Pov Emak
Ketika seorang ibu melihat rumah tangga anaknya tidak baik baik saja, apa yang di rasakan,? Sedih sudah pasti,!Dan itu yang kurasakan sekarang, melihat anakku yang harus berjuang agar rumah tangga yang di bangunnya tidak roboh di tengah jalan. Ketika Siti masih kecil dan Bapaknya belum meninggal, kami adalah keluarga yang cukup berada.Dan waktu berlalu begitu cepat, hingga menyisakan aku yang sudah tua tanpa seorang pendamping dan tidak mempunyai apa apa.Duhai anakku..Andai saja dulu, Emak tidak merestui Anang untuk menikah denganmu. Mungkin ini semua tidak akan terjadi, jujur dulu Emak dan Bapak terlalu takut untuk menolak keinginannya karena dia datang bersama seorang ustadz yang tegas, siapapun tak berani membantahnya.Bukan masalah harta, tapi soal rasa sayang dan tanggung jawab yang tidak Emak sukai dari Anang. Terlebih dia tidak segan segan memarahi orang lain meskipun orang itu mertuanya sendiri.Pantas saja keluarga Anang sudah tidak menganggapnya karena mungkin dia memiliki gangguan dalam dirinya.Apalagi melihat keadaanmu saat ini Siti. Badan kurus, bibir pucat, wajah kusam, kulit hitam karena sering berdagang dan juga pakain yang sudah pudar warnanya, menambah kesedihan di hati Emak.Sedangkan Anang,??Semenjak kamu bekerja dia hanya berdiam diri. Sehingga sekarang tubuhnya menjadi gemuk dengan kulit putih, berbanding terbalik dengan kaadaan Siti.Kakak dan adikmu bukan tidak mau membantumu, tapi mereka takut akan perilaku Anang, terlebih mereka hanya kelurga sederhana yang tidak mempunyai banyak harta, sehingga tidak bisa membantumu meringankan beban yang kau tanggung.Dan Emak pun tak bisa berbuat apa apa, apalagi Emak hanya sebagai buruh serabutan yang hanya cukup untuk kebutuhan Emak sendiri.Meskipun kamu tidak mengadu tentang keadaan rumah tanggamu kepada Emak, tapi Emak tau semuanya karena anakmu Rina selalu bercerita dan bi Neneng pun selalu berbicara tentang kadaanmu selama ini.Emak hanya bisa berdo'a semoga suatu saat nanti Allah membalas atas semua kesabaranmu selama ini...***Sebelum matahari terbit aku sudah terlebih dulu berkutat dengan peralatan dapur, karena hari ini jadwalnya dagang keliling. Pekerjaan yang pertamaku lakukan adalah menanak nasi agar ketika anak anak mau sarapan, nasinya sudah matang.."Mah sekarang Nia, waktunya kesekolah ya,?""Iya nak, makannya Mamah masak pagi pagi agar anak anak Mamah bisa sarapan dulu ketika mau sekolah,""Oh gitu, ya udah kalau gitu Nia mau mandi dulu ya Mah,""Iya sayang hati hati ke kamar mandinya, licin nanti kepeleset,""Iya Mah," ucapnya sambil berjalan ke kamar mandi"Mah Adi juga hari ini masuk ke sekolah, jadi gak bisa bantu bantu Mamah di dapur," seru Adi sambil menghampiriku."Gak papa kok, mungkin Mamah akan di bantu sama Bapak," "Adi kalau Rina sekolah gak hari ini,?" ucapku ketika Adi mau pergi ke kamarnya."Kayaknya sih iya, tadi Adi liat Rina bawa kantong sama baju keluar mungkin ke rumah nenek kali, nanti juga ke sini lagi kok Mah,"Setelah sibuk dengan kegiatan masing masing, semua anak anaku pergi sekolah dengan bebarengan karena jarak sekolahnya pun berdekatan jadi aku tak perlu khawatir.Ketika aku sibuk mengolah bahan bahan, tiba tiba Mas Anang menghampiriku dan mengambil sebagian pekerjaan yang lainnya. Walaupun begitu, hanya keheningan yang ku rasakan.Hingga pekerjaanku selesai...Setelah semua pekerjaan selesai seperti biasa aku berkeliling untuk menjajakan semua daganganku sampai waktu sore menyapa..Hari ini keburuntungan tidak memihak kepadaku, daganganku tak habis seperti hari hari kemarin. Tapi aku tak boleh putus asa, ada anak anak yang harus ku perjuangkan..***"Mah, Nia minta uang dong buat jajan," ucap Nia ketika aku merebahkan diri di kasur"Buat jajan apa, Nia?""Gak tau, pokoknya Nia mau jajan," jawabnya sambil cemberut."Segini cukup gak,?" ucapku sambil memberikan uang pecahan dua ribu."Cukup kok Mah, kalau gitu Nia jajan dulu ya terus mau langsung main,""Iya hati hati ya," teriakku kemudianDi siang hari anak anakku lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Maklum di kampung, bermainpun masih permainan jaman dulu. Kecuali Adi, Dia sibuk dengan dunianya sendiri..Setelah merasa cukup untuk mengistirahatkan badan, aku pergi ke rumah Emak karena kepikiran beberapa hari ini belum melihat keadaan Emak, maklum Emak sudah tua kadang suka sakit tiba tiba. Tok tokk"Assalamualaikum, Mak," ucapku sambil membuka pintu rumah Emak yang kebetulan tidak di kunci"Wa'alaikumussalam, Siti sini Emak ada di dapur,"Akupun bergegas menuju dapur dan kulihat Emak sedang makan."Sini Siti duduk, makan bareng sama Emak," ujar Emak sambil menepuk nepuk tempat si sibelahnya"Iya Mak, tapi Siti udah makan tadi di rumah, ini ada sedikit makanan Mak," "Daganganmu gak habis ya,?""Iya Mak lagi sepi,""Biasa, namanya juga jualan kadang rame kadang sepi,""Iya mungkin memang sudah rezeki untuk hari ini segitu,""He'em bener asalkan jangan patah semangat,"Akupun ngobrol dengan Emak sampai hari menjelang malam dan aku memutuskan untuk pulang..***"Dari mana kamu jam segini baru pulang,?" Ujar Mas Anang sinis"Dari rumah Emak, Mas,""Terus kenapa gak ijin dulu sama Mas,?""Udah ah Mas, males berdebat aku cape,!" ucapku sambil berlalu meninggalkan Mas AnangAkupun berjalan ke kamar dan ketika masuk aku tidak menemukan Nia, bergegas aku langsung pergi ke kamar Rina mungkin Dia sedang bersama kakaknya"Eh anak Mamah lagi apa,? Kok kayaknya seru banget,""Ini Nia lagi belajar membaca tapi belum lancar malah ngomong gak jelas," ujar Rina sambil menahan tawa"Ih Kak Rina jangan bilang Mamah dong, kan Nia jadi malu," ucapnya sambil cemberut"Ya sudah belajarnya di lanjutkan besok ya, sekarang udah malam waktunya tidur, boleh gak Mamah tidur di sini bareng Rina,?""Boleh Mah, boleh banget Rina senang bisa tidur di temani sama Mamah," jawabnya antusias"Terus Nia bobo sama siapa dong,?""Nia pilih aja mau sama Mamah atau sama Bapak,?" tanyaku kemudian"Eemm sama Mamah deh sini," ucapnya sambil tersenyumDan akupun tertidur bersama kedua anakku tanpa harus berdebat dengan Mas Anang...Bersambung..Pagi ini ketika sudah melaksanakan solat Subuh, Rani langsung ke rumah neneknya karena mau mengambil buku pelajaran yang tertinggal.Tak berselang lama dia pulang dengan keadaan wajah di penuhi dengan air mata dengan tubuh bergetar."Mah, Mamah Nenek Mah," ujarnya terbata."Nenek kenapa Rin,?" seruku khawatir."Nenek jatuh Mah di kamar mandi," tangisnya pun seketika pecah di pelukanku."Astaghfirullah. Ayo nak kita langsung kesana," ucapku tergesa.Dengan di temani Rina, setengah berlari aku segera menuju ke rumah Emak rasanya kaki ini melayang karena terlalu khawatir..Setelah sampai di rumah Emak terdapat beberapa tetangga."Bapak Bapak gimana kabar Emak?" tanyaku kepada salah satu dari mereka."Ini, tadi Rina teriak minta tolong terus kami warga yang mau berangkat ke ladang langsung menghampiri dan katanya neneknya jatuh di kamar mandi, setelah kami lih
Setelah mendengar ucapan itu aku menoleh ke sumber suara dan ternyata mereka Bu Cucu dan tetangganya."Wajarlah Bu di dapat bansos secara kan suaminya pengangguran," ujar tetangganya di iringi dengan kekehan keduanya.Mereka berbicara dengan suara agak keras jadi aku bisa mendengar perkataan mereka meskipun aku sudah melewatinya.Bu Cucu merupakan tetangga yang cukup jauh denganku, dan di kenal sebagai orang yang suka nyindir ataupun ngomongin orang wajar jika dia tahu keadaan keluargaku.Memang benar apa yang di katakan mereka, bahkan Bi Nenengpun tahu kalau mereka suka membicarakan keluargaku. Tapi ketika mereka langsung membicarakan nya di depanku, rasanya ada yang nyeri di hati ini..Beruntung tempat yang ku tuju sudah dekat jadi aku bergegas agar tidak ketinggalan pengajiaannya.Meskipun aku selalu sibuk dengan semua kegiatanku tapi aku selalu berusaha untuk menyempatkan waktu untuk mengikuti pengajian bersama.
Selamat membacaSetelah selesai acara masak masak kami langsung membereskan bekasnya.Waktu siang tiba dan sebentar lagi waktunya Shalat Duhur, Nia dan Rina sedang tidur bersama anak Sumi.Untuk itu aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sambil menunggu mereka bangun.Aku memutuskan untuk Shalat Duhur di sini, tak sengaja setelah selesai Shalat aku ketiduran di atas sejadah dengan tubuh masih memakai mukena."Mah, Mamah bangun udah sore" ujar Rina ssmbil mengguncangkan tubuhku."Astaghfirullah,! sudah sore. Ayo nak kita pulang" ucapku kaget dan langsung membuka mukena yang masih ku pakai."Mau kemana Mbak,? Kok buru buru," ucap Sumi menghampiriku."Sumi kok tidak membangunkan Mbak,?" tanyaku kepadanya."Abisnya Mbak tidurnya nyenyak amat," jawabnya."Emak sama Nia di mana,?""Emak lagi Shalat kalau Nia, tuh lagi mandi sama anakku" jawabnya sambil menunju
Selamat membacaSebelum matahari terbit, aku lebih dulu berkutat dengan pekerjaan rumah tangga di rumah Emak. Dengan di bantu Sumi kegiatanpun selesai dengan cepat."Sumi, Mbak mau pulang dulu solanya hari ini anak anak semuanya sekolah," ujarku kepada Sumi yang sedang menjemur pakaian."Iya Mbak hati hati di jalan," jawabnya setengah berteriak.Bergegas ku langkahkan kaki menuju rumah. Ketika sampai di rumah, keadaannya masih sama ketika kemarin ku tinggalkan.Tujuan utama aku langsung ke kamar anak sulungku Adi, dan saat ku buka pintu ternyata kosong tak ada Adi di dalamnya.Kemudian aku masuk ke kamarku dan ketika ku buka pintu..Keadaannya sangat berantakan,,Baju baju yang ada di lemari berhamburan di lantai hanya menyisakan beberapa helai pakaian yang ada di dalam lemari.Dengan kaki gemetar aku langsung berlari menuju lemari tempat aku menyimpan uang pemberian Bu RT
Besok Mamah berencana untuk mengajak kalian semua untuk kepasar, membeli keperluan sekolah. Tapi dikarenakan Kak Adi sekolah, jadi Rina sama Nia aja yang ikut. Gak papa kan Kak,?" tanyaku meoleh kepada Adi."Iya, gak papa kok Mah" jawabnya tersenyum.Setelahnya kami langsung pergi ke kamar masing masing untuk tidur."Bapak, Nia mau di kelonin Bapak dong," ujarnya memelas."Jangan sekarang lah, Bapak lagi sibuk!" jawabnya datar tanpa menoleh kearah Nia.Karena mendapat penolakan dari sang Bapak, aku mencoba menghiburnya dengan membacakan buku dongeng untuknya. Beruntung Nia tidak menolak, malah di respon dengan wajah gembira.Di tengah tengah aku bercerita, terdengar dengkuran halus dari Nia. Menandakan bahwa dirinya sudah tertidur pulas da
"Bu dipilih aneka jajanannya," ucapku sambil tersenyum kepada salah satu langgananku yang bernama Bu Nur."Eh Mbak Siti sini saya mau dong, ada apa aja Mbak?""Banyak Bu silahkan di pilih," ucapku sambil menghampiri Bu Nur yang sedang menyapu halaman rumahnya.. Berdagang keliling sudah menjadi pekerjaannku selama dua tahun belakangan ini, di karenakan Suamiku Mas Anang yang tidak mau menafkahiku dan ketiga anakku.Mas Anang sudah tidak mau bekerja lagi semenjak pulang dari perantauan, dan sekarang Mas Anang hanya membantuku membuat aneka makanan untuk Aku berjualan..Beruntung keluargaku sudah memeiliki rumah dari hasil Mas Anang masih bekerja, meskipun tidak besar setidaknya nyaman untuk di tempati oleh keluargaku..Apakah Mas Anang tidak ada inisiatif untuk bekerja? Aku pun tidak tahu. Terkadang Aku iri kepada mereka wanita yang di perjuangkan segala kebutuhannya oleh suaminya,
Bugghh,,Mas Anang memukul betisku dengan gagang sapu, Aku menangis tanpa suara hanya air mata yang mengalir begitu deras, aku takut anak bungsuku yang sedang tertidur bangun karena mendengar aku menangis.."Makanya jangan berani berani menyuruku.! Apa susahnya sih bekerja. Sekarang giliran kamu Siti bekerja? dulu aku juga bekerja buat membeli rumah ini,!" ucap Mas Anang sambil membanting sapu ke sampingku.Setelah puas memarahiku dia langsung pergi keluar entah mau kemana, aku tak peduli aku masih sakit hati karena di perlakukan seperti ini. Aku langsung menghambur ke kamar untuk menenangkan diri..***Begitulah sifat Mas Anang, setiap dia merasa kesal dengan ucapan ataupun perbuatan yang meurutnya salah, maka tidak akan segan segan untuk memukul atau membantak dengan suara keras.Sebenarnya aku tak pernah membalas kemaraham Mas Anang, tapi untuk saat ini aku sudah benar benar lelah dengan sem
Besok Mamah berencana untuk mengajak kalian semua untuk kepasar, membeli keperluan sekolah. Tapi dikarenakan Kak Adi sekolah, jadi Rina sama Nia aja yang ikut. Gak papa kan Kak,?" tanyaku meoleh kepada Adi."Iya, gak papa kok Mah" jawabnya tersenyum.Setelahnya kami langsung pergi ke kamar masing masing untuk tidur."Bapak, Nia mau di kelonin Bapak dong," ujarnya memelas."Jangan sekarang lah, Bapak lagi sibuk!" jawabnya datar tanpa menoleh kearah Nia.Karena mendapat penolakan dari sang Bapak, aku mencoba menghiburnya dengan membacakan buku dongeng untuknya. Beruntung Nia tidak menolak, malah di respon dengan wajah gembira.Di tengah tengah aku bercerita, terdengar dengkuran halus dari Nia. Menandakan bahwa dirinya sudah tertidur pulas da
Selamat membacaSebelum matahari terbit, aku lebih dulu berkutat dengan pekerjaan rumah tangga di rumah Emak. Dengan di bantu Sumi kegiatanpun selesai dengan cepat."Sumi, Mbak mau pulang dulu solanya hari ini anak anak semuanya sekolah," ujarku kepada Sumi yang sedang menjemur pakaian."Iya Mbak hati hati di jalan," jawabnya setengah berteriak.Bergegas ku langkahkan kaki menuju rumah. Ketika sampai di rumah, keadaannya masih sama ketika kemarin ku tinggalkan.Tujuan utama aku langsung ke kamar anak sulungku Adi, dan saat ku buka pintu ternyata kosong tak ada Adi di dalamnya.Kemudian aku masuk ke kamarku dan ketika ku buka pintu..Keadaannya sangat berantakan,,Baju baju yang ada di lemari berhamburan di lantai hanya menyisakan beberapa helai pakaian yang ada di dalam lemari.Dengan kaki gemetar aku langsung berlari menuju lemari tempat aku menyimpan uang pemberian Bu RT
Selamat membacaSetelah selesai acara masak masak kami langsung membereskan bekasnya.Waktu siang tiba dan sebentar lagi waktunya Shalat Duhur, Nia dan Rina sedang tidur bersama anak Sumi.Untuk itu aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sambil menunggu mereka bangun.Aku memutuskan untuk Shalat Duhur di sini, tak sengaja setelah selesai Shalat aku ketiduran di atas sejadah dengan tubuh masih memakai mukena."Mah, Mamah bangun udah sore" ujar Rina ssmbil mengguncangkan tubuhku."Astaghfirullah,! sudah sore. Ayo nak kita pulang" ucapku kaget dan langsung membuka mukena yang masih ku pakai."Mau kemana Mbak,? Kok buru buru," ucap Sumi menghampiriku."Sumi kok tidak membangunkan Mbak,?" tanyaku kepadanya."Abisnya Mbak tidurnya nyenyak amat," jawabnya."Emak sama Nia di mana,?""Emak lagi Shalat kalau Nia, tuh lagi mandi sama anakku" jawabnya sambil menunju
Setelah mendengar ucapan itu aku menoleh ke sumber suara dan ternyata mereka Bu Cucu dan tetangganya."Wajarlah Bu di dapat bansos secara kan suaminya pengangguran," ujar tetangganya di iringi dengan kekehan keduanya.Mereka berbicara dengan suara agak keras jadi aku bisa mendengar perkataan mereka meskipun aku sudah melewatinya.Bu Cucu merupakan tetangga yang cukup jauh denganku, dan di kenal sebagai orang yang suka nyindir ataupun ngomongin orang wajar jika dia tahu keadaan keluargaku.Memang benar apa yang di katakan mereka, bahkan Bi Nenengpun tahu kalau mereka suka membicarakan keluargaku. Tapi ketika mereka langsung membicarakan nya di depanku, rasanya ada yang nyeri di hati ini..Beruntung tempat yang ku tuju sudah dekat jadi aku bergegas agar tidak ketinggalan pengajiaannya.Meskipun aku selalu sibuk dengan semua kegiatanku tapi aku selalu berusaha untuk menyempatkan waktu untuk mengikuti pengajian bersama.
Pagi ini ketika sudah melaksanakan solat Subuh, Rani langsung ke rumah neneknya karena mau mengambil buku pelajaran yang tertinggal.Tak berselang lama dia pulang dengan keadaan wajah di penuhi dengan air mata dengan tubuh bergetar."Mah, Mamah Nenek Mah," ujarnya terbata."Nenek kenapa Rin,?" seruku khawatir."Nenek jatuh Mah di kamar mandi," tangisnya pun seketika pecah di pelukanku."Astaghfirullah. Ayo nak kita langsung kesana," ucapku tergesa.Dengan di temani Rina, setengah berlari aku segera menuju ke rumah Emak rasanya kaki ini melayang karena terlalu khawatir..Setelah sampai di rumah Emak terdapat beberapa tetangga."Bapak Bapak gimana kabar Emak?" tanyaku kepada salah satu dari mereka."Ini, tadi Rina teriak minta tolong terus kami warga yang mau berangkat ke ladang langsung menghampiri dan katanya neneknya jatuh di kamar mandi, setelah kami lih
Pov EmakKetika seorang ibu melihat rumah tangga anaknya tidak baik baik saja, apa yang di rasakan,? Sedih sudah pasti,!Dan itu yang kurasakan sekarang, melihat anakku yang harus berjuang agar rumah tangga yang di bangunnya tidak roboh di tengah jalan. Ketika Siti masih kecil dan Bapaknya belum meninggal, kami adalah keluarga yang cukup berada.Dan waktu berlalu begitu cepat, hingga menyisakan aku yang sudah tua tanpa seorang pendamping dan tidak mempunyai apa apa.Duhai anakku..Andai saja dulu, Emak tidak merestui Anang untuk menikah denganmu. Mungkin ini semua tidak akan terjadi, jujur dulu Emak dan Bapak terlalu takut untuk menolak keinginannya karena dia datang bersama seorang ustadz yang tegas, siapapun tak berani membantahnya.Bukan masalah harta, tapi soal rasa sayang dan tanggung jawab yang tidak Emak sukai dari Anang. Terlebih dia tidak segan segan memar
Bugghh,,Mas Anang memukul betisku dengan gagang sapu, Aku menangis tanpa suara hanya air mata yang mengalir begitu deras, aku takut anak bungsuku yang sedang tertidur bangun karena mendengar aku menangis.."Makanya jangan berani berani menyuruku.! Apa susahnya sih bekerja. Sekarang giliran kamu Siti bekerja? dulu aku juga bekerja buat membeli rumah ini,!" ucap Mas Anang sambil membanting sapu ke sampingku.Setelah puas memarahiku dia langsung pergi keluar entah mau kemana, aku tak peduli aku masih sakit hati karena di perlakukan seperti ini. Aku langsung menghambur ke kamar untuk menenangkan diri..***Begitulah sifat Mas Anang, setiap dia merasa kesal dengan ucapan ataupun perbuatan yang meurutnya salah, maka tidak akan segan segan untuk memukul atau membantak dengan suara keras.Sebenarnya aku tak pernah membalas kemaraham Mas Anang, tapi untuk saat ini aku sudah benar benar lelah dengan sem
"Bu dipilih aneka jajanannya," ucapku sambil tersenyum kepada salah satu langgananku yang bernama Bu Nur."Eh Mbak Siti sini saya mau dong, ada apa aja Mbak?""Banyak Bu silahkan di pilih," ucapku sambil menghampiri Bu Nur yang sedang menyapu halaman rumahnya.. Berdagang keliling sudah menjadi pekerjaannku selama dua tahun belakangan ini, di karenakan Suamiku Mas Anang yang tidak mau menafkahiku dan ketiga anakku.Mas Anang sudah tidak mau bekerja lagi semenjak pulang dari perantauan, dan sekarang Mas Anang hanya membantuku membuat aneka makanan untuk Aku berjualan..Beruntung keluargaku sudah memeiliki rumah dari hasil Mas Anang masih bekerja, meskipun tidak besar setidaknya nyaman untuk di tempati oleh keluargaku..Apakah Mas Anang tidak ada inisiatif untuk bekerja? Aku pun tidak tahu. Terkadang Aku iri kepada mereka wanita yang di perjuangkan segala kebutuhannya oleh suaminya,