Laura minum air putih lalu beranjak meninggalkan meja makan dengan setengah berlari masuk ke kamar tidurnya. Dari belakang Reynold mengejarnya dan menangkap pinggangnya dengan kedua lengannya yang kekar."Lepaskan, Rey! Aku ingin sendiri ...," seru Laura dengan suara parau karena mulai berair mata.Reynold mengeratkan pelukannya di tubuh Laura, dia tidak mau Laura mengambek kepadanya. "Hey, dengar dulu, Laura Sayang. Ceritaku belum selesai tadi. Aku nggak menanggapi godaan Hesti, aku mengancamnya akan memindahkan bimbingan skripsinya ke Prof. Hary Sutrisno. Dia pun berhenti bersikap genit kepadaku lagi. Kamu jangan marah ya?"Dia pun membalik tubuh Laura menghadapnya. Sepasang mata biru saphire yang indah itu berkaca-kaca membuat hatinya serasa teremas."Ohh ... maafkan aku, Laura. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Kamu pasti tahu profesi kita sebagai dosen ditambah penampilan yang menarik, itu rawan godaan dari mahasiswa dan mahasiswi. Kamu sendiri sudah terjebak dalam asmara ked
Kegiatan di kampus masih sibuk seperti biasanya, begitu pula dengan ketiga dosen idola yang menarik itu. Mereka bertiga baru saja menyelesaikan kuliah untuk mahasiswa di sesi pagi."Hai, Sayang! Apa sudah selesai jadwal mengajarmu hari ini?" sapa James mengecup pipi Laura lalu berjalan di sisi dosen cantik itu menuju ke lobi Anatomi tempat lift gedung utama kampus berada.Laura melepas senyum manisnya ke James seraya menjawab, "Ada satu lagi jam 1 siang, Profesor James. Apa hari ini kamu sibuk, Baby boy?"Wajah James tersipu malu ketika mendengar istrinya memanggilnya 'baby boy' di tengah padatnya lobi Anatomi dan membuat mahasiswi-mahasiswi yang mendengarnya cekikikan. Namun, dia tidak marah lalu menjawab, "Sibuk dengan bimbingan skripsi dan jadwal praktikum di Lab. Mikrobiologi seperti biasa, Honey. Sampai nanti ya, aku akan menjemputmu untuk makan siang.""Bye, James," sahut Laura lalu bergegas berjalan lurus ke arah gedung Patologi Anatomi."Prof! Tunggu aku, Prof!" seru seorang p
"Dokter Siska apa lagi kurang kerjaan?" ucap James pedas seperti biasa dengan tampangnya yang dingin."Siapa bilang, Prof?! Aku lagi sibuk lho ... sibuk ngegodain kamu. Hehehe," seloroh Dokter Siska sambil mengerling genit kepada James.James pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling laboratorium mencari keberadaan Hesti, dia takut kalau berduaan saja dengan si dosen ganjen akan lebih stres lagi."Lagi nyariin siapa sih, Prof? Kok celingukan begitu?" tanya Dokter Siska penasaran sambil berjalan mendekati James di dekat jendela yang menghadap ke barat."Apa Anda melihat Hesti, Dok?" tanya James berjalan menjauh ke arah ruang pendingin penyimpanan preparat.Dokter Siska masih saja getol membuntuti gebetannya itu dari belakang dan menubruk punggung kokoh itu saat James mendadak berhenti berjalan. "Aduh!" serunya saat terpental dan nyaris jatuh.Sekali lagi James menangkap tubuhnya dan menyelamatkannya dari kemungkinan benjol karena jatuh ke lantai. Dia pun memeluk tubuh James lagi denga
Saat keluarga kecil itu sampai di Sindu Edu Park, langit telah berubah menjadi gelap bertabur bintang-bintang dengan bulan sabit yang menggantung seperti bibir yang sedang tersenyum. Laura bergelanyut mesra di lengan Reynold sembari berjalan di belakang kedua anak kembarnya dan Mikha."Hmm, rasanya malam ini indah sekali, Sayangku," ujar Reynold seraya tersenyum lebar melirik wajah Laura.Sementara Laura tertawa pelan menoleh ke arah suaminya itu, dia bertanya, "Apa kau senang James pergi jauh dariku, Rey?""Hahaha ... ini mau dijawab jujur apa boongan, Prof?" goda Reynold tertawa berderai. Laura pun mencubit hidung mancung pria itu. "Hmm, nggak jadi tanya, Rey. Aku sudah tahu jawabannya," balas Laura mengangkat sebelah alisnya."Bagiku berdua saja denganmu lebih menyenangkan. Ehh ... sepertinya kita bisa naik bianglalanya tanpa mengantre, aku akan membelikan tiketnya dulu. Sebentar ya, Sayang," ujar Reynold lalu berlari-lari kecil ke loket karcis bianglala atau ferris wheel.Suasana
Sesampainya di Jasmine Park, Reynold menggendong Jacob dan Laura menggendong Joshua naik ke unit mereka di lantai 8 apartment itu. Kedua bocah kembar itu terlelap dan sulit dibangunkan karena kelelahan.Kemudian mereka berdua membaringkan Jacob dan Joshua di kamar anak-anak itu masing-masing. Usai mengecup kening Jacob dan Joshua, mereka pun masuk ke kamar tidur untuk berganti baju dan membersihkan diri sebelum tidur.Saat Laura mengoleskan krim malam ke wajahnya, Reynold mendekap tubuhnya dari belakang dan tersenyum melalui pantulan bayangan di cermin kepadanya."Profesorku yang cantik ini milikku malam ini," bisiknya di samping telinga Laura.Usai melakukan perawatan wajahnya, Laura membalik tubuhnya menghadap Reynold yang memerangkapnya dengan kedua lengan kekarnya. Pria itu mengangkat sebelah alisnya pada Laura. "Bolehkah aku mengharapkan sebuah ciuman yang panas darimu, Prof?" ujarnya tersenyum miring menatap Laura.Telapak tangan Laura membelai dada bidang Reynold lalu pandangan
Pukul 02.10 AM waktu Perth, James tiba di bandara Internasional Perth dijemput oleh abang sulungnya, Leeray bersama istrinya, Deasy."Welcome to Perth, James! Bikin begadang kamu, Dek. Abang ngantuk nih!" sapa Leeray sekaligus mengomeli adik nomor tiganya sembari memeluknya.Sedangkan, James hanya terkekeh menanggapi omelan abangnya itu. "Thank you sudah mau jemput aku, Bang. Apa mau aku yang nyetir mobilnya?" balas James sambil memeluk Deasy juga. "hai, Deasy!" sapanya."Nggak usah, aku aja yang nyetir pasti lebih cepat sampainya ke rumah," tolak Leeray lalu berjalan membawakan koper milik James menuju ke parkiran mobil."Hubby, jangan ngebut seperti Dominic Toretto atau aku akan menjewer telingamu dengan kencang!" ancam Deasy karena cara menyetir Leeray kadang sungguh mengerikan seperti adegan balapan film Fast and Furious.James tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan kakak iparnya itu lalu menimpali, "Sepertinya Bang Leeray masih belum berubah, Deasy!""Benar, kadang aku ingin ...
"Bang James ya yang nelpon?" tanya Reynold menghampiri Laura di dapur. Dia memang belum mandi, tetapi sudah gosok gigi dan membasuh wajahnya.Laura yang sedang menyiapkan bahan untuk memasak sarapan di meja pantry pun menoleh ke arah Reynold lalu tersenyum menjawab, "Iya. Temani aku memasak ya, Rey."Suaminya itu mengangguk lalu berjalan ke belakangnya dan mendekapnya dengan lengannya yang kekar. Reynold mengecupi lekuk leher Laura sambil membelai-belai buah dada istrinya itu.Akhirnya Laura menyerah dan meletakkan pisau dapurnya. "Aakkhh ... ini nemenin kok begini sih, Rey!" tegur Laura yang dibuat turn on pagi-pagi karena keusilan suaminya.Kemudian Reynold membalik tubuh Laura, memerangkapnya di antara meja pantry dan tubuh kekarnya. Dia memagut bibir merah muda ranum itu dalam-dalam sambil menggesek-gesekkan bagian yang menegang di balik celana boxernya ke ceruk di antara pangkal paha Laura.'Ini si Rey kelakuan sebelas dua belas sama si James!' batin Laura sambil mendorong perlah
"Rey, kalau aku nggak ngulang skripsi dari awal apa nggak bisa?" tanya Melinda penuh harap. Dia menjilat bibir bawahnya yang seksi lalu berdiri dan berjalan ke kursi Reynold.Kedua lengannya melingkari bahu pria muda itu dari belakang. "Aku bisa kok bikin kamu puas asal kamu mau bantuin skripsiku, mau ya?" bujuk Melinda berbisik di samping telinga Reynold.Namun, Reynold tidak menginginkan hal-hal seperti itu bersama mahasiswinya. Dia pun melepaskan lilitan tangan Melinda di tubuhnya lalu berkata, "Kalau nggak mau ngulang bikin skripsinya berarti kamu tetap ikut bimbingan Prof. Untari Sudibyo aja, Mel. Itu syarat dariku karena memang bidang pembahasan skripsinya beda dengan bidangku. Akademik pasti nanyain lah, 'kan aneh! Masa kubilang karena kamu mesum sama aku apa tidur sama aku jadi aku mau jadi dosen pembimbing skripsi kamu?""Ehh ... jahat banget sih! Jangan bilang gitu dong sama akademik. Rey, bantuin aku ... ini sudah tahun kesembilan, aku nggak boleh kuliah lebih lama lagi!" u