Selamat membaca
Sebelum matahari terbit, aku lebih dulu berkutat dengan pekerjaan rumah tangga di rumah Emak. Dengan di bantu Sumi kegiatanpun selesai dengan cepat."Sumi, Mbak mau pulang dulu solanya hari ini anak anak semuanya sekolah," ujarku kepada Sumi yang sedang menjemur pakaian."Iya Mbak hati hati di jalan," jawabnya setengah berteriak.Bergegas ku langkahkan kaki menuju rumah. Ketika sampai di rumah, keadaannya masih sama ketika kemarin ku tinggalkan.Tujuan utama aku langsung ke kamar anak sulungku Adi, dan saat ku buka pintu ternyata kosong tak ada Adi di dalamnya.Kemudian aku masuk ke kamarku dan ketika ku buka pintu..Keadaannya sangat berantakan,,Baju baju yang ada di lemari berhamburan di lantai hanya menyisakan beberapa helai pakaian yang ada di dalam lemari.Dengan kaki gemetar aku langsung berlari menuju lemari tempat aku menyimpan uang pemberian Bu RT kemarin.Setelah ku periksa ternyata uangnya masih rapih di tempat asalnya.Aku berfikir mungkin yang melakukan ini semua adalah Mas Anang, karena hanya dia yang tau tentang uang ini.Aku menyimpannya di saku jaket yang berada di dalam dan kemudian jaketnya aku lipat kembali agar tidak terlihat menonjol. Oleh karena itu Mas Anang pun tidak bisa menemukannya.Bukan tanpa alasan aku menyembunyikannya dari suamiku sendiri, tapi aku tahu sikapnya yang egois tanpa memikirkan kebutuhan hidup keluarganya."Mamah lagi ngapain kok melamun,?" ucap Adi mengagetkanku."Eh Adi, Mamah gak lagi apa apa kok kamu semalam tidur di mana, nak?" tanyaku kepada Adi."Sebenarnya dari malam Adi pulang kesini tapi gak ada siapa siapa, pikir Adi mungkin Mamah sama adik lagi nginep di rumah Nenek. Kebetulan si Dodi minta di temenin, katanya Ayah dan Ibunya lagi ada urusan. Jadi Adi nginep deh di rumah Dodi," terangnya."Kalau gitu, Adi berangkat sekolah dulu Mah kebetulan jadwal piket," lanjutnya."Ntar dulu nak, Mamah mau beli sarapan dulu ke warung," cegahku."Gak usah Mah, Adi sarapan di kantin sekolah aja," ujarnya."Ya udah kalau gitu hati hati ya nak," seruku sambil memberikan uang buat jajan di sekolah.***Semua anak anak sudah berangkat sekolah, waktunya memulai pekerjaan rumah.Menjelang siang pekerjaan rumah tanggaku sudah selesai tinggal memasak untuk nanti ketika Adi dan Rina pulang sekolah.Sedangakan Nia, kebetulan dia masih TK jadi belajarnya pun tidak lama seperti kakak kakak yang lainnya. Dan ketika pulang sekolah, dia langsung bermain di luar bersama teman temannya.Aku memutuskan untuk belanja dulu ke warung Bi Neneng, kebetulan bahan bahan di dapur sudah pada habis, beras juga tinggal sedikit."Bi,, mau belanja," ucapku ketika masuk ke warung."Eh Siti, silahkan ambil mau beli apa aja nanti di hitung." jawabnya sambil menghitung belanjaan orang lain.Segera aku mengambil keranjang dan berjalan mencari barang barang yang ku butuhkan. Belanja di sini sama seperti kita belanja di supermarket, tapi yang membedakannya barang barangnya tidak terlalu banyak dan metode pembayarannya pun masih manual."Siti katanya kamu dapat uang buat modal itu yah,?" tanya Bi Neneng kepadaku."Iya Bi, kok Bibi tau,?" tanyaku heran"Tadi Bu Cucu belanja kesini, dan dia ngobrol dengan ibu ibu yang lain tentang bantuan tersebut." jawabnya.'Oh pantesan' gumamku.Sebelum aku pergi dari warung Bi Neneng, dia memberiku saran membuka usaha kecil kecilan di depan rumah. Kebetulan rumahku di pinggir jalan yang selalu ramai di lalui.Selesai berbelanja aku langsung pulang untuk memasak dan juga memikirkan saran yang di berikan Bi Neneng..***Semua pekerjaan sudah selesai, aku beristirahat sebentar untuk menghilangakan rasa lelah.Tok tokk,,"Iya sebentar,," teriakku yang sedang berbaring di kasur, dan langsung menuju pintu"Eh Bu, mau bertemu dengan siapa ya,?" tanyaku ramah."Saya kesini mau nagih hutang," jawabnya datar."Hutang,,?"Hutang,? Maaf Bu, maksud Ibu apa ya. Saya kurang ngerti," ujarku heran."Ish, gini Bu. Semalam suami Ibu minjem uang ke saya Dua ratus ribu, katanya tagih aja besok ke Istrinya yang ada di rumah " jawabnya ketus."Ibu gak bohong kan,?" tanyaku tak percaya."Ya Enggaklah, tanyain aja sama suami kamu. Bilang sama dia Bu Dewi mau nagih hutang!" Dia mencebik."Maaf, tapi suami saya belum pulang dari semalam Bu,""Pokoknya saya gak mau tahu kamu harus bayar sekarang!" Bentak Bu Dewi."Kalau tidak saya akan geledah rumahmu," lanjutnya geram."I- iya Bu, saya akan bayar. Berapa hutangnya Bu,?" tanyaku dengan gemetar."Dua ratus ribu, cepetan bayar!"Aku langsung tergopoh menuju kamar untuk membayar hutang Mas Anang. Dan memberikannya kepada Bu Dewi.Aku termenung di kasur memikirkan untuk apa Mas Anang meminjam uang kepada orang lain. 'Aku harus segera memakai uang itu untuk membuka usaha, daripada nanti habis di pake hal yang tidak jelas,' gumamku.Setelah berfikir, aku mau membicarakan hal ini dengan adikku Sumi. Siapa tahu dia punya peluang usaha yang tidak membutuhkan modal besar."Assalamualaikum, Mak ada Sumi,?" Tanyaku kepada Emak yang sedang duduk di teras luar."Ada masuk aja ke dalam," jawabnya."Sumi,, Mbak mau bicara" ucapku kepadanya."Bentar Mbak, tanggung lagi dandanin anak," jawabnya "Iya Mbak tunggu di ruang tengah,"Hanya menunggu beberapa menit, Sumi selesai dengan aktifitasnya dan langsung menghampiriku."Ada apa Mbak, tumben mau bicara serius,?" tanyanya dengan wajah heran."Jadi gini, Mbak dapat uang bantuan buat modal. Jumlahnya semua dua juta, tapi sudah di pake Mas Anang sebagian untuk hal yang Mbak pun gak tahu buat apa. Agar uang itu tidak habis untuk hal yang gak jelas jadi Mbak mau minta saran buka usaha apa gitu, dengan modal segitu," terangku."Oh gitu,? Emang mau semuanya di pake modal gitu,?" tanya Sumi."Emm sebenarnya, Mbak juga butuh buat beli keperluan sekolah anak anak. Ya kalau bisa cukup di bagi bagi, lebih bagus." Kami berdua berunding untuk membagi uang tersebut agar bisa semuanya terpenuhi." Mbak, gimana kalau Mbak jualan baju daster yang viral saat ini,? Barangnya Mbak bisa ambil dari pabriknya langsung agar lebih murah. Apalagi kalau beli banyak pasti dapat diskon juga, kalau Mbak mau aku punya nomor teleponnya." Usul Sumi antusias.Setelah berfikir, aku memutuskan untuk menerima usulan Sumi. Dengan catatan aku mengambil barangnya dari Sumi agar dia juga mendapatkan penghasilan juga.Kebetulan Adikku seorang pedagang online. Jadi wajar jika dia bisa mendapatkan harga harga yang lebih murah, karena ngambil dari pabriknya langsung.Akhirnya, satu persatu masalahku selesai. Tinggal memenuhi kebutuhan anak anak buat sekolah.***Waktu Magrib sebentar lagi dan anak anakku sudah berada di rumah setelah sibuk dengan dunianya masing masing." Mamah dari mana,? Tadi Nia pulang gak ada Mamah," ujar Nia sambil bergelayut manja di tanganku."Eehh Nia nyariin Mamah ya. Mamah tadi pergi ke rumah Nenek.Nia udah mandi,?" tanyaku "Udah Mah, tadi di bantu sama Kak Rina" jawabnya tersenyum."Bentar lagi waktunya solat Magrib, Nia jangan main lagi keluar ya. Sayang,"" Iya Mah, Nia mau main aja di kamarnya Kak Rina."Dengan wajah gembira dia berlari menuju kamar Kakaknya.Ketika aku membuka pintu, kulihat Mas Anang sedang memegang ponsel di tangannya."Mas itu ponsel punya siapa,?" "Punya teman, Mas pinjem sebentar." Jawabnya acuh."Mas tadi ada Bu Dewi kesini minta uang dua ratus ribu, katanya Mas yang pinjem uang sama dia. Emang bener ya, Mas yang minjem,?"" Iya emang kenapa? Kamu keberatan? Kan kamu banyak uangnya, Mas minta dikit gak papa kali. Abisnya mau Mas ngambil sendiri gak tau dimana nyimpennya, ya udah Mas ngutang aja biar di bayarin."Ucapnya dengan mata yang tidak lepas dari ponsel. Aku menghela nafas panjang, dan langsung pergi menuju kamar mandi dari pada harus berdebat lagi.***Selesai acara makan malam, aku menuju kamar anak sulungku Adi dan menyuruh dia untuk memanggil kedua adiknya untuk berkumpul bersama di kamar Kakaknya.Setelah semuanya sudah kumpul aku membuka percakapan." Adi, Rina, Nia. Besok sekolah tatap muka atau daring,?""Nia libur Mah, katanya Gurunya ada keperluan. Tadi ada pengumuman dari grup sekolah Nia, kalau Adi besok masih ke sekolah" seru Adi."Kalau Rina, besok bagian daring," ujar Rina menimpali."Oh gitu, besok Mamah mau berencana untuk,,,BersambungTerimakasi yang sudah membaca jangan lupa rate bintangnya ya,,Besok Mamah berencana untuk mengajak kalian semua untuk kepasar, membeli keperluan sekolah. Tapi dikarenakan Kak Adi sekolah, jadi Rina sama Nia aja yang ikut. Gak papa kan Kak,?" tanyaku meoleh kepada Adi."Iya, gak papa kok Mah" jawabnya tersenyum.Setelahnya kami langsung pergi ke kamar masing masing untuk tidur."Bapak, Nia mau di kelonin Bapak dong," ujarnya memelas."Jangan sekarang lah, Bapak lagi sibuk!" jawabnya datar tanpa menoleh kearah Nia.Karena mendapat penolakan dari sang Bapak, aku mencoba menghiburnya dengan membacakan buku dongeng untuknya. Beruntung Nia tidak menolak, malah di respon dengan wajah gembira.Di tengah tengah aku bercerita, terdengar dengkuran halus dari Nia. Menandakan bahwa dirinya sudah tertidur pulas da
"Bu dipilih aneka jajanannya," ucapku sambil tersenyum kepada salah satu langgananku yang bernama Bu Nur."Eh Mbak Siti sini saya mau dong, ada apa aja Mbak?""Banyak Bu silahkan di pilih," ucapku sambil menghampiri Bu Nur yang sedang menyapu halaman rumahnya.. Berdagang keliling sudah menjadi pekerjaannku selama dua tahun belakangan ini, di karenakan Suamiku Mas Anang yang tidak mau menafkahiku dan ketiga anakku.Mas Anang sudah tidak mau bekerja lagi semenjak pulang dari perantauan, dan sekarang Mas Anang hanya membantuku membuat aneka makanan untuk Aku berjualan..Beruntung keluargaku sudah memeiliki rumah dari hasil Mas Anang masih bekerja, meskipun tidak besar setidaknya nyaman untuk di tempati oleh keluargaku..Apakah Mas Anang tidak ada inisiatif untuk bekerja? Aku pun tidak tahu. Terkadang Aku iri kepada mereka wanita yang di perjuangkan segala kebutuhannya oleh suaminya,
Bugghh,,Mas Anang memukul betisku dengan gagang sapu, Aku menangis tanpa suara hanya air mata yang mengalir begitu deras, aku takut anak bungsuku yang sedang tertidur bangun karena mendengar aku menangis.."Makanya jangan berani berani menyuruku.! Apa susahnya sih bekerja. Sekarang giliran kamu Siti bekerja? dulu aku juga bekerja buat membeli rumah ini,!" ucap Mas Anang sambil membanting sapu ke sampingku.Setelah puas memarahiku dia langsung pergi keluar entah mau kemana, aku tak peduli aku masih sakit hati karena di perlakukan seperti ini. Aku langsung menghambur ke kamar untuk menenangkan diri..***Begitulah sifat Mas Anang, setiap dia merasa kesal dengan ucapan ataupun perbuatan yang meurutnya salah, maka tidak akan segan segan untuk memukul atau membantak dengan suara keras.Sebenarnya aku tak pernah membalas kemaraham Mas Anang, tapi untuk saat ini aku sudah benar benar lelah dengan sem
Pov EmakKetika seorang ibu melihat rumah tangga anaknya tidak baik baik saja, apa yang di rasakan,? Sedih sudah pasti,!Dan itu yang kurasakan sekarang, melihat anakku yang harus berjuang agar rumah tangga yang di bangunnya tidak roboh di tengah jalan. Ketika Siti masih kecil dan Bapaknya belum meninggal, kami adalah keluarga yang cukup berada.Dan waktu berlalu begitu cepat, hingga menyisakan aku yang sudah tua tanpa seorang pendamping dan tidak mempunyai apa apa.Duhai anakku..Andai saja dulu, Emak tidak merestui Anang untuk menikah denganmu. Mungkin ini semua tidak akan terjadi, jujur dulu Emak dan Bapak terlalu takut untuk menolak keinginannya karena dia datang bersama seorang ustadz yang tegas, siapapun tak berani membantahnya.Bukan masalah harta, tapi soal rasa sayang dan tanggung jawab yang tidak Emak sukai dari Anang. Terlebih dia tidak segan segan memar
Pagi ini ketika sudah melaksanakan solat Subuh, Rani langsung ke rumah neneknya karena mau mengambil buku pelajaran yang tertinggal.Tak berselang lama dia pulang dengan keadaan wajah di penuhi dengan air mata dengan tubuh bergetar."Mah, Mamah Nenek Mah," ujarnya terbata."Nenek kenapa Rin,?" seruku khawatir."Nenek jatuh Mah di kamar mandi," tangisnya pun seketika pecah di pelukanku."Astaghfirullah. Ayo nak kita langsung kesana," ucapku tergesa.Dengan di temani Rina, setengah berlari aku segera menuju ke rumah Emak rasanya kaki ini melayang karena terlalu khawatir..Setelah sampai di rumah Emak terdapat beberapa tetangga."Bapak Bapak gimana kabar Emak?" tanyaku kepada salah satu dari mereka."Ini, tadi Rina teriak minta tolong terus kami warga yang mau berangkat ke ladang langsung menghampiri dan katanya neneknya jatuh di kamar mandi, setelah kami lih
Setelah mendengar ucapan itu aku menoleh ke sumber suara dan ternyata mereka Bu Cucu dan tetangganya."Wajarlah Bu di dapat bansos secara kan suaminya pengangguran," ujar tetangganya di iringi dengan kekehan keduanya.Mereka berbicara dengan suara agak keras jadi aku bisa mendengar perkataan mereka meskipun aku sudah melewatinya.Bu Cucu merupakan tetangga yang cukup jauh denganku, dan di kenal sebagai orang yang suka nyindir ataupun ngomongin orang wajar jika dia tahu keadaan keluargaku.Memang benar apa yang di katakan mereka, bahkan Bi Nenengpun tahu kalau mereka suka membicarakan keluargaku. Tapi ketika mereka langsung membicarakan nya di depanku, rasanya ada yang nyeri di hati ini..Beruntung tempat yang ku tuju sudah dekat jadi aku bergegas agar tidak ketinggalan pengajiaannya.Meskipun aku selalu sibuk dengan semua kegiatanku tapi aku selalu berusaha untuk menyempatkan waktu untuk mengikuti pengajian bersama.
Selamat membacaSetelah selesai acara masak masak kami langsung membereskan bekasnya.Waktu siang tiba dan sebentar lagi waktunya Shalat Duhur, Nia dan Rina sedang tidur bersama anak Sumi.Untuk itu aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sambil menunggu mereka bangun.Aku memutuskan untuk Shalat Duhur di sini, tak sengaja setelah selesai Shalat aku ketiduran di atas sejadah dengan tubuh masih memakai mukena."Mah, Mamah bangun udah sore" ujar Rina ssmbil mengguncangkan tubuhku."Astaghfirullah,! sudah sore. Ayo nak kita pulang" ucapku kaget dan langsung membuka mukena yang masih ku pakai."Mau kemana Mbak,? Kok buru buru," ucap Sumi menghampiriku."Sumi kok tidak membangunkan Mbak,?" tanyaku kepadanya."Abisnya Mbak tidurnya nyenyak amat," jawabnya."Emak sama Nia di mana,?""Emak lagi Shalat kalau Nia, tuh lagi mandi sama anakku" jawabnya sambil menunju