"Bu dipilih aneka jajanannya," ucapku sambil tersenyum kepada salah satu langgananku yang bernama Bu Nur.
"Eh Mbak Siti sini saya mau dong, ada apa aja Mbak?"
"Banyak Bu silahkan di pilih," ucapku sambil menghampiri Bu Nur yang sedang menyapu halaman rumahnya..
Berdagang keliling sudah menjadi pekerjaannku selama dua tahun belakangan ini, di karenakan Suamiku Mas Anang yang tidak mau menafkahiku dan ketiga anakku. Mas Anang sudah tidak mau bekerja lagi semenjak pulang dari perantauan, dan sekarang Mas Anang hanya membantuku membuat aneka makanan untuk Aku berjualan..Beruntung keluargaku sudah memeiliki rumah dari hasil Mas Anang masih bekerja, meskipun tidak besar setidaknya nyaman untuk di tempati oleh keluargaku..Apakah Mas Anang tidak ada inisiatif untuk bekerja? Aku pun tidak tahu. Terkadang Aku iri kepada mereka wanita yang di perjuangkan segala kebutuhannya oleh suaminya, sampai rela banting tulang untuk menghidupi anak dan istri. Sedangkan Aku? Aku sebagai gelar istri yang harus menanggung biaya hidup suami dan anak anakku agar bisa makan."Assalamualaikum," ucapku memasuki Rumah setelah pulang berjualan.
"Waalaikumussalam," ucap anak bungsuku Nia yang berusia empat tahun.
"Yey Mamah pulang," ucap Nia sambil lari menghampiriku.
"Mah Nia laper,"
"Eh anak Mamah laper ya, emang Bapak belum masak?"
"Belum Ma,"
"Emang Bapak kemana?"
"Ada Mah lagi tidur,"
"Ya udah tunggu ya Mamah mau masak dulu," dengan langkah gontai aku memasuki dapur untuk memasak.
"Mah Nia main dulu ya," teriak Nia dari ruang tengah.
"Hati hati ya nak mainnya,"
"Iya," jawab Nia sambil berlari keluar.
Sebenarnya aku lelah dengan rumah tangga ini, tapi aku selalu berharap suatu saat semoga Mas Anang bersikap seperti dulu yang mau bertanggung jawab atas keluarganya sendiri.
Setelah satu jam berkutat dengan alat alat dapur akhirnya pekerjaanpun selesai, aku bergegas ke kamar mengambil handuk untuk membersihkan badan yang sudah terasa lengket di penuhi keringat.Saat ku buka pintu seperti biasa.Suamiku sedang tidur begitu pulas, padahal waktu menunjukan pukul lima sore sudah waktunya solat asar.
"Mas bangun sudah solat asar belum?""Heem emangnya udah jam berapa?" ucap Mas Anang dengan suara khas orang bangun tidur."Jam lima," ucapku sambil duduk di samping ranjang."Kamu udah solat belum, Dek,?""Belum Mas, tadinya masak dulu,""Kamu aja dulu gih, nanti Mas sesudah Dek Siti solatnya," jawab Mas Anang sembari kembali terpejam.Akupun bergegas mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi..***Malam pun tiba..Kami semua melaksanakan makan malam bersama, walaupun dengan lauk yang sederhana tapi anak anaku tidak keberatan. Anaku yang pertama bernama Adi, Dia masih sekolah kelas 2 SMP sedangkan anakku yang kedua bernama Rina masih duduk di kelas 5 SD, terakhir Si Bungsu Nia masih TK.."Mah kuota belajar sudah habis," ucap Adi memecah keheningan."Emang bakal di pake kapan kak,?""Besok Mah,""Iya nanti kalau ada lebih uang dari hasil Mamah jualan ya, tapi Mamah mau belanja buat dagang besok,""Iya Mah," jawab Adi tersenyum..Sudah menjadi jadwalku setelah makan malam aku langsung menuju warung Bi Neneng yang merupakan adik dari Emak, tempat nya persis di depan rumah. Beruntung aku mempunyai Bibi yang mengerti akan kondisiku, tak segan segan Bibiki selalu meminjamkan modal ketika aku kekurangan bahan bahan untuk membuat aneka jajanan..
"Bi,,," ucapku sambil memasuki warung."Eh Siti, mau belanja yah? sini masuk!""Iya Bi,,""Sok ambil aja nanti di hitung".Akupun mengambil bahan bahan yang aku butuhkan dari mulai tepung terigu, tepung kanji, minyak, kacang, bawang merah, bawang putih dan untuk keperluan dapur lainnya. Aku menjual berbagai makanan dari bahan dasar tepung dari mulai batagor, cimol, otak otak, cendol, kadang aku mengambil sayur matang dari orang lain untuk di jual kembali."Bi, ini udah semua" ucapku kepada Bibi"Oh iya sini biar Bibi hitung,""Eeh ada Mamah, Mah mau jajan dong," ucap Nia ketika melihatku sedang di warung."Mau jajan apa, nak?""Jajan ciki ya Mah, boleh?""Iya boleh tapi jangan banyak banyak yah,""Oke Mah," jawab Nia sambil tersenyum."Siti ini semuanya 125 ribu,""Oh iya, dengan hutang yang kemarin gak Bi?,""Oh kalau di tambah hutang jadi 150 ribu," ucap Bibi sambil memasukan belanjaan kedalam kantong kresek."Ini Bi uangnya pas 150 ribu,""Mau semuanya di bayar? Emang ada uangnya,?" jawab Bibi sambil melihatku."Ada Bi Alhamdulillah tadi jualanku habis," ucapku sambil tersenyum."Alhamdulillah kalu begitu, kalau ada yang kurang jangan sungkan sungkan ya ngomong aja ke Bibi,""Iya Bi, makasih,""Iya sama sama"..***
"Mas gimana ya, Adi udah abis kuota buat belajar tapi aku gak punya uang habis tadi di pake buat beli bahan bahan untuk dagang sama beli sembako dan bumbu dapur," ucapku sambil memandang Mas Anang."Ya terus emang aku punya uang gitu?," ucap Mas Anang ketus."Ya seenggaknya usaha cari kerja Mas buat membantu meringankan kebutuhan anak anak," ucapku sambil tertunduk.Bbraakkk"Heh jangan mentang mentang kamu yang kerja seenaknya nyuruh aku kerja buat meringankan kebutuhan anak anak, emangnya selama ini aku diam saja di rumah,? aku juga kerja Siti bantu bantu kamu untuk olah jajanan buat kamu jualan, Heh ingat! aku ini suamimu jangan kurang ajar,,!" Bentak Mas Anang sambil berteriak kepadaku dengan dada naik turun."Mas tapi aku capek Mas capek! Bukannya aku sombong tapi aku mau Mas cari kerja buat meringankan bebanku Mas, aku bisa kok olah sendiri tanpa bantuan Mas. Toh ada Adi dan Rina yang bisa bantuin aku," jawabaku dengan nada gemetar menahan tangis.Tiba tiba,Bbuuggh...Bersambung di part selanjutnya..
Terima kasih sudah membaca,,,☺️Bugghh,,Mas Anang memukul betisku dengan gagang sapu, Aku menangis tanpa suara hanya air mata yang mengalir begitu deras, aku takut anak bungsuku yang sedang tertidur bangun karena mendengar aku menangis.."Makanya jangan berani berani menyuruku.! Apa susahnya sih bekerja. Sekarang giliran kamu Siti bekerja? dulu aku juga bekerja buat membeli rumah ini,!" ucap Mas Anang sambil membanting sapu ke sampingku.Setelah puas memarahiku dia langsung pergi keluar entah mau kemana, aku tak peduli aku masih sakit hati karena di perlakukan seperti ini. Aku langsung menghambur ke kamar untuk menenangkan diri..***Begitulah sifat Mas Anang, setiap dia merasa kesal dengan ucapan ataupun perbuatan yang meurutnya salah, maka tidak akan segan segan untuk memukul atau membantak dengan suara keras.Sebenarnya aku tak pernah membalas kemaraham Mas Anang, tapi untuk saat ini aku sudah benar benar lelah dengan sem
Pov EmakKetika seorang ibu melihat rumah tangga anaknya tidak baik baik saja, apa yang di rasakan,? Sedih sudah pasti,!Dan itu yang kurasakan sekarang, melihat anakku yang harus berjuang agar rumah tangga yang di bangunnya tidak roboh di tengah jalan. Ketika Siti masih kecil dan Bapaknya belum meninggal, kami adalah keluarga yang cukup berada.Dan waktu berlalu begitu cepat, hingga menyisakan aku yang sudah tua tanpa seorang pendamping dan tidak mempunyai apa apa.Duhai anakku..Andai saja dulu, Emak tidak merestui Anang untuk menikah denganmu. Mungkin ini semua tidak akan terjadi, jujur dulu Emak dan Bapak terlalu takut untuk menolak keinginannya karena dia datang bersama seorang ustadz yang tegas, siapapun tak berani membantahnya.Bukan masalah harta, tapi soal rasa sayang dan tanggung jawab yang tidak Emak sukai dari Anang. Terlebih dia tidak segan segan memar
Pagi ini ketika sudah melaksanakan solat Subuh, Rani langsung ke rumah neneknya karena mau mengambil buku pelajaran yang tertinggal.Tak berselang lama dia pulang dengan keadaan wajah di penuhi dengan air mata dengan tubuh bergetar."Mah, Mamah Nenek Mah," ujarnya terbata."Nenek kenapa Rin,?" seruku khawatir."Nenek jatuh Mah di kamar mandi," tangisnya pun seketika pecah di pelukanku."Astaghfirullah. Ayo nak kita langsung kesana," ucapku tergesa.Dengan di temani Rina, setengah berlari aku segera menuju ke rumah Emak rasanya kaki ini melayang karena terlalu khawatir..Setelah sampai di rumah Emak terdapat beberapa tetangga."Bapak Bapak gimana kabar Emak?" tanyaku kepada salah satu dari mereka."Ini, tadi Rina teriak minta tolong terus kami warga yang mau berangkat ke ladang langsung menghampiri dan katanya neneknya jatuh di kamar mandi, setelah kami lih
Setelah mendengar ucapan itu aku menoleh ke sumber suara dan ternyata mereka Bu Cucu dan tetangganya."Wajarlah Bu di dapat bansos secara kan suaminya pengangguran," ujar tetangganya di iringi dengan kekehan keduanya.Mereka berbicara dengan suara agak keras jadi aku bisa mendengar perkataan mereka meskipun aku sudah melewatinya.Bu Cucu merupakan tetangga yang cukup jauh denganku, dan di kenal sebagai orang yang suka nyindir ataupun ngomongin orang wajar jika dia tahu keadaan keluargaku.Memang benar apa yang di katakan mereka, bahkan Bi Nenengpun tahu kalau mereka suka membicarakan keluargaku. Tapi ketika mereka langsung membicarakan nya di depanku, rasanya ada yang nyeri di hati ini..Beruntung tempat yang ku tuju sudah dekat jadi aku bergegas agar tidak ketinggalan pengajiaannya.Meskipun aku selalu sibuk dengan semua kegiatanku tapi aku selalu berusaha untuk menyempatkan waktu untuk mengikuti pengajian bersama.
Selamat membacaSetelah selesai acara masak masak kami langsung membereskan bekasnya.Waktu siang tiba dan sebentar lagi waktunya Shalat Duhur, Nia dan Rina sedang tidur bersama anak Sumi.Untuk itu aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sambil menunggu mereka bangun.Aku memutuskan untuk Shalat Duhur di sini, tak sengaja setelah selesai Shalat aku ketiduran di atas sejadah dengan tubuh masih memakai mukena."Mah, Mamah bangun udah sore" ujar Rina ssmbil mengguncangkan tubuhku."Astaghfirullah,! sudah sore. Ayo nak kita pulang" ucapku kaget dan langsung membuka mukena yang masih ku pakai."Mau kemana Mbak,? Kok buru buru," ucap Sumi menghampiriku."Sumi kok tidak membangunkan Mbak,?" tanyaku kepadanya."Abisnya Mbak tidurnya nyenyak amat," jawabnya."Emak sama Nia di mana,?""Emak lagi Shalat kalau Nia, tuh lagi mandi sama anakku" jawabnya sambil menunju
Selamat membacaSebelum matahari terbit, aku lebih dulu berkutat dengan pekerjaan rumah tangga di rumah Emak. Dengan di bantu Sumi kegiatanpun selesai dengan cepat."Sumi, Mbak mau pulang dulu solanya hari ini anak anak semuanya sekolah," ujarku kepada Sumi yang sedang menjemur pakaian."Iya Mbak hati hati di jalan," jawabnya setengah berteriak.Bergegas ku langkahkan kaki menuju rumah. Ketika sampai di rumah, keadaannya masih sama ketika kemarin ku tinggalkan.Tujuan utama aku langsung ke kamar anak sulungku Adi, dan saat ku buka pintu ternyata kosong tak ada Adi di dalamnya.Kemudian aku masuk ke kamarku dan ketika ku buka pintu..Keadaannya sangat berantakan,,Baju baju yang ada di lemari berhamburan di lantai hanya menyisakan beberapa helai pakaian yang ada di dalam lemari.Dengan kaki gemetar aku langsung berlari menuju lemari tempat aku menyimpan uang pemberian Bu RT
Besok Mamah berencana untuk mengajak kalian semua untuk kepasar, membeli keperluan sekolah. Tapi dikarenakan Kak Adi sekolah, jadi Rina sama Nia aja yang ikut. Gak papa kan Kak,?" tanyaku meoleh kepada Adi."Iya, gak papa kok Mah" jawabnya tersenyum.Setelahnya kami langsung pergi ke kamar masing masing untuk tidur."Bapak, Nia mau di kelonin Bapak dong," ujarnya memelas."Jangan sekarang lah, Bapak lagi sibuk!" jawabnya datar tanpa menoleh kearah Nia.Karena mendapat penolakan dari sang Bapak, aku mencoba menghiburnya dengan membacakan buku dongeng untuknya. Beruntung Nia tidak menolak, malah di respon dengan wajah gembira.Di tengah tengah aku bercerita, terdengar dengkuran halus dari Nia. Menandakan bahwa dirinya sudah tertidur pulas da