"Rentenir atau bukan, itu bukan urusan kau!" sentak Alex.
Cassandra terdiam dengan tubuh yang bergetar, Cassandra sudah tidak bisa mengatakan apapun lagi. "Jadi bagaimana?" tanya Alex seolah-olah tidak sabar menunggu jawaban. "Gimana apanya?" Cassandra berbalik tanya. "Oh Tuhan!" Alex ingin sekali menghantam meja yang ada di depannya. Namun, tidak jadi, Alex harus sabar dan terus sabar. Cassandra melirik ke arah sekitar, Cassandra ingin sekali pergi dari sini. Namun, sepertinya sangat sulit. "Kau akan lunasi semua hutang keluargamu hari ini, atau menikah denganku!" Alex kembali membahas itu. "Menikah? Aku tidak pernah terpikir menikah dengan pria asing," tutur Cassandra dengan sangat enteng. "Kau pikir, saya sudi menikahi kau!" Alex mulai emosi. Seketika suasana hening, semua orang yang ada di sana sepertinya sedang berpikir keras. "Cepat! Saya tidak punya waktu!" Alex kembali berteriak. "Be ... Berikan aku waktu untuk memikirkan ini," ucap Cassandra. "Oke, satu detik!" "Hah? Yang benar saja!" Cassandra kesal. Alex melotot pada Cassandra. "Se ... Sebentar, aku harus menelepon orang tuaku untuk menanyakan semua ini, aku takut ini hanya penipuan." Bisa-bisanya Cassandra mengatakan itu. Alex tertawa. "Berikan rekaman saat orang tuanya meminjam uang!" titahnya pada sang asisten. "Baik." Hans mengangguk dan mulai mengambil iPad didalam tas. Hans mengotak-atik iPad dan membuka salah satu video, lalu iPad itu disimpan di atas meja yang mengarah ke arah Cassandra. Cassandra mulai melihat video itu dengan teliti, dan ternyata benar jika Dian dan Dani selaku orang tuanya Cassandra sudah meminjam banyak uang pada pria yang ada di depannya, pria yang sangat menyeramkan. Alex bangun dari duduknya. "Kau harus bermalam di sini, besok saya akan kembali, besok kau harus memutuskan semuanya!" "Ba ... Baik." Cassandra manggut-manggut saja. Alex dan Hans segera pergi dari unit Apartemen itu, Cassandra di biarkan sendiri di Apartemen itu, Apartemen mewah. "Aku harus pergi." Cassandra ingin pergi dan kabur dari Apartemen tersebut. Namun, tidak bisa. Hans dan Alex pastinya sudah mengurung Cassandra di dalam Apartemen sampai besok. Cassandra menangis dan ingin menghubungi keluarganya, tapi ponselnya tidak ada. "Pasti handphone aku di ambil mereka." Cassandra memiliki insting yang kuat untuk itu. Cassandra berguling-guling di lantai, Cassandra menangis, Cassandra tidak tahu harus mengambil keputusan apa untuk ini. Namun, Cassandra tidak mampu membayar semua hutang orang tuanya saat ini juga. Cassandra tidak memiliki uang sebanyak itu, uangnya Cassandra hanya cukup untuk makan sehari-hari. Cassandra memang gadis miskin, tapi Cassandra selalu mencoba membahagiakan orang tuanya. Namun, Cassandra sedih dengan balasan orang tuanya yang seperti ini. "Bisa-bisanya aku harus nikah sama cowok kayak gitu, dia bukan tipe aku, pasti dia tua." Cassandra mulai memikirkan wajahnya Alex, karena Cassandra memang tidak menyukai pria seperti Alex, apa lagi Alex memiliki brewok yang seperti itu. Cassandra tidak menyukainya, tapi saat ini Cassandra benar-benar bingung harus melakukan apa. ** Pukul 10 malam di sebuah kamar mewah. Alex dan Haniya sedang duduk di sofa, mereka berdua baru saja meminum teh hangat buatan Haniya. Selama pernikahan ini, Haniya memang tipe istri yang baik, penyayang, dan penuh perhatian pada suaminya. "Sayang, kamu harus segera menikah." Haniya mulai membahas itu lagi. Kepalanya Alex sepertinya akan pecah jika setiap hari harus selalu membahas itu. "Sayang." Haniya meraba-raba dada bidang suaminya guna merayu sang suami untuk menurutinya. "Aku sedang merencanakan semua ini," ucap Alex. Haniya tersenyum lebar. "Apa benar? Siapa wanita yang akan kamu nikahi?" tanyanya dengan penasaran. "Belum bisa memastikannya," jawab Alex. Haniya mulai cemberut. "Pokoknya jangan nikahi wanita di klub malam, aku tidak suka, aku akan benci itu!" "Sejak kapan aku pergi ke klub malam?" Alex menatap lekat ke arah istrinya. "Tidak pernah, maafkan aku." Haniya mulai menyandarkan kepalanya pada dada bidangnya Alex, dan Alex mulai mengecup pucuk kepalanya Haniya, mereka berdua adalah pasangan suami istri yang sangat romantis dan begituu harmonis. Namun, kekurangan mereka hanyalah keturunan, sudah lima tahun menikah belum memiliki keturunan. "Sayang, mungkin kita bisa program hamil, satu anak tidak apa-apa." Entah sudah berapa kali Alex mengatakan itu dan memohon seperti itu pada istrinya. Akankah Haniya menurutinya? Haniya mulai membenarkan posisi duduknya dan tidak bersandar lagi pada suaminya, lalu Haniya mengatakan. "Aku tidak bisa mengandung, aku tidak bisa melahirkan, kita sudah membahas ini sebelum menikah!" Suaranya sedikit meninggi. "Kalau kamu takut gendut, aku bisa membawamu ke luar negeri untuk membuatmu jadi seperti ini lagi." Alex memang tidak berniat menikah lagi, Alex tidak ingin mengkhianati istrinya, walaupun ini hanya rencana semata. Namun, Alex tidak pernah memikirkan semua ini. Alex adalah tipe pria yang setia pada satu pasangan, Alex juga begitu mencintai Haniya sangat dalam. "Aku lelah, aku ingin tidur." Haniya bangun dari duduknya dan melangkah menuju ranjang. Haniya mulai membaringkan tubuhnya di atas ranjang, saat ini Haniya sedang kesal pada Alex. "Selamat malam Sayang, mimpi indah!" Alex selalu mengatakan itu pada istrinya, Alex sangat romantis. Haniya tidak merespon itu. Alex hanya bisa tersenyum tipis, Alex tahu jika Haniya sangat keras kepala. 'Baiklah, mungkin memang seharusnya aku harus menikah dengan gadis lain demi anak, semua ini demi anak dan penerus untukku,' batin Alex yang sepertinya sudah menerima semuanya. Alex mulai memikirkan gadis yang ada di Apartemennya. 'Semoga dia mau menikah denganku, aku harus segera menikahi dia dan menghamili dia!' batin Alex yang sudah bertekad ingin memiliki keturunan demi pernikahannya dengan sang istri. Alex akan menuruti apa yang diinginkan Haniya, walaupun Alex harus menikahi wanita lain, karena sudah tidak ada pilihan lain selain menikahi wanita lain demi menyelamatkan pernikahannya dengan Haniya. "Sayang, mau ke mana?" tanya Alex setelah beberapa saat istrinya terbangun dari baringnya dan akan pergi dari kamar. "Aku ingin mengambil sesuatu di dapur," jawab Haniya tanpa menoleh. "Oke, hati-hati." Alex memahami istrinya masih kesal padanya. Haniya keluar dari kamar dan tidak menoleh sama sekali. Alex mulai bangun dari duduknya di sofa, Alex menghampiri meja kerjanya yang berada di pojok kamar. Alex membuka tas kerja dan mengambil sebuah ponsel, lalu Alex mengutak-atik ponsel itu. "Apakah dia seorang mahasiswi?" Alex mulai bermonolog. Alex sedang mengotak-atik ponsel milik Cassandra, karena Alex sengaja mengambil ponsel Cassandra guna Cassandra tidak bisa menghubungi siapapun. Alex berharap jika besok Cassandra mau menerima tawaran untuk menikah, karena Alex tidak tahu harus mencari wanita di mana lagi untuk mengandung benihnya. Alex juga tidak mungkin menikahi wanita malam yang ada di klub, Alex juga ingin anaknya lahir dari rahim wanita yang baik-baik. "Oh Tuhan, kenapa aku jadi memikirkan gadis itu!" Alex mengacak-acak rambutnya sendiri saat sadar jika dirinya mulai memikirkan gadis yang ada di Apartemennya.Keesokan harinya. Pukul 12 siang di sebuah restoran yang bernama BASS RESTORAN."Ke mana Cassandra? Apa hari ini dia libur?" tanya Damar."Seharusnya tidak libur, Pak," jawab Elina."Maksudnya?" Damar tidak paham.Elina terlihat bingung menyampaikannya, apa lagi saat ini mereka dikelilingi beberapa rekan kerja lainnya."Elina, tolong ke ruangan saya sekarang!" titah Damar."Baik, Pak." Elina mengangguk.Damar terlebih dahulu melangkah menuju ruangannya, dan Elina mengikuti dari belakang. Sampai di dalam ruangan, Damar duduk di kursi kerjanya setelah menutup pintu ruangan, lalu Elina berdiri di depan meja kerja."Ke mana Kirana?" tanya Damar."Aku enggak tau, Damar," jawab Elina.Saat ini Damar dan Elina tidak berbicara formal, karena mereka sudah berada di ruangan tertutup, ruangan yang hanya ada mereka berdua di sana."Semalam bukannya kalian mau makan malam bareng, ya?""Ya, semalam masih ada pelanggan yang harus ku selesaikan, setelah aku selesai, aku enggak liat Kirana di tempat b
Cassandra masih menggunakan gaun pengantin dan wajahnya masih penuh riasan, tapi riasan itu sudah tidak beraturan lagi karena sedari tadi Cassandra terus menangis membuat riasan di wajah cantiknya hancur."Andai Ayah dan Ibu enggak punya hutang, pasti aku enggak perlu jadi istri kedua." Cassandra terus membahas itu dengan seorang diri di Apartemen.Cassandra berguling-guling di lantai yang penuh bunga tabur, dan tidak lama kemudian suara langkah kaki terdengar di telinganya. Cassandra menoleh ke arah pintu kamar dan sosok pria sudah berdiri di sana."Kenapa? Kau menyesal menikah denganku?" tanya Alex yang tiba-tiba saja sudah berdiri di ambang pintu kamar.Cassandra mulai bangun dari lantai dan duduk di lantai, Cassandra juga mengusap air matanya dengan tangannya."Aku lelah, aku ingin istirahat." Cassandra bangun dari duduk dan ingin melangkah menuju kamar mandi. Namun, langkahnya terhenti.Alex tertawa dan berkata. "Kau pikir malam ini kita akan malam pertama?"Alex pastinya sudah t
Keesokan harinya. Pukul 12 siang di ruangan meeting. Alex baru saja meeting dengan Mulan. Namun, tiba-tiba saja Haniya masuk ke ruangan itu."Sayang," panggil Haniya dengan sangat manja dan mulai duduk dipangkuan suaminya.Alex tersenyum lebar, pastinya Alex sangat senang dengan kedatangan Haniya. Namun, Mulan menatap sinis ke arah suami istri yang ada didepannya."Bukannya harus profesional kalau sedang di kantor," sindir Mulan."Ini jam makan siang jadi terserah," sahut Haniya."Kita udah selesai meeting, kau bisa pergi dari kantorku!" Alex mengusir wanita yang didepannya.Mulan menatap kesal ke arah Alex."Sepertinya kamu tidak bisa melupakan suamiku." Haniya berbalik menyindir."Hah?" Mulan mengernyitkan dahinya."Sudah, jangan bahas ini." Alex tidak suka pembahasan itu.Haniya bangun dari pangkuan Alex dan Alex bangun dari duduknya, Alex menggenggam lengan Haniya dengan erat."Tidak perlu seperti itu, Haniya. Seharusnya kau segera berikan keturunan untuk keluarga Mahendra sebelum
"Be ... Bercinta?" Cassandra membulatkan matanya."Ya, kenapa? Kau sudah lama tidak bercinta dengan pria, kan?" tanya Alex.Pertanyaan Alex membuat Cassandra terus membulatkan matanya. Cassandra merasa jika Alex terlalu merendahkan harga dirinya. Namun, saat ini bukan saatnya membahas harga diri karena harga diri Cassandra sudah hilang sejak dirinya menikah dengan Alex."Aku harus mandi dan membuat tubuhku wangi." Cassandra tidak berniat menjawab pertanyaan itu, Cassandra segera pergi menuju kamar mandi.Alex hanya bisa menatap kepergian Cassandra dengan otak yang sedang berpikir."Kapan terakhir kalinya dia melakukan hubungan suami istri?" tanya Alex yang di tunjukkan pada istri keduanya."Kenapa aku harus mikirin itu." Alex geleng-geleng kepalanya.Alex segera merogoh ponselnya dan mulai mengotak-atik. Alex berniat mengirim pesan pada istri pertama, Haniya."Bercinta? Bahkan aku belum pernah melepas keperawanan aku," gumam Cassandra yang sudah berada didalam kamar mandi.Sebenarnya
Seharusnya Alex tidak perlu bertanya seperti itu pada Cassandra. Jelas saja Cassandra marah, tapi Cassandra tidak ingin menunjukkannya."Marah? Untuk apa marah." Cassandra mengalihkan pandangannya. "Sebaiknya Om segera pulang dan temui istri Om," sambungnya."Kamu tau kalau tadi yang telepon adalah istriku?""Ya iya, tadi Om panggil istri, pastinya itu Nyonya Haniya.""Kenapa harus panggil Nyonya?" Alex sedikit bingung dengan panggilan itu."Udah deh, jangan bahas sesuatu yang enggak penting, sebaiknya Om pergi temui istri Om, sepertinya dia sangat membutuhkanmu, Om." Cassandra mendorong tubuh suaminya keluar dari kamar.Cassandra bukannya mengusir Alex, tapi Cassandra tidak ingin mendapatkan masalah karena Alex datang terlambat menemui Haniya."Maafkan aku." Alex meminta maaf."Berhenti minta maaf, udah wajar bagi suami yang punya dua istri." Cassandra terdengar menyindir suaminya."Hm, oke." Alex mengangguk dan tidak ingin memperpanjang semuanya.Alex pergi dari Apartemen, tapi sebe
"I ... Iya." Cassandra langsung bangkit dari baringnya dan segera berlari menuju kamar.Cassandra tidak ingin membuat Alex marah. Namun, saat Cassandra sampai di kamar. Alex masih memejamkan matanya, Alex masih tertidur.Cassandra mengernyitkan dahinya. "Apa dia mengigau?" Cassandra mulai bermonolog sendiri.Cassandra mulai duduk ditepi ranjang dan memperhatikan wajah Alex. Cassandra tersenyum dengan malu-malu, tangannya mulai menyentuh hidung Alex yang mancung."Huh, menyebalkan." Cassandra tersadar jika dirinya masih sedikit kesal karena Alex.Cassandra mulai bangun dari duduknya dan melangkah pergi dari kamar mandi. Cassandra kembali ke ruang tengah, Cassandra akan tidur di sana."Masih sakit." Saat Cassandra berbaring, rasa sakit masih dirasakan olehnya.Waktu berputar begituu cepat, sampai terik matahari mulai menyinari kamar di Apartemen tersebut."Hm." Perlahan-lahan Alex membuka matanya dan memegangi kepalanya yang sedikit pusing.Alex mulai melirik ke arah sekitar dan memperh
"Ma ... Maaf." Cassandra meminta maaf. "Handphone Om Alex ketinggalan," ucap Cassandra yang ketakutan."Hah? Om?" Haniya heran saat mendengar kata Om."Ma ... Maksudku, Tuan Alex." Cassandra langsung meralat panggilan suaminya.Haniya mengakhiri telepon itu secara sepihak. Cassandra langsung menatap heran pada ponsel Alex, lalu Cassandra kembali menyimpan ponsel itu diatas meja."Mereka pasangan suami istri yang aneh," gumam Cassandra.Cassandra pergi dari kamar menuju dapur. Cassandra harus mengisi perutnya yang terus berdemo."Aku jawab telepon Nyonya karena handphone itu terus berdering, lalu apa salahnya?" Cassandra bermonolog sendiri.Hampir empat puluh menit berlalu. Tiba-tiba saja seseorang masuk ke Apartemen membuat Cassandra hampir saja menjatuhkan gelas yang sedang dipegang olehnya."Nyo ... Nyonya." Cassandra terkejut dengan kedatangan Haniya dengan wajah yang penuh amarah. Haniya juga hampir saja menampar Cassandra."Kau hanya istri kedua, tolong sadar diri, jalang!" Hani
Alex menyentuh dagu Haniya dengan lembut, tatapan Alex pada Haniya begitu terlihat sayang. Cassandra yang melihat itu hanya bisa terdiam, dan ingin sekali Cassandra mengusir pasangan suami istri itu yang ada di depannya. Namun, Cassandra tidak bisa melakukan itu karena saat ini Cassandra hanya menumpang hidup pada mereka, bahkan Cassandra tinggal di Apartment milik Alex."Sayang, aku beneran ada meeting, tolong mengerti, ya?" Suara Alex sangat lembut sekali pada Haniya.Sekilas Haniya melirik ke arah Cassandra yang terlihat jengah dengan momen itu. Haniya tertawa puas dalam hatinya, Haniya sangat bahagia melihat Cassandra yang terlihat cemburu. Hah? Cemburu? Sungguh Haniya sedikit khawatir dengan itu, bahkan sejak semalam Haniya khawatir, khawatir jika Alex menyukai Cassandra, karena Haniya tahu jika semalam Alex akan melakukan malam pertama pada Cassandra, itu membuat Haniya sangat khawatir."Kalau terus di sini, bukannya meeting akan terlambat," celetuk Cassandra yang benar-benar mu
Damar sebenarnya tidak ingin melacak Cassandra melalui nomor handphone, tapi karena Damar khawatir membuatnya harus melakukan itu, dan akhirnya Damar mulai menghubungi seseorang yang ahli seperti itu, kini Damar hanya bisa menunggu kelanjutan dari seseorang tersebut. Damar berharap jika seseorang tersebut mampu mencari keberadaan mantan kekasihnya, mantan yang masih ada didalam hatinya."Kirana, jaga selalu dirimu," gumam Damar yang sangat mengkhawatirkan mantannya.Damar memang tidak bisa melupakan Cassandra, tapi sepertinya Cassandra sudah tidak berniat menjalin hubungan lagi dengan Damar, dan Damar tidak bisa memaksa semua itu. Saat ini, Damar hanya ingin mengetahui keberadaan Cassandra saja. Damar juga ingin tahu kabar Cassandra, karena Damar benar-benar mengkhawatirkan Cassandra."Tuhan, jaga Cassandra." Damar mendoakan mantannya.Setelah Damar mengetahui di mana Cassandra berada, Damar juga berniat untuk memata-matai sang mantan, karena Damar tidak ingin jika mantannya kenapa-na
Haniya tertawa dan berkata. "Malu? Apa maksudnya malu? Kamu malu punya istri sepertiku?" Haniya menatap heran suaminya.Alex sudah tidak tahu harus mengatakan apa pada Haniya, saat ini Alex tidak ingin bertengkar dengan Haniya, karena hari ini adalah hari Cassandra dan Calvin bisa pulang dari rumah sakit, dan Alex ingin istirahat bersama istri kedua dan anaknya. Namun, sepertinya tidak bisa, karena Haniya terus saja membuat Alex kesal."Sayang, sepertinya kamu harus pergi liburan." Tiba-tiba saja Alex mengatakan itu pada istri pertamanya seolah-olah mengusir sang istri secara halus."Liburan? Kau mengusirku?" Sepertinya pemikiran Haniya memang sudah jelek pada suaminya sendiri.Alex mengusap wajahnya sendiri dengan kasar."Aku kecewa padamu Alex!" Haniya mengatakan itu dengan raut wajah kecewa dan kesal secara bersamaan. "Aku curiga kalau kalian ingin bersenang-senang dan mengusirku," sambungnya.Haniya kembali mencurigai Alex, dan sepertinya pemikiran Haniya selalu jelek pada Alex ma
Keesokan harinya, pukul 11 siang. Cassandra dan Calvin benar-benar pulang ke rumah Fara dan Farhan, mereka berdua sudah menyiapkan kamar khusus untuk menantu dan cucunya. Sebenarnya Fara sudah menyiapkan dua kamar, tapi Cassandra hanya ingin satu kamar karena dirinya selalu ingin bersama didekat anaknya sebelum Cassandra benar-benar pergi dari hidup sang anak karena perjanjian. Cassandra sadar jika dirinya harus mematuhi semua perjanjian yang sudah dibuat saat itu, walaupun hatinya sedih, tapi semua itu harus dilakukan olehnya."Istirahat dulu selama satu jam, karena jam dua belas kita akan makan bersama," kata Fara pada menantu keduanya saat masuk kedalam kamar, kamar mewah dengan fasilitas lengkap.Kamar yang disiapkan oleh Fara sangat luas, bahkan didalam kamar tersebut sudah ada ranjang untuk Cassandra dan ranjang bayi untuk Calvin, didalam kamar tersebut tersedia kulkas juga untuk Cassandra menyimpan asi dan sebagainya di sana. Karena Fara tahu jika bayi laki-laki sangat kuat min
"Cepat ceraikan!" Haniya tetap ingin suaminya menceraikan istri kedua. Haniya terlihat gelisah dan takut, ia pastinya takut jika suaminya tidak nyaman dengan istri kedua."Kau benar-benar keterlaluan!" Farhan menggeleng, ia tidak percaya jika menantu pertamanya benar-benar kekeh dan tidak memiliki hati nurani."Saya baru melahirkan, kenapa anda tidak punya perasaan sekali, Nyonya!" Cassandra yang sedari tadi diam dan menahan emosinya, kini mulai mengeluarkan kekesalannya.Haniya terdiam. Alex mulai menuntun Haniya untuk menjauh dari orang-orang, Alex menggenggam lengan Haniya penuh cinta."Tolong tenangkan hatimu, kamu tau kalau aku hanya untukmu," bisik Alex ditelinga istri pertamanya."Hm." Haniya mengalihkan pandangannya.Menit berlalu. Haniya pergi dari kamar VVIP tersebut tanpa diantar Alex, karena hari ini jadwal Haniya sangat padat, dan Alex tidak mempermasalahkan itu, bahkan Alex senang jika hari ini Haniya sibuk, jadi Alex bisa menemani Cassandra dan Calvin di rumah sakit."L
"Bayi berjenis kelamin laki-laki," sambung Vita setelah menjeda perkataannya.Alex menangis, ia tidak menyangka jika dirinya mampu memiliki keturunan seorang laki-laki, laki-laki yang suatu saat akan meneruskan perusahaannya."Selamat Bapak Alex dan Ibu Cassandra," kata Vita.Vita tidak terbiasa memanggil dengan panggilan Tuan dan Nyonya, Dokter Vita terbiasa memanggil dengan panggilan Bapak dan Ibu."Terima kasih, Dok," ucap Cassandra yang akhirnya mengeluarkan suara.Setelah menit berlalu, sang bayi sudah selesai dimandikan, kini sang bayi dan sang Ibu kembali ke kamar VVIP. Alex terus berada disamping Cassandra, bahkan tangannya terus menggenggam tangan Cassandra."Jika ada sesuatu yang dibutuhkan, bisa panggil saya," kata Vita setelah dirinya mengantar ke kamar VVIP."Baik, terima kasih," ujar Alex.Di kamar VVIP hanya ada Alex, Cassandra, bayi yang baru saja lahir, Fara, Farhan, dan Hans. Fara dan Farhan terlihat sangat bahagia dengan meneteskan air mata, air mata terharu karena
Sampai di rumah sakit, Hans langsung meminta kamar VVIP untuk Cassandra, karena tidak mungkin Cassandra berada di kamar umum, apa lagi Cassandra adalah istri dari Alex, istri kedua Alex, pastinya Cassandra tidak boleh diketahui oleh orang-orang yang berada di rumah sakit, Alex tidak ingin orang-orang mengetahui itu, karena itu akan menghancurkan reputasi Haniya dan Alex. Cassandra juga sadar dengan dirinya yang hanya istri kedua, Cassandra hanya bisa menuruti apa yang diperintahkan oleh Alex."Jangan tegang." Alex menggunakan topi, masker, dan kacamata untuk penyamaran.Fara dan Farhan juga mengikuti Alex untuk melakukan penyamaran. Hans juga sama melakukan itu, karena Hans adalah asistennya Alex membuat Hans juga harus melakukan penyamaran.'Tuhan, mudahkan dan lancarkan,' batin Cassandra yang terus tegang saat dirinya sampai di rumah sakit.Sampai di kamar VVIP. Cassandra segera di periksa oleh Dokter kandungan dan beberapa perawat yang ada di sana. Alex meminta Hans untuk mencari D
Beberapa hari berlalu. Alex dan Haniya sudah kembali ke Indonesia. Alex segera pergi ke Apartment tanpa meminta izin pada Haniya, dan Haniya juga tidak perduli dengan sikap Alex yang seperti itu. Saat ini hubungan Haniya dan Alex seperti renggang, renggang karena Haniya terlalu sibuk dengan karirnya, dan Alex juga fokus pada kehamilan Cassandra. Terkadang Alex bingung dengan Haniya yang begitu fokus pada karir dan melupakan dirinya, tapi Alex bersyukur memiliki Cassandra yang selalu memperhatikannya, oleh sebab itu Alex mulai terfokus pada Cassandra. Namun, cinta Alex pada Haniya tidak akan pernah pudar. Hm, sepertinya Alex memang cinta mati pada Haniya, semoga saja Haniya mengubah sikapnya yang terlalu fokus pada karir."Suamiku!" Cassandra sangat bahagia melihat kedatangan suaminya ke Apartment."Aku merindukanmu." Alex tersenyum manis dan berlari ke arah istri keduanya.Fara dan Farhan masih ada di Apartment. Cassandra malu dengan Alex yang tiba-tiba memeluknya didepan orang tua Al
"Aku sangat suka, Sayang." Alex tersenyum manis untuk istri keduanya, istri yang selalu melakukan perannya sebagai seorang istri.Cassandra membalas senyuman itu dan berkata. "Syukurlah kalau kamu suka, aku akan selalu membuat masakan untukmu jika kamu ke Apartment, walaupun beberapa bulan lagi aku akan pergi." Cassandra menahan air matanya yang akan menetes.Alex menggenggam lengan Cassandra dan kembali mengecup lengan itu. Cassandra sangat menyayangi Cassandra, apa lagi Cassandra selalu menuruti apa yang dikatakan olehnya. Namun, Cassandra dan Alex harus berpisah ketika bayi yang ada didalam kandungan Cassandra lahir."Walaupun kita berpisah, kita telah memiliki momen indah," ucap Alex dengan mata yang berkaca-kaca.Alex pastinya merasa sedih saat mendengar ucapan Cassandra, walaupun mereka berkenalan dengan cara yang tidak baik, tapi mereka memiliki momen indah yang suatu saat akan selalu mereka ingat dalam memori ingatannya, ingatan yang begitu indah di otak mereka masing-masing.
Cassandra memang harus berdamai dengan keadaan, karena jika tidak, Cassandra akan merasa sakit hati sendirian, apa lagi Cassandra hanya menjadi istri kedua, Cassandra harus bisa sadar diri dengan statusnya, status yang suatu saat akan berakhir setelah dirinya melahirkan anak pertamanya untuk Alex dan Haniya. Ada rasa sedih dari diri Cassandra, tapi Cassandra mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan berdamai dan menyadari keadaan, keadaan yang memang menyakitkan, tapi Cassandra harus bisa menjalani semuanya."Pokoknya kamu harus jadi anak yang rajin kalau sudah lahir ke dunia, kamu harus membanggakan kedua orang tuamu, walaupun kamu tidak mengetahui siapa yang melahirkan kamu, tapi kamu akan menjadi anakku yang paling ku cintai." Cassandra sudah benar-benar berdamai dengan keadaan.Cassandra mulai mengatur napasnya dalam-dalam supaya bisa lebih rileks, karena kandungan Cassandra sudah besar dan Cassandra tidak ingin mengalami stress, Cassandra ingin tenang sampai melahirkan nanti."J