"Dokter Siska apa lagi kurang kerjaan?" ucap James pedas seperti biasa dengan tampangnya yang dingin."Siapa bilang, Prof?! Aku lagi sibuk lho ... sibuk ngegodain kamu. Hehehe," seloroh Dokter Siska sambil mengerling genit kepada James.James pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling laboratorium mencari keberadaan Hesti, dia takut kalau berduaan saja dengan si dosen ganjen akan lebih stres lagi."Lagi nyariin siapa sih, Prof? Kok celingukan begitu?" tanya Dokter Siska penasaran sambil berjalan mendekati James di dekat jendela yang menghadap ke barat."Apa Anda melihat Hesti, Dok?" tanya James berjalan menjauh ke arah ruang pendingin penyimpanan preparat.Dokter Siska masih saja getol membuntuti gebetannya itu dari belakang dan menubruk punggung kokoh itu saat James mendadak berhenti berjalan. "Aduh!" serunya saat terpental dan nyaris jatuh.Sekali lagi James menangkap tubuhnya dan menyelamatkannya dari kemungkinan benjol karena jatuh ke lantai. Dia pun memeluk tubuh James lagi denga
Saat keluarga kecil itu sampai di Sindu Edu Park, langit telah berubah menjadi gelap bertabur bintang-bintang dengan bulan sabit yang menggantung seperti bibir yang sedang tersenyum. Laura bergelanyut mesra di lengan Reynold sembari berjalan di belakang kedua anak kembarnya dan Mikha."Hmm, rasanya malam ini indah sekali, Sayangku," ujar Reynold seraya tersenyum lebar melirik wajah Laura.Sementara Laura tertawa pelan menoleh ke arah suaminya itu, dia bertanya, "Apa kau senang James pergi jauh dariku, Rey?""Hahaha ... ini mau dijawab jujur apa boongan, Prof?" goda Reynold tertawa berderai. Laura pun mencubit hidung mancung pria itu. "Hmm, nggak jadi tanya, Rey. Aku sudah tahu jawabannya," balas Laura mengangkat sebelah alisnya."Bagiku berdua saja denganmu lebih menyenangkan. Ehh ... sepertinya kita bisa naik bianglalanya tanpa mengantre, aku akan membelikan tiketnya dulu. Sebentar ya, Sayang," ujar Reynold lalu berlari-lari kecil ke loket karcis bianglala atau ferris wheel.Suasana
Sesampainya di Jasmine Park, Reynold menggendong Jacob dan Laura menggendong Joshua naik ke unit mereka di lantai 8 apartment itu. Kedua bocah kembar itu terlelap dan sulit dibangunkan karena kelelahan.Kemudian mereka berdua membaringkan Jacob dan Joshua di kamar anak-anak itu masing-masing. Usai mengecup kening Jacob dan Joshua, mereka pun masuk ke kamar tidur untuk berganti baju dan membersihkan diri sebelum tidur.Saat Laura mengoleskan krim malam ke wajahnya, Reynold mendekap tubuhnya dari belakang dan tersenyum melalui pantulan bayangan di cermin kepadanya."Profesorku yang cantik ini milikku malam ini," bisiknya di samping telinga Laura.Usai melakukan perawatan wajahnya, Laura membalik tubuhnya menghadap Reynold yang memerangkapnya dengan kedua lengan kekarnya. Pria itu mengangkat sebelah alisnya pada Laura. "Bolehkah aku mengharapkan sebuah ciuman yang panas darimu, Prof?" ujarnya tersenyum miring menatap Laura.Telapak tangan Laura membelai dada bidang Reynold lalu pandangan
Pukul 02.10 AM waktu Perth, James tiba di bandara Internasional Perth dijemput oleh abang sulungnya, Leeray bersama istrinya, Deasy."Welcome to Perth, James! Bikin begadang kamu, Dek. Abang ngantuk nih!" sapa Leeray sekaligus mengomeli adik nomor tiganya sembari memeluknya.Sedangkan, James hanya terkekeh menanggapi omelan abangnya itu. "Thank you sudah mau jemput aku, Bang. Apa mau aku yang nyetir mobilnya?" balas James sambil memeluk Deasy juga. "hai, Deasy!" sapanya."Nggak usah, aku aja yang nyetir pasti lebih cepat sampainya ke rumah," tolak Leeray lalu berjalan membawakan koper milik James menuju ke parkiran mobil."Hubby, jangan ngebut seperti Dominic Toretto atau aku akan menjewer telingamu dengan kencang!" ancam Deasy karena cara menyetir Leeray kadang sungguh mengerikan seperti adegan balapan film Fast and Furious.James tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan kakak iparnya itu lalu menimpali, "Sepertinya Bang Leeray masih belum berubah, Deasy!""Benar, kadang aku ingin ...
"Bang James ya yang nelpon?" tanya Reynold menghampiri Laura di dapur. Dia memang belum mandi, tetapi sudah gosok gigi dan membasuh wajahnya.Laura yang sedang menyiapkan bahan untuk memasak sarapan di meja pantry pun menoleh ke arah Reynold lalu tersenyum menjawab, "Iya. Temani aku memasak ya, Rey."Suaminya itu mengangguk lalu berjalan ke belakangnya dan mendekapnya dengan lengannya yang kekar. Reynold mengecupi lekuk leher Laura sambil membelai-belai buah dada istrinya itu.Akhirnya Laura menyerah dan meletakkan pisau dapurnya. "Aakkhh ... ini nemenin kok begini sih, Rey!" tegur Laura yang dibuat turn on pagi-pagi karena keusilan suaminya.Kemudian Reynold membalik tubuh Laura, memerangkapnya di antara meja pantry dan tubuh kekarnya. Dia memagut bibir merah muda ranum itu dalam-dalam sambil menggesek-gesekkan bagian yang menegang di balik celana boxernya ke ceruk di antara pangkal paha Laura.'Ini si Rey kelakuan sebelas dua belas sama si James!' batin Laura sambil mendorong perlah
"Rey, kalau aku nggak ngulang skripsi dari awal apa nggak bisa?" tanya Melinda penuh harap. Dia menjilat bibir bawahnya yang seksi lalu berdiri dan berjalan ke kursi Reynold.Kedua lengannya melingkari bahu pria muda itu dari belakang. "Aku bisa kok bikin kamu puas asal kamu mau bantuin skripsiku, mau ya?" bujuk Melinda berbisik di samping telinga Reynold.Namun, Reynold tidak menginginkan hal-hal seperti itu bersama mahasiswinya. Dia pun melepaskan lilitan tangan Melinda di tubuhnya lalu berkata, "Kalau nggak mau ngulang bikin skripsinya berarti kamu tetap ikut bimbingan Prof. Untari Sudibyo aja, Mel. Itu syarat dariku karena memang bidang pembahasan skripsinya beda dengan bidangku. Akademik pasti nanyain lah, 'kan aneh! Masa kubilang karena kamu mesum sama aku apa tidur sama aku jadi aku mau jadi dosen pembimbing skripsi kamu?""Ehh ... jahat banget sih! Jangan bilang gitu dong sama akademik. Rey, bantuin aku ... ini sudah tahun kesembilan, aku nggak boleh kuliah lebih lama lagi!" u
Bukan James namanya kalau tidak homesick berpisah jauh dari Laura. Padahal baru 2 hari saja dia berada di Perth."Bang Leeray, Bang Mike, aku mau pulang duluan ya ke Yogya nanti sore. Siang ini mau beli oleh-oleh buat anak-anakku dulu," ujar James saat sarapan bersama keluarga abang-abangnya.Michael terkekeh mendengar ucapan adik nomor tiganya itu. Dia lalu berkata, "James, kamu sudah kangen sama binimu 'kan? Makanya buru-buru pulang gini ... jujur aja!"Wajah James sontak merona karena malu. "Ahh ... Bang Mike ini!" sahutnya lalu melanjutkan sarapan paginya.Leeray pun tidak mau ketinggalan membully adik kandung bungsunya itu. "Lain kali ajakin si Laura, kalau perlu masukin koper kalau dia nolak. Kamu gimana sih James jadi suami kok nggak tegas?!" selorohnya memanas-manasi James."Mulai deh ngebully adik sendiri!" rajuk James kekanak-kanakan.Deasy yang duduk di samping Leeray pun menertawakan suami kakaknya yang berondong ganteng itu. "Memang Kak Laura di Yogya nggak sendirian 'kan
Pukul 04.30 WIB pesawat yang ditumpangi James mendarat dengan mulus di landasan YIA di Kulon Progo. James tidak ingin merepotkan Reynold dan Laura untuk menjemputnya, dia menggunakan jasa taksi bandara untuk mengantarkannya pulang ke Jasmine Park Apartment.Perjalanan itu memakan waktu sekitar 2 jam hingga dia sampai di lobi apartment. Seusai membayar argo taksi bandara itu, James naik ke unit milik Reynold di lantai 8 dengan lift. Dia menyeret kopernya sendiri lalu memasukkan kode akses pintu unit itu.James melirik jam tangannya dan memang masih pukul 05.15. Belum ada yang bangun biasanya saat dia berolahraga pagi pukul 05.00. Dia pun meninggalkan kopernya di samping sofa bersama tas plastik besar oleh-olehnya dari Perth.Dia masuk ke kamar tidur dan mendapati Laura sedang tidur berpelukan dengan Reynold. James menghela napas dalam-dalam untuk mengusir rasa cemburunya yang wajar muncul melihat pemandangan istrinya dan Reynold di atas ranjang yang begitu mesra.Perlahan James melangk
"Jake, Josh, Keira!" seru Midori yang baru saja selesai bersiap-siap di kamar tidurnya sebelum berangkat ke sekolah. Gadis kecil berusia sembilan tahun itu berkepang dua dan memanggul sebuah ransel bergambar Little Ponny warna biru muda.Poseidon, saudara kembarnya sudah terlebih dahulu selesai mandi tadi dan bercengkerama dengan sepupu-sepupu mereka. Ada Leon juga yang terlihat necis dalam seragam sekolah berdasi sama seperti Midori dan Poseidon."Anak-anak, temu kangennya ditunda nanti sepulang sekolah ya? Kalian sarapan dulu bersama-sama di meja makan!" ujar Deasy mengatur kerumunan kumpul bocah keturunan klan Indrajaya tersebut."Yaah ... Mommy, apa kami tidak boleh membolos sehari saja?" protes Midori karena terlalu bersemangat bertemu kembali dengan para sepupunya yang jarang dia temui sehari-hari.Deasy tersenyum seraya berkata, "Tidak. Nanti sepulang sekolah, Jacob, Joshua, dan Keira masih akan ada di rumah kita. Bahkan, mereka akan bersekolah di sekolah yang sama dengan kalia
"Lee, aku ikut menemanimu menunggu di helipad!" ucap Deasy ketika melihat suaminya mengenakan jaket di luar piyama.Leeray tersenyum tipis lalu menjawab, "Oke, pakai baju yang agak tebal. Di luar berangin, Baby Girl!" Tanpa membantah, Deasy melangkah ke walk in closet dan mengambil mantel Burberry tebal miliknya di luar piyama yang senada dengan milik suaminya. Mereka berdua hanya keluar rumah berdua ke sisi barat rumah induk. Leeray memang membeli lahan luas yang kosong itu untuk lapangan berkuda, istal, dan membangun helipad. Ada lapangan basket mini juga yang biasa dipakai ketika saudara-saudaranya berkunjung bersama anak-anak mereka.Adik-adik Leeray semua sudah berkeluarga dan memiliki beberapa anak. Michael menikahi Brandy Tanurie yang awalnya mengejar-ngejar James. Gadis mungil pewaris tunggal legacy klan Tanurie itu menjatuhkan hatinya ke kakak gebetan, cinta masa kecilnya. Mereka memiliki sepasang anak perempuan dan laki-laki. Si sulung Alice dan adiknya bernama Rayden.Seda
"James, apa kau sudah menyampaikan kepergian kita ke Perth kepada dekan kampus?" tanya Laura di dalam kamar mandi hotel setelah ketiga anak mereka terlelap. Jacob, Joshua, dan Keira telah menjalani hari yang melelahkan. Pria yang baru saja selesai mandi dan berlilitkan handuk itu menghampiri Laura. Dia memeluk istrinya seraya menjawab, "Aku akan kirim email resmi ke bagian akademik untuk permohonan cuti. Pak Dekan memberi instruksi demikian setelah kukirimkan pesan singkat tadi. Berita dan rumor paparazi telah menyebar dengan cepat di kota ini karena Jeremy Thompson bukan orang biasa, dia atlet terkenal!" "James, kurasa demi ketenangan keluarga kita, ada baiknya kita menetap saja di Perth bersama keluarga Bang Leeray dan Deasy. Setidaknya anak-anak bisa bersekolah bersama Midori, Poseidon, dan Leon. Kita pelan-pelan cari kampus yang membutuhkan dosen juga sesuai ilmu yang kita miliki!" saran Laura. Dia lebih memikirkan kesehatan mental anak-anaknya yang masih kecil.Pasangan suami i
"Kita makan di restoran ini saja ya?" James memarkir mobil dengan rapi di halaman depan gerai fast food. Kemudian keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama-sama memasuki restoran penjual burger, hotdog, pretzel, dan makanan siap saji lainnya. Laura tak terlalu nyaman berada di tempat publik karena nampaknya kasus pelecehan yang dialaminya menjadi bumerang. Sosok Jeremy Thompson sebagai atlet football kebanggaan New South Wales dan sebagian besar penduduk Australia lebih dipercaya omong kosongnya dibanding dirinya yang bukan siapa-siapa.Pertanyaan wartawan tadi membuatnya malu, sehina itu tuduhan yang diberikan kepadanya. Padahal dia tak bersalah. Laura berdiri di belakang James dan putra putri mereka, melihat papan menu di sisi atas konter pemesanan."Apa yang ingin kamu pesan, Honey? Biar aku saja yang memesankan semua menu kita sekeluarga!" ujar James sambil mendengarkan teriakan Jacob, Joshua, dan Keira yang menyebutkan menu pilihan masing-masing. "Hubby, aku ingi
"Siapa kalian?! Jangan menggangguku!" teriak Laura putus asa di atas tempat tidur perawatannya di rumah sakit.Paparazzi yang mendominasi memenuhi ruang pasien VIP itu menahan tombol pemanggil perawat, mengambil foto tanpa izin dari Laura, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring opini salah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jeremy Thompson kepadanya. Rasanya justru wanita jahat yang merayu atlet terkenal asal Sydney itu adalah Laura."Miss Carson, apa motif Anda menggoda Jeremy Thompson? Apa untuk popularitas? Anda ingin ikut tenar bersamanya ya?" tanya Herald Grey, paparazzi bayaran Jeremy.Laura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup telinga dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ... itu tidak benar. Dia yang jahat!" jerit Laura histeris sementara berbagai pertanyaan ngawur dilontarkan kepada dirinya dan semakin membuat dirinya depresi.Wajah-wajah asing yang tak dikenalnya membuka mulut berbicara cepat dan keras menuduhkan hal yang sama sekali berbe
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka