Share

2. Ingin Pergi

"Rentenir atau bukan, itu bukan urusan kau!" sentak Alex.

Cassandra terdiam dengan tubuh yang bergetar, Cassandra sudah tidak bisa mengatakan apapun lagi.

"Jadi bagaimana?" tanya Alex seolah-olah tidak sabar menunggu jawaban.

"Gimana apanya?" Cassandra berbalik tanya.

"Oh Tuhan!" Alex ingin sekali menghantam meja yang ada di depannya. Namun, tidak jadi, Alex harus sabar dan terus sabar.

Cassandra melirik ke arah sekitar, Cassandra ingin sekali pergi dari sini. Namun, sepertinya sangat sulit.

"Kau akan lunasi semua hutang keluargamu hari ini, atau menikah denganku!" Alex kembali membahas itu.

"Menikah? Aku tidak pernah terpikir menikah dengan pria asing," tutur Cassandra dengan sangat enteng.

"Kau pikir, saya sudi menikahi kau!" Alex mulai emosi.

Seketika suasana hening, semua orang yang ada di sana sepertinya sedang berpikir keras.

"Cepat! Saya tidak punya waktu!" Alex kembali berteriak.

"Be ... Berikan aku waktu untuk memikirkan ini," ucap Cassandra.

"Oke, satu detik!"

"Hah? Yang benar saja!" Cassandra kesal.

Alex melotot pada Cassandra.

"Se ... Sebentar, aku harus menelepon orang tuaku untuk menanyakan semua ini, aku takut ini hanya penipuan." Bisa-bisanya Cassandra mengatakan itu.

Alex tertawa. "Berikan rekaman saat orang tuanya meminjam uang!" titahnya pada sang asisten.

"Baik." Hans mengangguk dan mulai mengambil iPad didalam tas.

Hans mengotak-atik iPad dan membuka salah satu video, lalu iPad itu disimpan di atas meja yang mengarah ke arah Cassandra. Cassandra mulai melihat video itu dengan teliti, dan ternyata benar jika Dian dan Dani selaku orang tuanya Cassandra sudah meminjam banyak uang pada pria yang ada di depannya, pria yang sangat menyeramkan.

Alex bangun dari duduknya. "Kau harus bermalam di sini, besok saya akan kembali, besok kau harus memutuskan semuanya!"

"Ba ... Baik." Cassandra manggut-manggut saja.

Alex dan Hans segera pergi dari unit Apartemen itu, Cassandra di biarkan sendiri di Apartemen itu, Apartemen mewah.

"Aku harus pergi." Cassandra ingin pergi dan kabur dari Apartemen tersebut. Namun, tidak bisa.

Hans dan Alex pastinya sudah mengurung Cassandra di dalam Apartemen sampai besok. Cassandra menangis dan ingin menghubungi keluarganya, tapi ponselnya tidak ada.

"Pasti handphone aku di ambil mereka." Cassandra memiliki insting yang kuat untuk itu.

Cassandra berguling-guling di lantai, Cassandra menangis, Cassandra tidak tahu harus mengambil keputusan apa untuk ini. Namun, Cassandra tidak mampu membayar semua hutang orang tuanya saat ini juga. Cassandra tidak memiliki uang sebanyak itu, uangnya Cassandra hanya cukup untuk makan sehari-hari. Cassandra memang gadis miskin, tapi Cassandra selalu mencoba membahagiakan orang tuanya. Namun, Cassandra sedih dengan balasan orang tuanya yang seperti ini.

"Bisa-bisanya aku harus nikah sama cowok kayak gitu, dia bukan tipe aku, pasti dia tua."

Cassandra mulai memikirkan wajahnya Alex, karena Cassandra memang tidak menyukai pria seperti Alex, apa lagi Alex memiliki brewok yang seperti itu. Cassandra tidak menyukainya, tapi saat ini Cassandra benar-benar bingung harus melakukan apa.

**

Pukul 10 malam di sebuah kamar mewah. Alex dan Haniya sedang duduk di sofa, mereka berdua baru saja meminum teh hangat buatan Haniya. Selama pernikahan ini, Haniya memang tipe istri yang baik, penyayang, dan penuh perhatian pada suaminya.

"Sayang, kamu harus segera menikah." Haniya mulai membahas itu lagi.

Kepalanya Alex sepertinya akan pecah jika setiap hari harus selalu membahas itu.

"Sayang." Haniya meraba-raba dada bidang suaminya guna merayu sang suami untuk menurutinya.

"Aku sedang merencanakan semua ini," ucap Alex.

Haniya tersenyum lebar. "Apa benar? Siapa wanita yang akan kamu nikahi?" tanyanya dengan penasaran.

"Belum bisa memastikannya," jawab Alex.

Haniya mulai cemberut. "Pokoknya jangan nikahi wanita di klub malam, aku tidak suka, aku akan benci itu!"

"Sejak kapan aku pergi ke klub malam?" Alex menatap lekat ke arah istrinya.

"Tidak pernah, maafkan aku."

Haniya mulai menyandarkan kepalanya pada dada bidangnya Alex, dan Alex mulai mengecup pucuk kepalanya Haniya, mereka berdua adalah pasangan suami istri yang sangat romantis dan begituu harmonis. Namun, kekurangan mereka hanyalah keturunan, sudah lima tahun menikah belum memiliki keturunan.

"Sayang, mungkin kita bisa program hamil, satu anak tidak apa-apa." Entah sudah berapa kali Alex mengatakan itu dan memohon seperti itu pada istrinya.

Akankah Haniya menurutinya?

Haniya mulai membenarkan posisi duduknya dan tidak bersandar lagi pada suaminya, lalu Haniya mengatakan. "Aku tidak bisa mengandung, aku tidak bisa melahirkan, kita sudah membahas ini sebelum menikah!" Suaranya sedikit meninggi.

"Kalau kamu takut gendut, aku bisa membawamu ke luar negeri untuk membuatmu jadi seperti ini lagi." Alex memang tidak berniat menikah lagi, Alex tidak ingin mengkhianati istrinya, walaupun ini hanya rencana semata. Namun, Alex tidak pernah memikirkan semua ini.

Alex adalah tipe pria yang setia pada satu pasangan, Alex juga begitu mencintai Haniya sangat dalam.

"Aku lelah, aku ingin tidur." Haniya bangun dari duduknya dan melangkah menuju ranjang.

Haniya mulai membaringkan tubuhnya di atas ranjang, saat ini Haniya sedang kesal pada Alex.

"Selamat malam Sayang, mimpi indah!" Alex selalu mengatakan itu pada istrinya, Alex sangat romantis.

Haniya tidak merespon itu. Alex hanya bisa tersenyum tipis, Alex tahu jika Haniya sangat keras kepala.

'Baiklah, mungkin memang seharusnya aku harus menikah dengan gadis lain demi anak, semua ini demi anak dan penerus untukku,' batin Alex yang sepertinya sudah menerima semuanya.

Alex mulai memikirkan gadis yang ada di Apartemennya.

'Semoga dia mau menikah denganku, aku harus segera menikahi dia dan menghamili dia!' batin Alex yang sudah bertekad ingin memiliki keturunan demi pernikahannya dengan sang istri.

Alex akan menuruti apa yang diinginkan Haniya, walaupun Alex harus menikahi wanita lain, karena sudah tidak ada pilihan lain selain menikahi wanita lain demi menyelamatkan pernikahannya dengan Haniya.

"Sayang, mau ke mana?" tanya Alex setelah beberapa saat istrinya terbangun dari baringnya dan akan pergi dari kamar.

"Aku ingin mengambil sesuatu di dapur," jawab Haniya tanpa menoleh.

"Oke, hati-hati." Alex memahami istrinya masih kesal padanya.

Haniya keluar dari kamar dan tidak menoleh sama sekali. Alex mulai bangun dari duduknya di sofa, Alex menghampiri meja kerjanya yang berada di pojok kamar. Alex membuka tas kerja dan mengambil sebuah ponsel, lalu Alex mengutak-atik ponsel itu.

"Apakah dia seorang mahasiswi?" Alex mulai bermonolog.

Alex sedang mengotak-atik ponsel milik Cassandra, karena Alex sengaja mengambil ponsel Cassandra guna Cassandra tidak bisa menghubungi siapapun. Alex berharap jika besok Cassandra mau menerima tawaran untuk menikah, karena Alex tidak tahu harus mencari wanita di mana lagi untuk mengandung benihnya. Alex juga tidak mungkin menikahi wanita malam yang ada di klub, Alex juga ingin anaknya lahir dari rahim wanita yang baik-baik.

"Oh Tuhan, kenapa aku jadi memikirkan gadis itu!" Alex mengacak-acak rambutnya sendiri saat sadar jika dirinya mulai memikirkan gadis yang ada di Apartemennya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status