya supir. Namun, karena ada halangan, Athaya meminta sang putra kedua. Dan agar tak terjadi percekcokan, Zerga sengaja tak diberitahu. "Gimana? Percaya?" tanya Ganesh sambil beranjak dari kursi. "Dari tadi aku juga bukan enggak percaya, cuman khawatir aja," kata Dayana, sedikit menekuk wajah agar Ganesh tak mengolok-olok. "Gimana pun hubungan kita enggak baik." "Ya gimana mau baik? Kamu berusaha nipu saya," jawab Ganesh—masih tak menyadari dosanya terhadap Dayana. "Orang lain pun akan lakuin hal serupa kalau ditipu." "Aku enggak pernah nipu kamu," kata Dayana, membela diri. "Ucapanku benar apa adanya, bahkan aku punya bukti, tapi kamu sengaja enggak mau lihat bukti biar bisa nyangka
"Dayana, kamu sudah tidur?" Dayana menoleh usai mendengar suara Zerga dari depan pintu kamar. Tak terus bermain ponsel, dia menyimpan gawainya itu lalu beranjak. Belum lama di sana, Dayana masuk kamar dua puluh menit lalu, setelah sebelumnya makan malam bersama keluarga Zerga—minus Ganesh. "Kak Zerga," panggil Dayana, usai mendapati Zerga di depannya. Tak dengan tangan kosong, pria itu membawa segelas susu coklat. "Ada apa, Kak?" "Susu ibu hamil," kata Zerga, sambil memberikan segelas susu yang dia bawa. "Pas makan, saya lupa kasih tahu. Padahal, udah beli pas pulang kerja." "Buat aku?" tanya Dayana speechless. Terlalu sibuk meminta tanggung jawab, Dayana bahkan tak ingat pada susu ibu hamil yang harus dia minum. "Iya dong, masa buat saya?" tanya Zerga dengan senyuman menghiasi bibir. Hangat, seperti biasa itulah sikap pria itu. "Kan kamu yang hamil." "Ya ampun, Kak, ngerepotin banget," ucap Dayana seraya mengambil alih gelas yang dibalut tisu. "Aku aja enggak kepikiran
"Jadi apa yang mau kamu bicarain? Jangan lama-lama, abang mau tidur." Tak ada basa-basi, Zerga bertanya tanpa permisi. Duduk bersebelahan dengan Ganesh, saat ini mereka berada di balkon kamar, usai dengan suara pelan Ganesh berkata jika yang akan dibicarakan adalah sebuah rahasia. "Dayana." Mendengar nama Dayana disebut, Zerga menoleh spontan. "Mau ngomongin apa tentang dia?" tanyanya. "Kalau soal kamu yang masih enggak setuju Dayana tinggal di sini, abang enggak mau dengar, karena sekeras apa pun kamu menolak, Abang akan tetap biarin dia di rumah mama." "Bukan tentang itu," jawab Ganesh, sedikit mendelik karena kesal terhadap kesoktahuan sang abang. "Tapi tentang hal lain." "Apa?" tanya Zerga, ikut sensitif. "Jangan mutar-mutar." Ganesh menghela napas. "Tentang Dayana yang ngaku ditidurin sama aku, apa bukti yang dia kasih lihat ke abang itu rekaman cctv club?" tanya Ganesh—membuat Zerga mengernyit. "Kalau iya, apa aja yang Dayana lihatin?" Alih-alih menjawab, Zerga just
*** Hari ini semuanya bahagia. Setelah Dayana resmi menjadi istri Ganesh, Rillian ikut mendapat kabar baik setelah tanpa diduga, Zerga tiba-tiba saja melamarnya. Pada Rillian, Zerga berkata jika dirinya sudah mantap untuk membangun hubungan serius bersama perrmpuan itu, sehingga sebelum Rilliian dilirik atau coba direbut pria lain, dengan segera dia mengikatnya. Tidak menjadi rahasia, kabar dilamarnya Rillian langsung sampai ke telinga semua orang sehingga kebahagiaan keluarga besar Roby dan Marcell menjadi dua kali lipat. "Makasih ya, Ga, udah ngelamar aku," ucap Rillian, yang siang ini menikmati semilir angin di rooftoop hotel. Sudah berganti baju, Rillian nampak cantik dengan gaun berwarna peach. Resepsi belum dimulai, dia dan Zerga memutuskan untuk bersantai setelah bersiap-siap, karena ketika pesta resepsi resmi digelar, keduanya mungkin akan sibuk. "Makasih juga karena udah bantu aku menyembuhkan hati," ucap Zerga. "Berkat kamu, aku bisa baik-baik aja kaya sekarang, dan aku
***"Saya terima nikah dan kawinnya Dayana Mezzalura binti Yuda Andriawan, dengan mas kawin seratus lima puluh juta rupiah dibayar tunai!""Bagaimana saksi, sah?""Sah!""Sah!""Barakallah."Dipimpin penghulu yang pagi ini mendampingi Yuda untuk menikahkan Dayana dan Ganesh, doa dipanjatkan semua orang di dalam ballroom.Hari, minggu, bahkan bulan berganti, acara bahagia Dayana dan Ganesh akhirnya dilaksanakan di sebuah ballroom mewah hotel berbintang.Mengusung pesta dengan tema modern tanpa adat, Dayana tampil cantik dengan kebaya berwarna putih sementara Ganesh gagah dengan setelan jas.Dihadiri keluarga inti, akad nikah dilaksanakan pukul delapan pagi waktu setempat. Tidak langsung resepsi, acara akan dijeda setelah akad selama dua jam, sebelum kemudian dilanjutkan pukul sepuluh pagi.Tidak mengambil jam malam, resepsi sengaja digelar pukul sepuluh sampai tiga sore agar tidak mengganggu jam tidur baby Brian. Berusia dua bulan, bayi tersebut sangat menempel dengan Dayana sehingga k
***Mendengar kabar Rillian celaka, Zerga panik. Langsung pergi dari rumah perempuan itu, dia membawa mobilnya menuju rumah sakit.Mengemudi dengan kecepatan tinggi, Zerga ingin segera sampai untuk memastikan kondisi Rillian. Jika terjadi sesuatu pada perempuan itu, dia tidak akan memaafkan diri sendiri karena Rillian jatuh saat hendak turun untuk menunggu dirinya di lantai bawah.Entah bagaimana kronologi sampai Rillian bisa jatuh di tangga, satpam tidak melihat. Namun, katanya besar dugaan perempuan itu tersandung kaki sendiri."Rillian ...," gumam Zerga di sela kegiatannya mengemudikan mobil. "Semoga enggak ada hal serius, karena kalau sesuatu menimpa dia, aku enggak akan bisa maafin diriku sendiri."Zerga terus merafalkan doa sepanjang perjalanan. Sampai di rumah sakit, dia memarkirkan mobilnya secara asal sebelum kemudian berlari menuju IGD."Zerga," panggil Marcell yang barusaja keluar dari ruang penanganan. "Kamu ke sini karena dikasih tahu satpam ya?""Iya, Om. Mana Rilli?" ta
***"Kebahagiaan mereka lengkap."Zerga tersenyum tipis, sementara layar ponselnya menunjukan sebuah foto dari orang terdekatnya, yaitu; Ganesh dan Dayana.Di akun sosial medianya, Dayana mengunggah foto di depan sebuah mobil bersama Ganesh. Bukan mobil lama, yang difoto adalah mobil baru pemberian Ganesh untuk Dayana.Di caption, Dayana mengucapkan banyak terima kasih untuk Ganesh—membuat hati Zerga sedikit tergores. Meskipun sudah mengikhlaskan Dayana untuk Ganesh, hati kecil Zerga masih sering tersentil melihat kemesraan keduanya, karena jika tidak ada insiden, seharusnya dialah yang kini sedang menikmati kebersamaan dengan ibu kandung baby Brian tersebut."Semoga bahagia selalu, Dayana," ucap Zerga. "Kamu bahagia, saya ikut bahagia."Tidak mau terus terbawa suasana, Zerga hendak menyimpan ponselnya di meja nakas. Namun, sebuah dering yang tiba-tiba saja terdengar membuatnya batal melakukan hal tersebut.Mendapat panggilan dari Rillian, Zerga menjawab, "Halo, Ri.""Udah di rumah, G
***Dua minggu menetap di inkubator, bayi mungil Dayana dan Ganesh akhirnya bisa dibawa pulang. Tidak dijemput oleh banyak orang, yang datang ke rumah sakit hanyalah Dayana dan Ganesh selaku orang tua Baby Brian.Bukan tidak ada yang mengantar, Athaya mau pun Roby sempat menawari ikut ke rumah sakit. Namun, karena merasa sanggup untuk membawa putra mereka berdua saja, para orang tua patuh untuk menunggu."Udah beres, Gan, administrasinya?" tanya Dayana, ketika Ganesh masuk ke dalam mobil."Udah," jawab Ganesh. "Sekarang kita tinggal pulang.""Oke deh.""Si ganteng tidur?" tanya Ganesh, sambil memandang sang putra yang kini berada di pangkuan Dayana."Tidur," ucap Dayana. "Barusan kan sempat rewel gitu, terus aku coba susuin. Eh, dia enggak bingung puting. Jadi keterusan sampai akhirnya tidur. Senang banget aku bisa nyusuin Brian secara langsung."Ganesh tersenyum. "Aku ikut senang dengarnya," ucapnya. "Sekarang mau langsung pulang apa ke mana dulu? Barangkali ada yang mau kamu beli."
***Adiasta Ganesh resmi menjadi seorang ayah.Meskipun diawali tragedi, gelar tersebut berhasil dia sandang. Tanpa duka, Ganesh dan keluarga bisa sepenuhnya bahagia karena meskipun sempat mengalami penurunan kondisi, Dayana bisa bertahan.Dari ruang operasi, bayi laki-laki Dayana yang memiliki berat dua kilogram, dipindahkan ke ruang NICU untuk menjalani perawatan di sana, sementara Dayana? Perempuan itu dibawa menuju kamar rawat presiden suit.Keluar dengan kondisi yang tidak sadar, Dayana menyisakan rasa cemas di hati Ganesh, sampai akhirnya sekitar pukul lima sore, perempuan itu membuka mata."Ganesh ...."Dengan suara pelan, Dayana memanggil Ganesh yang terlelap persis di sampingnya. Tidak ada siapa pun, di kamar rawat hanya ada keduanya setelah beberapa waktu lalu Athaya dan Roby pamit untuk mengambil baju ganti di apartemen.Zerga? Pria itu juga pergi karena sebuah urusan, sehingga yang menjaga Dayana hanyalah Ganesh."Day, akhirnya kamu bangun," ucap Ganesh, dengan kondisi set
***Hari libur Ganesh yang semula tenang, seketika diselimuti kepanikan setelah kabar jatuhnya Dayana, disampaikan Mbak yang selama ini menemani perempuan itu.Lekas ke apartemen, Ganesh mendapati Dayana yang tengah merintih kesakitan, sementara cairan berwarna merah membasahi baju yang perempuan itu pakai.Berusaha tenang meskipun panik, Ganesh membawa Dayana ke rumah sakit terdekat. Mendapat penanganan di IGD, kini Dayana masih berada di dalam, sementara Ganesh menunggu dengan perasaan gelisah."Ya Tuhan, lindungi Dayana dan anakku," ucap Ganesh, penuh permohonan. "Aku tahu, aku bukan orang baik, tapi tolong selamatkan mereka karena aku akan hancur jika terjadi sesuatu pada Dayana mau pun anaknya."Tidak bersama Mbak, Ganesh sendirian di depan IGD. Belum mengabari siapa pun, dia berniat untuk menunggu dulu sampai tahu kondisi Dayana mau pun bayi yang dikandungnya."Keluarga pasien, atas nama Dayana?"Pintu IGD terbuka, Ganesh dengan segera beranjak. "Saya, Dokter," ucapnya. "Saya su
*** Jika kebanyakan ibu hamil mengalami ngidam di trimester pertama kehamilan, maka Dayana berbeda. Lebih banyak tertekan ketika usia kandungannya masih di kisaran satu sampai dua bulan, perempuan itu sering ngidam di trimester ketiga kandungannya. Jika beberapa hari lalu dia mengidam nasi goreng yang dimasak oleh Bima, maka weekend ini keinginan Dayana berbeda lagi. "Bilang jangan ya ke Ganesh?" tanya Dayana, yang masih berbaring di tempat tidur, karena memang jarum jam pun baru sampai di angka tujuh pagi. "Kalau bilang, takut dia enggak ngabulin, tapi kalau enggak bilang, takut juga bayi aku ngeces. Bingung banget." Selama beberapa saat, Dayana sibuk menimang, hingga ketika keinginan di dalam hatinya semakin kuat, dia memberanikan diri untuk menghubungi kekasihnya itu. "Halo, Sayang, morning," sapa Ganesh hangat. "Ada apa?" "Kamu lagi apa?" tanya Dayana. "Aku masih di tempat tidur nih. Males banget mau bangun." "Enggak sakit, kan?" tanya Ganesh. "Aku kebetulan baru sele
***Dua bulan berlalu, usia kandungan Dayana akhirnya sampai di minggu ke tiga puluh. Tidak ada kendala, kehamilan perempuan itu berjalan dengan lancar.Tidak ada masalah, kehidupan Dayana juga perlahan membaik. Selain bisa bersatu dengan Ganesh, hubungannya dengan Zerga berangsur membaik seiring berjalannya waktu."Ganesh mana ya? Janjinya jam setengah lima, tapi belum sampai juga," keluh Dayana, ketika sore ini dia menunggu Ganesh datang menjemput.Waktu pemeriksaan tiba, sore ini Dayana akan mengunjungi rumah sakit untuk check up. Tidak sendiri, dia selalu bersama Ganesh karena sebagai calon suami dan ayah yang baik, Ganesh katanya tidak mau melewatkan satu kali pun pemeriksaan Dayana."Duh, pegal."Bersandar dengan perut yang besar, Dayana dilanda pegal. Mengubah posisi menjadi sedikit menyamping, dia terus menunggu hingga setelah setengah jam terlambat, sosok yang ditunggu datang."Day," panggil Ganesh.Tidak perlu menekan bel, pria itu tahu password apartemen Dayana, sehingga s