Tak tinggal diam, Desy lalu menarik Emma. “Hentikan, Emma,” katanya.Namun Emma tetap tidak mau berhenti. Tangannya terus mencekik Anne sementara dia menyeringai pada Desy.“Sabrina bantuin aku narik Emma,” kata Desy.Sabrina mengangguk. Dia lalu ikut membantu menarik Emma.Dalam waktu sekitar sepuluh menit, Sabrina dan Desy berhasil menarik Emma dan membuat gadis itu melepaskan cengkeramannya di leher Anne. Mereka bertiga lalu berjalan cepat meninggalkan Emma sebelum Emma berhasil mengejar mereka.Tak lama kemudian, Tony, Jake dan Ethan datang. Mereka saling pandang ketika bersisipan dengan Sabrina dan kedua temannya yang berlari-lari kecil.“Aku yakin mereka pasti habis ribut sama Emma,” kata Tony. Dia mempercepat langkahnya.Tony cs menghentikan langkahnya saat melihat Emma di samping ruang perpustakaan. Gadis itu terduduk dengan kaki memanjang.“Emma, ada apa?” kata Tony. Dia berjongkok.“Tadi aku habis diserang sama Sabrina cs,” kata Emma. Suaranya lemah dan tubuhnya tampak lemas
Keesokan harinya, Tiwi berusaa menelepon Tony dan Emma dia bermaksud memberitahukan apa yang terjadi pada ibunya. Dia mengajak salah satu dari mereka untuk menemaninya ke hutan. Tapi di antara mereka tak ada yang bisa meninggalkan kuliah.Akhirnya Tiwi datang ke hutan sendiri pagi-pagi. Tak peduli harus membolos kuliah. Keselamatan ibunya adalah segalanya.Setibanya di lokasi Emma menemukan batu, gadis itu menghentikan langkah. Dia lalu berkonsentrasi untuk memanggil mahluk astral yang mengganggu Ibunya.“Semalam Ibuku diganggu. Apa kamu yang melakukannya?” tanya Tiwi saat dia melihat Lala.Mahluk bergaun putih kumal yang ada di depan Tiwi tertawa. Dia lalu mengangguk.“Kenapa kamu ganggu dia?” tanya Tiwi.“Jangan ikut campur,” sahut Lala.“Emma temanku,” kata Tiwi.Lala menggeleng. “Bukan,” katanya.“Kamu akan terus mengganggu keluargaku kalau aku membantunya?” tanya Tiwi.Mahluk astral di depan Tiwi mengangguk.Tiwi tertegun. Sebenarnya dia sangat mau membantu Emma. Tapi kalau dia d
Lokasi yang dikunjungi pertama oleh Tony cs adalah Taman Sari. Karena Emma baru pertama kali datang ke lokai wisata itu, tentu saja dia takjub. Dia melihat semua bangunan yang ada di tempat itu dengan mata berbinar. Rasanya seperti diseret ke puluhan tahun yang lalu.Sementarai itu, seperti biasa, sambil berjalan Tony asyik memotret objek yang ada di Taman sari. Saking asyiknya, dia sampai terlihat berjongkok beberapa kali untuk mengambil gambar.“Daripada kamu fotoin tembok mending fotoin aku,” kata Emma. Dia menepuk pundak Tony.“Boleh,” katanya. Sama Jake dan Ethan saja sekalian.Emma lalu memanggil Jake dan Ethan. Mereka bertiga lalu pose bersama. Emma di tengah sementara Jake dan Ethan di sisi kirinya. Saat Jake merangkul pundaknya di pose kedua, Emma agak canggung. Tony menyadari itu dan ada yang bergejolak di dadanya. Dia berusaha untuk mengabaikan itu lalu melakukan satu jepretan.“Aku juga mau foto bareng kalian deh,” kata Tony. Dia lalu meminta tolong seseorang yang lewat di
Emma menyandarkan kepalanya di pundak Tony yang duduk di sampingnya. Air matanya keluar lagi. Dia lalu berusaha mengendalikan diri karena tak ingin merepotkan Tony. Dengan kedua telapak tangannya dia mengusap pipi kanan dan kirinya.“Kita nggak jadi keluar deh kalo gitu,” kata Tony. Biar aku telfon Jake dan Ethan.“Jangan dong,” kata Emma. Masak cuma gara-gara aku kalian nggak jadi keluar. Ayo kita keluar.“Kamu beneran nggak apa-apa?” tanya Tony.Emma menggeleng. Dia lalu bangkit. “Aku mau ganti baju dulu,” katanya. Dia lalu mengambil baju ganti dari tasnya lalu berjalan ke kamar mandi.“Kenapa?” tanya Tony saat melihat Emma ragu-ragu melangkah mendekati kamar mandi.Tony lalu berjalan mendekati Emma. “Kamu masih takut?” tanyanya, “apa perlu aku temenin kamu ke dalem?”Emma teratwa. “Enggak lah. Keenakan kamu,” katanya. Dia lalu masuk ke kamar mandi dan menutup pintu.Tony lantas terbahak.***Sabrina melihat layar ponselnya seperti orang linglung. Dia mengirim chat pada Jake beberap
Sabrina berdiri sambil melihat sekeliling. Dia memperhatikan satu demi satu mahasiswa yang sekiranya cocok dia jadikan target.“Aku baru inget aku ada kenalan mahasiswa yang suka belajar juga kayak Emma,” kat Desy.Sabrina membelalakkan mata. “Serius?” tanyanya.Desy mengangguk. “Dulu dia teman SMA-ku satu angkatan,” katanya, “namanya Indra.” “Yaudah sih ayo kita cariin dia,” kata Anne.“Biasanya dia sering nongkrong di perpustakaan,” kata Desy.Mereka bertiga lalu berjalan menuju perpustakaan.Gedung perpustakaan yang terdiri dari dua lantai itu sedang ramai-ramainya ketika Sabrina dan dua temannya sampai di sana.“Biar cepet nyarinya kita pencar saja gimana?” usul Sabrina.Anne dan Desy kompak mengangguk. “Oke,” kata Desy.“Aku ke atas ya,” kata Sabrina.“Eh, bentar-bentar, kamu tau orangnya kayak gimana nggak?” tanya Desy.Sabrina menggeleng. Dia lalu tertawa.“Nyelonong aja,” kata Desy. Dia lalu membuka akun Instagramnya dan menunjukkan akun Instagram Indra.Sabrina mengamati fo
Jake melihat Emma duduk sendiri saat dia datang bersama Ethan di kantin. Dengan langkah-langkah lebar, dia lalu menghampiri gadis itu.“Tumben sendirian, Tony mana?” tanya Jake setelah meletakkan pesanannya di meja.“Oh dia katanya tadi mau ke toilet sih,” kata Emma.“Aku nggak apa-apa kan join?” tanya Jake.“Nggak apa-apa kok. Kenapa sih tanya segala? Biasanya juga kita bareng-bareng,” kata Emma.Sebenarnya, Jake juga tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja dia merasa canggung. Sejak dia berpacaran dengan Sabrina, dia merasa ada jarak anatara dirinya dengan Emma. Semuanya tak lagi sama seperti sebelum dia berpacaran dengan Sabrina.“By the way, Sabrina udah nggak pernah ganggu kamu?” tanya Jake. Dia mengambil sepotong kentang goreng lalu dia masukkan ke mulut.“Selama beberapa hari ini belum. Nggak tahu besok-besok,” kata Emma.“Eh, udah rame aja nih!” Tony baru datang sambil membawa pesanannya. Dia lalu menarik kursi yang ada di samping Emma dan duduk.“Eh iya, Tony, aku keinget sesuatu
“Emangnya kenapa aku harus takut sama kamu, Sabrina?” kata Emma, “kamu pikir kamu presiden?”Mendemgar ucapan Emma, Sabrina terpancing emosi. Dia lalu menggerakkan tangan kanannya, berusaha memukul Emma. Namun belum sampai niatnya terpenuhi, Emma berhasil mencekal tangannya. Gadis itu melotot dan menyeringai. Cengkeramannya di tangan Sabrina sangat kuat.Sabrina berusaha menarik tangannya tapi gagal. Melihat itu Emma tertawa. Dia lalu memutar pergelangan tangan Sabrina hingga tulang gadis itu berbunyi. Emma lalu tertawa.“Emma! Apa yang kamu lakukan?!” kata Anne. Dia lalu berusaha melepas tangan Emma dari tangan Sabrina.“Emma lepaskan tanganmu. Kamu nggak lihat apa Sabrina kesakitan?” kata Desy.Emma tak menjawab, dia malah tertawa. Semakin lama, wajahnya semakin pucat dan matanya semakin melotot.“Anne, kamu cari bantuan gih,” kata Desy.Anne menuruti Desy. Dia berlari lalu memanggil beberapa mashasiswa. Dia lalu kembali dengan empat orang mahasiswa. Empat orang mahasiswa itu berusa
Seperti janji yang Tony, Jake dan Ethan ucapkan saat istirahat siang mereka mengikuti Emma ke perpustakaan untuk bertemu Indra. Mereka mengawasi dari jauh. Sepertinya memang Indra dan Emma sedang membahas tenteng materi perkuliahaan. Mereka terlihat sangat serius sekali.“Guys, menurut lo kenapa ya cowok itu tiba-tiba ngedeketin Emma?” tanya Tony. Pandangannya terfokus ke Emma dan Indra.“Kan udah kelihatan itu mereka diskusiin tentang mata kuliah. Mungkin ada materi ynang Indra kurang paham. Karena Emma anaknya terkenal cukup rajin, jadi dia ngedeketin Emma deh,” sahut Ethan.“Tau kamu semua cowok yang ngedeketin dia kamu curigain kamu cuma sahabatnya bukan bapaknya,” kata Jake.“Justru karena aku sahabatnya makanya aku protektif sama dia,” sahut Tony cepat, “aku nggak mau dia diapa-apain sama cowok playboy, cowok buaya dan cowok-cowok prik lainnya.”“Kamu nyindir aku?!” sahut Jake, nada suaranya meninggi.“Nggak, kalo nggak merasa ya nggak usah kesindir sih,” sahut Tony.Ethan lalu