Home / Romansa / Terpaksa Jadi Playboy / Bab 1. Insiden Pagi Buta

Share

Terpaksa Jadi Playboy
Terpaksa Jadi Playboy
Author: WN. Nirwan

Bab 1. Insiden Pagi Buta

Author: WN. Nirwan
last update Last Updated: 2025-03-14 12:02:45

KENZO

“Partyyyy!!! Yeay!!!”

Aku pantas merayakannya. Proyek empat milyar pengadaan bantuan mesin tempel bagi nelayan memang bukanlah apa-apa di mata kerajaan bisnis keluargaku. Bahkan kurasa mungkin sebagian anggota keluarga besarku diam-diam menertawakan aku karena menerima proyek ‘receh’ dari pemerintah setempat.

Namun bagiku yang baru berusia dua puluh tahun dan akan lulus dua tahun lagi, ini adalah pencapaian besar. Sejak mendirikan perusahaan—dengan bantuan orang tuaku, tentu saja—enam bulan silam, aku lebih banyak berkutat dengan proyek pengadaan bernilai kecil, paling tinggi seratusan juta nilainya. Jadi, tentu saja aku merasa senang dan bangga atas pencapaianku. Baru pertama kali ikut lelang, langsung menang dan mendapatkan proyek milyaran. Masih muda, pula.

Siang ini pembayaran dari pemerintah sudah masuk ke rekening perusahaanku. Aku sangat puas karena kerja keras yang dimulai dari mengikuti lelang pengadaan dan menyediakan barang, hingga menyerahkan barang ke pemerintah untuk disalurkan dan menyelesaikan administrasi pencairan yang memakan waktu hingga tiga bulan, terbayar sudah. Aku bahkan tak percaya, aku ternyata mampu melakukan ini semua!

Sekarang, saatnya berpesta. Aku dan tiga orang stafku mengunjungi sebuah night club dan bermaksud merayakan keberhasilan kami hingga pagi menjellang. Pencapaian besar layak mendapatkan penghargaan tinggi pula, bukan?

Kami berpesta dengan liar dengan ditemani wanita-wanita seksi yang hanya ingin ditraktir. Sebab, kami tidak tertarik dengan para hostess yang sudah kami hafal wajah dan penampilannya. Kami ingin wanita yang berbeda, agar pikiran dan tubuh kami kembali segar usai berjibaku selama berbulan-bulan untuk mengadakan proyek sebesar ini.

Aku sendiri tentu saja mendapatkan wanita yang paling cantik dan menarik, sesuai dengan statusku sebagai orang yang membayar kemeriahan pesta di ruang privat malam ini.

Nama wanita itu tidak aku ingat. Mungkin Marcy, Daisy, atau Sherry? Ah, masa bodoh. Yang penting ia bisa membuatku senang.

Tengah malam, satu per satu anak buahku meninggalkan club. Satu orang membawa pulang teman kencannya, dengan dalih mengantarnya pulang. Heh, aku tahu dia mungkin membawa gadis itu ke hotel. Benar-benar buaya.

Dua orang lagi berpisah dengan gadis pesta mereka masing-masing. Kupikir mereka terlalu mabuk untuk meneruskan pesta di tempat lain, jadi aku percaya bahwa mereka pasti benar-benar pulang ke rumah masing-masing.

Tinggallah aku berdua dengan Marcy, Daisy atau Sherry. Tapi rupanya gadis itu tertular para stafku yang sudah meninggalkan club lebih dahulu.

“Kenzo,” kata gadis berambut hitam, panjang dan berkilau itu, “kita pindah, yuk? Aku bosan di sini.”

Boleh juga. Dia ingat namaku tapi aku tidak mau membuang waktu untuk mengingat secuil pun tentang dirinya.

Tapi aku setuju dengannya. Tempat ini jadi membosankan setelah para anak buahku pergi. Maka, aku pun mengajaknya pergi. Mungkin mengajaknya ke hotel dengan mengendarai mobil sport McL*r*n 540* milikku boleh juga….

***

HUSNA

Aku membuka mata. Sudah pukul 02.00. Saatnya mengerjakan pesanan yang aku terima agar dapat diantarkan pagi-pagi sekali sebelum berangkat kerja.

Maka, dengan hati-hati aku beringsut turun dari tempat tidur agar tidak membangunkan adikku, Asma. Gadis empat belas tahun itu menggeliat saat aku sudah menjejakkan kaki di lantai. Kupikir ia akan terbangun. Namun ternyata ia tetap nyenyak.

Aku tersenyum melihat gaya tidurnya yang ‘ajaib’. Lengan kiri terentang sementara lengan kanan ditekuk dengan telapak tangan diletakkan di dada. Posisi kedua kakinya juga sama. Asma jadi terlihat seperti pendekar yang sedang melancarkan serangan udara ke musuhnya.

Setelah puas memandangi adikku yang lucu, aku lalu melangkah pelan meninggalkan kamar kami yang sempit. Pagi ini aku tidak boleh berleha-leha. Ada cuan tambahan yang menanti.

Aku mulai membuat brownies sebanyak dua loyang yang rencananya akan Tiga puluh menit kemudian, aku sudah memasukkan adonan ke dalam oven. Aku lalu melaksanakan salat tahajud.

Pukul 03.30, aku sudah mendinginkan brownies dua loyang yang aku buat dan menyiapkan berbagai bahan untuk digunakan sebagai hiasannya. Kedua brownies itu sengaja aku letakkan di depan sebuah kipas angin agar lebih cepat dingin.

Azan subuh masih lama berkumandang. Kupikir aku juga bisa tidur sebentar sebelum mulai menghias brownies. Maka, setelah memasang alarm di ponselku, aku merebahkan diri di lantai dan mulai menutup mata. Berharap istirahat sejenak bisa memulihkan tenagaku.

Tapi, sepertinya aku tidak bisa tidur nyenyak. Sebab, bunyi di luar kos-kosan membuatku terkejut bukan main.

CKIIIT!!! BRAAKKK!!!

Aku membuka mata dengan jantung yang berdebar kencang. Sejenak bingung, suara keras apa yang kudengar barusan.

Apakah ada kecelakaan? Kalau iya, ini pasti bukan kecelakaan motor. Pasti melibatkan kendaraan yang lebih besar. Mobil.

Masih mengenakan mukena, aku berlari keluar untuk melihat keadaan. Sepertinya aku yang pertama kali keluar karena penghuni kos-kosan lain belum ada yang membuka pintu.

Aku berlari menuju ke jalan besar. Pemandangan yang kulihat membuatku memekik tertahan sambil menutup mulutku dengan tangan.

“Subhanallah!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 2. Si Pembuat Celaka

    KENZOApa yang terjadi? Hal terakhir yang aku ingat adalah aku mendadak menginjak rem di sebuah perempatan. Sebab, ada mobil lain yang melintas di depan mobilku.Selanjutnya, ingatanku masih kabur. Aku memang sempat mendengar bunyi tubrukan yang sangat keras saat mobilku menabrak mobil lain itu. Tapi setelah itu, pandanganku gelap. Aku kira, aku tak sadarkan diri setelah tabrakan itu.Saat aku mulai dapat membuka mataku, aku mendengar bunyi klakson mobil yang memekakkan telinga. Kupastikan bunyi itu bukan berasal dari mobilku. Mungkinkah dari mobil yang kutabrak? Dengan kepala pusing, aku mencoba melihat ke depan, untuk melihat situasi saat ini.Saat mendongak itulah, aku melihat sebuah mobil yang sudah ringsek di bagian sampingnya. Kulihat seseorang di belakang kemudi, tampaknya tak sadarkan diri. Kepalanya terkulai menimpa klakson. Ternyata, dari situlah bunyi klakson itu berasal.Selanjutnya, pandanganku berpindah ke mobilku sendiri. Bagian depan mobilku juga ringsek. Tingkat kerus

    Last Updated : 2025-03-14
  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 3. Penjual Kue

    KENZOSudah tiga bulan berlalu sejak kecelakaan di pagi buta itu. Aku sudah pulih setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Cindy juga sudah dioperasi hingga patah tulang kaki yang ia alami, sudah tertangani. Korban-korban lain, yakni Bang Rano dan supir Papi, juga sudah membaik.Akan tetapi, yang paling aku syukuri adalah keadaan Papi. Beliau kini sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Bahkan, beliau baru saja pulang dari Jepang dengan membawa serta Mami agar Mami tidak marah-marah terus setiap kali melihatku.Mami masih marah padaku. Ya, aku menyadarinya. Ulahku yang mengemudi dalam keadaan mabuk, sudah membawa musibah bagi kami dan orang-orang kami kenal.Setelah pulang dari Jepang, aku belum tahu apakah Mami sudah melupakan kemarahannya padaku atau masih menyimpannya. Aku sendiri hanya bisa diam. Sudah terlalu banyak kekacauan yang aku lakukan hingga membuatku pasrah setiap kali Mami memarahiku.Orang tuaku juga menuntutku untuk ikut memberikan sumbangan yang cukup besar pada pa

    Last Updated : 2025-03-14
  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 4. Supir Keren

    HUSNAAsma tidak sabar menunggu jemputan dari Bu Krisye dan Pak Kenta. Adikku itu pernah mendengar bahwa pasangan suami istri itu adalah pengusaha yang kaya raya, sehingga penasaran dengan kediaman mereka. Dia yakin, dia akan betah tinggal di sana karena kediaman pasangan suami istri itu pastilah menyerupai istana yang megah dan luas.Oleh sebab itu, ia mondar-mandir di teras rumah kontrakan kami. Menunggu dengan tak sabar anak Bu Krisye dan Pak Kenta yang katanya akan menjemput kami.“Kita hanya menginap semalam, bukan mau tinggal di situ selamanya. Itu juga karena rasa terima kasih Bu Krisye dan Pak Kenta karena waktu itu kita menolong Pak Kenta,” kataku mengingatkan adikku yang sedang bersemangat itu.“Ih, Kakak ini. Siapa tahu besok-besok kita malah bisa tinggal selamanya di sana. Kak Husna diangkat jadi anak, terus kita bisa pindah dari sini, deh,” balas Asma, masih yakin dengan khayalannya.“Oke, cukup. Kamu terlalu banyak nonton sinetron. Mana ada orang yang sudah gede kayak Ka

    Last Updated : 2025-03-14
  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 5. Permintaan Bu Krisye

    KENZOHusna ternyata baru berusia sembilan belas tahun, hanya terpaut setahun denganku. Dia dan adiknya adalah gadis-gadis berasal dari keluarga sederhana dan dibesarkan di kota ini.Menurut Mami, mereka berdua adalah anak yatim piatu. Setahun sebelumnya, keduanya kehilangan orang tua dalam kecelakaan tunggal di pinggiran kota.Setelah mengetahui latar belakang kakak-beradik itu, aku mulai memahami maksud Mami dan Papi untuk menolong mereka. Bagaimana pun, aku nyaris mengalami hal yang sama dengan mereka. Bedanya, Papi selamat dalam kecelakaan itu hingga aku tidak perlu kehilangan sosok ayah seperti yang dialami oleh Husna dan adiknya.Apa yang aku ketahui tentang Husna, semuanya berasal dari Mami. Sebab, meskipun kini dia duduk di sebelahku, gadis itu membisu dengan kepala agak menunduk. Mungkin malu atau risih. Atau justru gugup karena baru kali ini naik sedan semewah ini?Di belakang kami, adik Husna, Asma, tak henti-hentinya mengagumi interior mobil yang aku kendarai. Ia sesekali

    Last Updated : 2025-03-14
  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 6. Visi Papi

    KENZOMalam itu, aku tengah melakukan rutinitasku. Berenang bolak-balik di kolam renang standar Olimpiade di kediaman kami untuk menjaga kebugaranku.Sebelum kecelakaan tiga bulan yang lalu, aku bahkan sanggup melakukannya sebanyak dua puluh kali, yakni sama dengan menempuh jarak sepanjang satu kilometer. Namun kini, bisa berenang bolak-balik sebanyak lima kali saja sudah hebat bagiku. Aku memang butuh waktu untuk pulih seperti sedia kala.Saat aku tengah menyelesaikan putaran terakhirku, Papi tampak berjalan mendekati kolam renang. Beliau tidak mengenakan pakaian renang, pertanda hanya ingin menemuiku. Maka, setelah menyelesaikan sesi latihanku, aku bergegas naik untuk menemuinya.Aku lalu mengenakan jubah mandi. Belum sempat mengikatkan talinya, Papi sudah mengatakan sesuatu yang membuat jantungku seolah berhenti mendadak.“Nak, setelah lulus kuliah nanti, kamu langsung menikah, ya. Dengan Husna. Dia calon istri yang cocok buat kamu.”Aku melotot. Aku yakin pendengaranku tidak berma

    Last Updated : 2025-03-14
  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 7 Si Gaun Biru

    KENZO“Papi, Mami, Ken minta waktu untuk mencari sendiri cewek eh, calon istri yang Ken mau. Ken bukannya tidak suka dengan pilihan Mami dan Papi, tapi Ken mau mencari calon istri yang bisa memahami Ken.”“Kamu ‘kan belum kenal Husna dengan baik. Tahu dari mana, dia tidak akan memahamimu?” sahut Papi.“Atau mungkin karena Husna terlalu alim untuk kamu, Nak? Kamu mencari gadis yang bisa diajak bersenang-senang tapi juga mau bekerja, begitu?” sela Mami.Dengan berat hati, aku mengangguk. Membuat Papi dan Mami menatapku dengan tajam, seolah bisa menusuk jantungku.Percakapanku dengan kedua orang tuaku tempo hari melintas lagi di benakku. Hingar bingar musik di club tak lantas membuatku tertarik untuk melantai. Aku masih memikirkan cara, bagaimana menemukan wanit

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 7 Si Gaun Biru

    KENZO“Papi, Mami, Ken minta waktu untuk mencari sendiri cewek eh, calon istri yang Ken mau. Ken bukannya tidak suka dengan pilihan Mami dan Papi, tapi Ken mau mencari calon istri yang bisa memahami Ken.”“Kamu ‘kan belum kenal Husna dengan baik. Tahu dari mana, dia tidak akan memahamimu?” sahut Papi.“Atau mungkin karena Husna terlalu alim untuk kamu, Nak? Kamu mencari gadis yang bisa diajak bersenang-senang tapi juga mau bekerja, begitu?” sela Mami.Dengan berat hati, aku mengangguk. Membuat Papi dan Mami menatapku dengan tajam, seolah bisa menusuk jantungku.Percakapanku dengan kedua orang tuaku tempo hari melintas lagi di benakku. Hingar bingar musik di club tak lantas membuatku tertarik untuk melantai. Aku masih memikirkan cara, bagaimana menemukan wanit

  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 6. Visi Papi

    KENZOMalam itu, aku tengah melakukan rutinitasku. Berenang bolak-balik di kolam renang standar Olimpiade di kediaman kami untuk menjaga kebugaranku.Sebelum kecelakaan tiga bulan yang lalu, aku bahkan sanggup melakukannya sebanyak dua puluh kali, yakni sama dengan menempuh jarak sepanjang satu kilometer. Namun kini, bisa berenang bolak-balik sebanyak lima kali saja sudah hebat bagiku. Aku memang butuh waktu untuk pulih seperti sedia kala.Saat aku tengah menyelesaikan putaran terakhirku, Papi tampak berjalan mendekati kolam renang. Beliau tidak mengenakan pakaian renang, pertanda hanya ingin menemuiku. Maka, setelah menyelesaikan sesi latihanku, aku bergegas naik untuk menemuinya.Aku lalu mengenakan jubah mandi. Belum sempat mengikatkan talinya, Papi sudah mengatakan sesuatu yang membuat jantungku seolah berhenti mendadak.“Nak, setelah lulus kuliah nanti, kamu langsung menikah, ya. Dengan Husna. Dia calon istri yang cocok buat kamu.”Aku melotot. Aku yakin pendengaranku tidak berma

  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 5. Permintaan Bu Krisye

    KENZOHusna ternyata baru berusia sembilan belas tahun, hanya terpaut setahun denganku. Dia dan adiknya adalah gadis-gadis berasal dari keluarga sederhana dan dibesarkan di kota ini.Menurut Mami, mereka berdua adalah anak yatim piatu. Setahun sebelumnya, keduanya kehilangan orang tua dalam kecelakaan tunggal di pinggiran kota.Setelah mengetahui latar belakang kakak-beradik itu, aku mulai memahami maksud Mami dan Papi untuk menolong mereka. Bagaimana pun, aku nyaris mengalami hal yang sama dengan mereka. Bedanya, Papi selamat dalam kecelakaan itu hingga aku tidak perlu kehilangan sosok ayah seperti yang dialami oleh Husna dan adiknya.Apa yang aku ketahui tentang Husna, semuanya berasal dari Mami. Sebab, meskipun kini dia duduk di sebelahku, gadis itu membisu dengan kepala agak menunduk. Mungkin malu atau risih. Atau justru gugup karena baru kali ini naik sedan semewah ini?Di belakang kami, adik Husna, Asma, tak henti-hentinya mengagumi interior mobil yang aku kendarai. Ia sesekali

  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 4. Supir Keren

    HUSNAAsma tidak sabar menunggu jemputan dari Bu Krisye dan Pak Kenta. Adikku itu pernah mendengar bahwa pasangan suami istri itu adalah pengusaha yang kaya raya, sehingga penasaran dengan kediaman mereka. Dia yakin, dia akan betah tinggal di sana karena kediaman pasangan suami istri itu pastilah menyerupai istana yang megah dan luas.Oleh sebab itu, ia mondar-mandir di teras rumah kontrakan kami. Menunggu dengan tak sabar anak Bu Krisye dan Pak Kenta yang katanya akan menjemput kami.“Kita hanya menginap semalam, bukan mau tinggal di situ selamanya. Itu juga karena rasa terima kasih Bu Krisye dan Pak Kenta karena waktu itu kita menolong Pak Kenta,” kataku mengingatkan adikku yang sedang bersemangat itu.“Ih, Kakak ini. Siapa tahu besok-besok kita malah bisa tinggal selamanya di sana. Kak Husna diangkat jadi anak, terus kita bisa pindah dari sini, deh,” balas Asma, masih yakin dengan khayalannya.“Oke, cukup. Kamu terlalu banyak nonton sinetron. Mana ada orang yang sudah gede kayak Ka

  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 3. Penjual Kue

    KENZOSudah tiga bulan berlalu sejak kecelakaan di pagi buta itu. Aku sudah pulih setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Cindy juga sudah dioperasi hingga patah tulang kaki yang ia alami, sudah tertangani. Korban-korban lain, yakni Bang Rano dan supir Papi, juga sudah membaik.Akan tetapi, yang paling aku syukuri adalah keadaan Papi. Beliau kini sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Bahkan, beliau baru saja pulang dari Jepang dengan membawa serta Mami agar Mami tidak marah-marah terus setiap kali melihatku.Mami masih marah padaku. Ya, aku menyadarinya. Ulahku yang mengemudi dalam keadaan mabuk, sudah membawa musibah bagi kami dan orang-orang kami kenal.Setelah pulang dari Jepang, aku belum tahu apakah Mami sudah melupakan kemarahannya padaku atau masih menyimpannya. Aku sendiri hanya bisa diam. Sudah terlalu banyak kekacauan yang aku lakukan hingga membuatku pasrah setiap kali Mami memarahiku.Orang tuaku juga menuntutku untuk ikut memberikan sumbangan yang cukup besar pada pa

  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 2. Si Pembuat Celaka

    KENZOApa yang terjadi? Hal terakhir yang aku ingat adalah aku mendadak menginjak rem di sebuah perempatan. Sebab, ada mobil lain yang melintas di depan mobilku.Selanjutnya, ingatanku masih kabur. Aku memang sempat mendengar bunyi tubrukan yang sangat keras saat mobilku menabrak mobil lain itu. Tapi setelah itu, pandanganku gelap. Aku kira, aku tak sadarkan diri setelah tabrakan itu.Saat aku mulai dapat membuka mataku, aku mendengar bunyi klakson mobil yang memekakkan telinga. Kupastikan bunyi itu bukan berasal dari mobilku. Mungkinkah dari mobil yang kutabrak? Dengan kepala pusing, aku mencoba melihat ke depan, untuk melihat situasi saat ini.Saat mendongak itulah, aku melihat sebuah mobil yang sudah ringsek di bagian sampingnya. Kulihat seseorang di belakang kemudi, tampaknya tak sadarkan diri. Kepalanya terkulai menimpa klakson. Ternyata, dari situlah bunyi klakson itu berasal.Selanjutnya, pandanganku berpindah ke mobilku sendiri. Bagian depan mobilku juga ringsek. Tingkat kerus

  • Terpaksa Jadi Playboy   Bab 1. Insiden Pagi Buta

    KENZO“Partyyyy!!! Yeay!!!”Aku pantas merayakannya. Proyek empat milyar pengadaan bantuan mesin tempel bagi nelayan memang bukanlah apa-apa di mata kerajaan bisnis keluargaku. Bahkan kurasa mungkin sebagian anggota keluarga besarku diam-diam menertawakan aku karena menerima proyek ‘receh’ dari pemerintah setempat.Namun bagiku yang baru berusia dua puluh tahun dan akan lulus dua tahun lagi, ini adalah pencapaian besar. Sejak mendirikan perusahaan—dengan bantuan orang tuaku, tentu saja—enam bulan silam, aku lebih banyak berkutat dengan proyek pengadaan bernilai kecil, paling tinggi seratusan juta nilainya. Jadi, tentu saja aku merasa senang dan bangga atas pencapaianku. Baru pertama kali ikut lelang, langsung menang dan mendapatkan proyek milyaran. Masih muda, pula.Siang ini pembayaran dari pemerintah sudah masuk ke rekening perusahaanku. Aku sangat puas karena kerja keras yang dimulai dari mengikuti lelang pengadaan dan menyediakan barang, hingga menyerahkan barang ke pemerintah unt

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status