Home / Lain / Terpaksa Bertahan / Rezeky tak terduga

Share

Rezeky tak terduga

Pagi ini ketika sudah melaksanakan solat Subuh, Rani langsung ke rumah neneknya karena mau mengambil buku pelajaran yang tertinggal.

Tak berselang lama dia pulang dengan keadaan wajah di penuhi dengan air mata dengan tubuh bergetar.

"Mah, Mamah Nenek Mah," ujarnya terbata.

"Nenek kenapa Rin,?" seruku khawatir.

"Nenek jatuh Mah di kamar mandi," tangisnya pun seketika pecah di pelukanku.

"Astaghfirullah. Ayo nak kita langsung kesana," ucapku tergesa.

Dengan di temani Rina, setengah berlari aku segera menuju ke rumah Emak rasanya kaki ini melayang karena terlalu khawatir..

Setelah sampai di rumah Emak terdapat beberapa tetangga.

"Bapak Bapak gimana kabar Emak?" tanyaku kepada salah satu dari mereka.

"Ini, tadi Rina teriak minta tolong terus kami warga yang mau berangkat ke ladang langsung menghampiri dan katanya neneknya jatuh di kamar mandi, setelah kami lihat, Bu ijah di temukan dengan keadaan pingsan terus kami angkat bareng bareng di pindahkan ke kamarnya," ujar Pak Rt.

"Makasih ya Bapak Bapak,"

"Iya sama sama Bu" jawab mereka serempak.

Mereka pun langsung pulang untuk menjalankan tugasnya masing masing.

 Aku hanya bisa menangis melihat keadaan Emak yang tak kunjung sadarkan diri.

Aku dan anak anaku hanya bisa berdoa di samping Emak.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya Emak sudah sadarkan diri, meskipun belum pulih tapi aku bersyukur akhirnya Emak sadar..

"Alhamdulillah Emak sudah sadar," ujarku terharu

"Siti Emak haus, tolong ambilkan minum," ucapnya dengan suara lirih.

"Iya Mak tunggu sebentar Siti ambilkan," bergegas aku menuju dapur.

***

Para tetanggapun satu persatu mulai berdatangan karena mendapat berita Emak terjatuh dan pingsan, memang di kampungku ketika ada yang sakit, ataupun meninggal tetangga selalu menjenguk.

Dan di luar dugaanku mereka menjenguk sambil menjinjing kantong kresek. Dan setelah ku buka satu persatu kreseknya ada yang memberi beras, minyak, roti, teh dan juga ada beberapa yang menyimpan uang di tumpukan berasnya..

Tak lama sesudah para tetangga pulang, Bi Neneng datang sambil meminta maaf karena baru sekarang bisa menjenguk Emak, karena baru pulang dari pasar. Tanpa sepengetahuan kami dia ternyata sudah menghubungi Dokter untuk memeriksa keadaan Emak.

Hari ke hari kondisi Emak mulai membaik hanya saja tidak boleh banyak beraktifitas, aku dan anak anakku bergantian menjaga Emak terkadang akupun menginap bersama anak anakku.

Sedangkan Mas Anang dia hanya menjenguk Emak sebentar dan langsung pulang lagi ke rumah.

Dan selam itu pula aku tidak berdagang karena belum berani menitipkan Emak kepada anak anak, hanya bergantung pada pemberian tetangga tempo hari kepada Emak.

Dan besok aku akan memulai lagi menjalankan aktifitas sehari hariku seperti biasa..

***

Seminggu setelah peristiwa itu Kak Sumi datang menjenguk Emak dengan di temani kedua anaknya.

Ketika sampai di depan pintu rumah Emak Kak Sumi langsung berhambur ke pelukan Emak sambil menagis.

"Mak, maaf Sumi baru bisa menjenguk Emak," ujarnya lirih.

"Gak apa apa kok Sum, Emak ngerti kok," seru Emak sambil mengusap usap punggung kak Sumi.

"Bagaimana keadaan Emak sekarang,?"

"Alhamdulillah udah mendingan,"

"Oh iya suami dan anak anakmu mana? kok Ema belum lihat,?"

"Anak anak Sumi lagi bermain dengan anak Siti sedangkan suami Sumi lagi bekerja sudah dua bulan belum pulang karena pandemi jadi dagangannya sepi Mak,"

"Ya udah kalau gitu kamu istirahat dulu gih di kamar, kebetulan juga Emak mau masuk ke kamar dulu," ujarnya berlalu.

Setelah Sumi datang aku tak perlu khawatir dengan keadaan Emak setidaknya ada Sumi yang menjaga dan aku bisa fokus untuk berjualan lagi apalagi kebutuhan anak anak semakin banyak.

Pagi itu aku berangkat untuk mengambil sayur matang buatan rumahan untuk di jual kembali jadi tak perlu modal hanya mengandalkan upah dari makanan yang terjual..

Jam satu siang aku pulang dengan hati bahagia karena hari ini daganganku habis, jadi bisa sedikit sedikit di tabung uangnya untuk kebutuhan anak anak nanti.

***

Hubunganku dengan Mas Anang makin terasa hambar, meskipun kadang dia meminta haknya kepadaku dan aku tak bisa menolaknya karena merupakan kewajibanku sebagai istri.

Tok tok..

"Assalamualaikum Bu Siti,"

"Wa'alaikumussalam," ujarku setengah berlari menuju asal suara.

"Eh Bu Rt silahkan masuk Bu," 

"Eh iya terimakasih Bu Siti," jawabnya sambil masuk.

"Ada apa ya Bu tumben ada Bu Rt kesini,?" ujarku heran.

"Jadi gini Bu, pemerintah memberikan modal usaha di masa pendemi ini saya coba mendaftakan Bu Siti siapa tau dapat, jujur saya prihatin dengan kondisi keluarga Ibu semoga saja dengan adanya bantuan ini bisa menambah modal usaha, kebetulan fotocopy KTP dan KK Ibu ada di rumah saya, jadi saya tidak perlu memintanya lagi kepada Ibu dan setelah beberapa bulan menunggu akhirnya nama Bu Siti terdaftar menjadi salah satu penerima bantuan itu," ujarnya sambil menyerahkan gulungan uang pecahan seratus ribu kepadaku.

"I- ini apa Bu,?" ujarku terkejut

"Iya ini bantuan untuk Bu Siti semoga bermanfaat ya Bu," jawabnya sambil tersenyum.

"Ya Alloh Bu,, terima kasih banyak Bu Rt," seruku terharu dengan hati bahagia.

"Kalau begitu saya pamit pulang ya Bu Siti,"

"Iya Bu, sekali lagi terimakasih banyak,"

"Iya sama sama, Assalamualaikum," ujarnya berlalu pergi.

"Wa'alaikumissalam" ujarku kemudian.

Bahagia bercampur haru yang kurasakan sekarang ini, ternyata masih ada orang baik yang membantuku di saat aku benar benar butuh sekali bantuan apalagi masalah uang. Dengan tangan gemetar aku langsung masuk kamar, tangisku pun seketika pecah karena saking terharu dengan kejadian barusan, dengan keadaanku sekarang ini Allah membantuku dengan cara tak di sangka sangka, hanya ucapan rasa syukur yang keuar dari mulutku saat ini...

Aku berencana akan memberitahu kepada Mas Anang perihal uang ini, bagaimanapun dia masih suamiku jadi berhak untuk tahu, semoga saja Mas Anang mau bekerja lagi dan hubungaku dengan Mas Anang bisa seperti dulu.

Tanpa sepengetahuan siapapun aku meyimpan uang itu di tempat yang tersembunyi agar aman, kebetulan Mas Anang sedang beres beres di belakang rumah.

***

Setelah semuanya beres aku langsung menuju rumah Emak dan kulihat Nia pun sedang bermain dengan anaknya Sumi, aku menghabiskan waktu dengan mengobrol santai dengan Sumi, maklum dia jarang berkunjung kesini dan kesempatan buatku untuk melepas rindu dengan adikku sendiri.

Kami ngobrol sambil memantau kegiatan anak anak bermain di halaman rumah Emak, kebetulan jarak anakku sama anaknya Sumi hampir seumuran jadi mereka gampang akrab.

Waktu sore tiba aku dan Nia pulang dulu kerumah karena Nia belum mandi dan akupun mau melaksanakn solat Asar dan di lanjutkan mengaji di Masjid jami'.

Ketika berangkat ke Masjid aku melewati kumpulan ibu ibu yang sedang ngobrol di pinggir jalan.

"Ciee yang udah nerima bansos kayaknya seneng nih," ujar salah satu dari mereka.

Mendengar ucapan itu aku langsung menoleh ke arah sember suara dan ternyata,,

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status