Beranda / Lain / Terpaksa Bertahan / Kemarahan Mas Anang

Share

Kemarahan Mas Anang

Bugghh,,Mas Anang memukul betisku dengan gagang sapu, Aku menangis tanpa suara hanya air mata yang mengalir begitu deras, aku takut anak bungsuku yang sedang tertidur bangun karena mendengar aku menangis..

"Makanya jangan berani berani menyuruku.! Apa susahnya sih bekerja. Sekarang giliran kamu Siti bekerja? dulu aku juga bekerja buat membeli rumah ini,!" ucap Mas Anang sambil membanting sapu ke sampingku.

Setelah puas memarahiku dia langsung pergi keluar entah mau kemana, aku tak peduli aku masih sakit hati karena di perlakukan seperti ini. Aku langsung menghambur ke kamar untuk menenangkan diri..

***

Begitulah sifat Mas Anang, setiap dia merasa kesal dengan ucapan ataupun perbuatan yang meurutnya salah, maka tidak akan segan segan untuk memukul atau membantak dengan suara keras.

 Sebenarnya aku tak pernah membalas kemaraham Mas Anang, tapi untuk saat ini aku sudah benar benar lelah dengan semua ini.. 

Adzan subuh berkumandang ketika ku berjalan aku merasakan ada yang nyeri di bagian kaki, setelah ku lihat ternyata ada luka lebam mungkin karena kejadian tadi malam.

Beruntung luka nya tak terlalu parah jadi tidak begitu keliatan ketika ku berjalan, setelah itu aku pergi ke kamar mandi untuk berwudhu untuk melaksanakan shalat Subuh sembari berdo'a untuk melepaskan beban yang ada di hati. Selesai shalat bergegas ku membangunkan Adi dan juga Rina untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat Islam..

"Mah, kok mata Mamah sembab kaya habis nangis,?" tanya Adi sambil memperhatikan wajahku ketika ku berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan.

"Eh,? Enggak kok Mamah gak habis nangis cuman kurang tidur aja," jawabku berbohong.

"Beneran Mah,?"

"Benaran," ucapku sambil tersenyum meyakinkan

"Ya udah,, kalau gitu Adi mau ngaji dulu yah, assalamualaikum," ucapnya sambil mencium punggung tanganku

"Wa'alaikumussalam"

"Mah Rina juga mau ngaji dulu," seru ambil berjalan menuju pintu

"Assalamualaikum," ucapnya kemudian

"Wa'alaikumussalam"

***

Setelah membuat sarapan selesai aku langsung membangunkan Nia, untuk makan bersama denganku. Sedangkan Mas Anang? Aku tak tahu, mungkin dia tidur di rumah temannya.

Tak lama kemudian Adi dan Rani pulang dari pengajian dan langsung sarapan bersama, memang sudah kebiasaan di keluargaku sebelum memulai kegiatan anak anak harus sarapan terlebih dahulu. Setelah sarapan selesai Nia pergi bermain, sedangkan Adi dan Rina mereka membagi tugas untuk mencuci piring kotor dan beres beres..

"Mah, hari ini Mamah gak dagang,?" tanya Adi sambil menghampiriku yang sedang beres beres kamar

"Enggak, hari ini Mamah libur dulu cape rasanya badan ini pegel pegel semua,"

"Oh, kalau gitu Mamah mending istirahat," 

"Eh iya soal kuota, nanti ya Nak, kalau sekarang belum ada gak apa apa kan,?"

"Enggak kok Mah, untuk sementara ikut aja ke temen dulu," jawabnya.

"Makasih ya nak, udah ngertiin kondisi Mamah," ucapku terharu.

"Kalau gitu tolong kak panggilin Nia tadi katanya dia mau main dulu, sekarang kan sudah waktunya sekolah,"

"Siap Mah,," jawabnya sambil berlalu...

Ketika libur berdagang aku di sibuk kan dengan berbagai macam pekerjaan rumah, ataupun mengikuti acara pengajian yang di selenggarakan di kampungku.

Di siang hari Mas Anang pulang tanpa bertanya bagaimana keadaanku setelah insiden tadi malam, begitupun denganku aku tak mengharapkan perhatian darinya karena perlakuannya kepadaku yang membuatku mati rasa.

Masalah rumah tanggaku sudah bukan rahasia lagi, para tetangga tahu sikap Mas Anang yang suka bersikap kasar bahkan keluarga besarku pun tahu tentang semua keadaan dalam rumah tanggaku.

Orangtuaku tak bisa berbuat banyak, karena takut kepada sikap Mas Anang. Mereka memilih diam daripada harus berurusan dengan suamiku. Di tambah lagi orangtuaku hanya tinggal Emak, sedangkan Abah,? Abah sudah meninggal ketika aku belum nikah dengan Mas Anang.

Aku mempunyai satu orang adik dan dua orang kakak dan semuanya perempuan, mereka semua ikut dengan suaminya masing masing. Untuk itu mereka tak bisa berbuat banyak hanya bisa mendo'akan semoga aku sabar menghadapi ujian ini

Dahulu Emak ikut tinggal bersama keluargaku, tapi itu tidak berlangsung lama. Emak pernah di marahi oleh Mas Anang karena membela ku ketika aku di marahi dan akhirnya Emak di usir dengan paksa oleh Mas Anang..

Dan sekarang Emak tinggal di rumah kontrakan sendirian, terkadang anak anakku suka bermain di rumah neneknya kebetulan rumahnya tak jauh dari ruamhku, terutama anakki Rani dia jarang sekali di rumah karena selalu menemani neneknya agar tidak kesepian..

***

Hari menjelang sore Nia sedang bercanda dengan Bapaknya, sedangkan Adi, dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah temannya. Nia memang paling akrab dengan Bapaknya ketimbang kakak kakaknya yang lain, mungkin karena dia masih kecil dan membutuhkan kasih sayang lebih dari seorang Bapak..

Mempunyai anak  anak yang masih sekolah membuatku di tuntut untuk selalu mempunyai penghasilan lebih. Penghasilanku dari berdagang mungkin tak seberapa apalagi ketika masanya jualanku sepi.

Untuk itu, ketika libur berdagang aku tidak menyia nyiakan waktu untuk senang senang. Terkadang aku bekerja sebagai buruh cuci bagi tetangga yang membutuhkan tenagaku.

Jika kalian bertanya..

Terus apa yang di pertahankan dengan rumah tangga ini..?

Flashback off 

Sudah dua minggu aku telat menstruasi dan badan pun terasa gampang capek, nafsu makan jadi berkurang. Dan setelah membeli alat tes kehamilan aku langsung memeriksanya. 

Hasilnya,,

Aku positif, entah harus bahagia atau sedih mendapat kenyataan ini. Mungkin, di luar sana banyak wanita yang sangat mendambakan seorang anak, tapi aku,? Aku justru bingung dengan semua ini..

Akhirnya aku memberi tahu kepada Mas Anang tentang keadaanku sekarang. Dan dia tidak memberikan respon apapun padahal ini merupakan darah dagingnya sendiri.

"Ah sudahlah mungkin ini yang menjadi jalan takdirku, semoga aku bisa sabar menghadapi ujian ini," gumamku dalam hati.

Aku menjalani hari hariku seperti biasa di sibukkan dengan bekerja sekaligus menjadi seorang Ibu Rumah Tangga. Bersyukur aku tak mengalami masa ngidam yang terlalu sulit, hanya sesekali merasakan mual dan pusing.

Hingga pada akhirnya,,

Aku mengalami keguguran ketika kandunganku memasuki tiga bulan. Dengan di bantu Emak dan Bi Neneng, aku di antar ke Puskesmas terdekat.

Dan Bidan bilang bahwa aku keguguran karena kelelahan.

"Mak, anak anakku dimana,?" ucapku ketika duduk di ranjang pasien.

"Ada sama Bapaknya," jawab Emak ketus

"Emak kenapa kok gitu mukanya,?"

"Emak itu kesel sama kamu. Kok kamu gak bilang kalau kamu lagi hamil,?"

"Maaf Mak, " jawabku sambil tertunduk.

"Kalau Emak tau kamu hamil, Emak akan paksa Anang untuk bekerja buat nafkahin kamu dan anak anakmu. Agar kamu gak harus cape cape bekerja," ucap Emak dengam wajah kesal menahan marah

"Jangan Mak, nanti Emak di marahin Mas Anang,"

"Siti sampai kapan kamu akan bertahan dengan pernikahan ini,?" ucap Emak dengan suara lirih.

"Sebenarnya aku juga sudah tak tahan Mak, tapi mau bagaimana lagi. Aku pernah mengatakan ingin pisah dari Mas Anang, tapi Mas Anang malah memarahiku dan mengancam akan membakar rumah kalau sampai aku menceraikan nya." Ucapku sambil menahan tangis.

"Beneran Siti, Anang mengancam kamu,?" jawab Emak tak percaya.

"Iya Mak,"

"Emang bener bener ya si Anang itu," icap Emak menahan marah.

"Emak kan tau kalau Mas Anang orangnya nekat," 

"Maafin Emak ya Siti, Emsk gak bisa bantu apa apa. Emak juga takut karena Anang itu jika di lawan akan semakin menjadi jadi, Emak do'akan kamu supaya kuat menjalani ujian ini," ucap Emak sambil memelukku.

"Makasih Mak, atas do'anya" 

***

Setalah beberapa jam di Puskesmas, akhirnya aku bisa pulang karena kondisiku yang mulai membaik setelah di beri obat oleh Bidan. Untuk semua administrasi di urus oleh Bi Neneng karena aku tak punya uang banyak untuk membayar semuanya, dan Bi Neneng pun mau meminjamkan uang untuk menutupi kekurangannya dan mengurusnya sampai beres.

Dan ketika sampai di rumah, ketiga anakku langsung berhamburan memelukku. Mereka bertanya keadaanku, sedangkan Mas Anang,? Dia hanya memperhatikanku dari jauh dan tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Flashback on

Tak terasa waktu malam pun tiba, untuk malam ini kami tidak melaksanakan makan malam bersama. Adi dan Rina sibuk di kamarnya sendiri, sedangkan Nia sudah tidur karena kecapean sudah bermain hinggan sore hari.

Tok tok

"Rina boleh Mamah masuk,?

"Masuk aja Mah, gak di kunci kok," jawab Rina dari dalam kamar.

"Kamu lagi apa, Rin,?"

"Oh ini, aku lagi jahit rok seragam sekolah karena ada yang sobek Mah," 

"Mungkin udah kekecilan ya,?"

"Kayaknya sih iya Mah," ucapnya sambil tersenyum malu.

"Nanti kalau Mamah ada rezeki lebih, kita beli yang baru ya Rin," 

"Rina do'ain semoga Mamah selalu di lancarakn rezeki nya,"

"Amiinn. Kalau gitu, Mamah tidur duluan ya,," ucapku sambil beranjak pergi

"Iya Mah,"

Bersambung

Jangan lupa subscribe dan bintang nya,,

Terimakasih ❤️

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status