Celine tidak penting, masalahnya Hansen tadi berbalik sambil mengangkat telepon, lalu sambil mendengarkan telepon sambil naik ke atas, sama sekali tidak melihatnya.Seakan-akan dari awal sampai akhir hanya ada Celine dan Hansen, sedangkan dia tidak ada di sini.Tidak hanya itu, Yuni tadi bukannya datang untuk menyusahkan Celine?Kalaupun tidak, dia menunggu seharian di sini, amarah yang sudah mendidih seharian harusnya dilampiaskan, tapi situasi tadi ...."He ... hehe ...."Lala tertawa saking kesalnya.Di permukaan dia tertawa, tapi hatinya dipenuhi dengan amarah, diam-diam mengumpat Yuni .Lalu teringat Yuni mengundang Celine ke kediaman Jayadi sepuluh hari lagi untuk melihat kebaya, takutnya melihat kebaya hanya alasan, tujuan aslinya adalah untuk menyanjung Celine.Lala menyadarinya.Sekarang Celine mewarisi Grup Nadine, juga putri mantan kepala Keluarga Tjangnaka. Bahkan orang seperti Yuni juga harus merendah untuk menyanjung Celine.Perasaan iri membuat Lala semakin kesal.Dia se
"Kemarin semuanya tenang saja, tapi hari ini .... Ini dikirim dari istri Direktur Grup Universal. Anak perempuan mereka yang paling kecil ulang tahun kedelapan belas, jadi mengundang Nona ke pestanya.""Yang ini dikirim sama istrinya Komandan Sucipto, putra pertamanya ulang tahun pernikahan, mengundang Nona untuk hadir.""Terus yang ini ....""Yang ini ...."Setiap mengambil satu undangan, Wahyu melaporkan orang yang mengundang, matanya mulai berkunang-kunang.Seakan-akan setiap keluarga di Mastika punya hal gembira yang mau dirayakan dan mengundang Celine untuk hadir.Wahyu tentu saja tahu kenapa bisa begini. Sekarang Celine adalah nona dengan kedudukan paling atas di Mastika. Setelah kemarin memproses informasi ini seharian, mereka akhirnya mulai bertindak."Nona, lihat, Nona tertarik sama keluarga yang mana?"Wahyu melihat Celine. Sejak tahu Celine adalah cucu kandung Richard, dia kembali semangat seperti waktu Richard masih hidup.Tidak hanya cara panggilnya berubah, dia bahkan mer
Donny sama sekali tidak melihat Albert, dia langsung menghampiri Celine dan terus menatap Celine.Tatapannya seperti ayah yang tidak puas melihat putrinya, tapi juga seperti melihat seseorang yang dia cintai melalui putrinya."Aku datang menjemput Celly ke kantor."Donny berkata.Yang namanya bos memang berbeda, hanya bicara biasa saja sudah membuat orang tidak bisa melawan. Orang-orang yang tadinya masih mau mengatakan sesuatu bahkan tidak bisa menyela lagi.Albert dalam hati berpikir, kamu datang menjemput Celly, siapa yang berani rebutan denganmu?Sementara Hansen dalam hati berpikir, karena mau menjemput Celly ke kantor, dia tidak bisa berkata apa-apa.Andreas yang berdiri jauh dalam hati berpikir, untung saja dia pintar, dia Cuma datang melihat-lihat istrinya.Celine tanpa sadar tenggelam dalam tatapan Donny terhadapnya. Apakah ini tatapan seorang ayah kepada putrinya? Hanya dengan ditatap saja Celine bisa merasakan "kebahagiaan", hatinya terasa hangat, membuatnya merasa tidak pua
Seperti dugaannya, Hansen masih tetap Hansen yang dulu.Memangnya kenapa kalau Hansen pintar? Asalkan dia memakai wajah Lala ini, Hansen akan percaya apa pun yang dia katakan. Benar-benar ... mudah ditipu!Tepat ketika dia sudah kesenangan, dia mendengar Hansen berkata, "Kalau begitu, hari ini nggak usah ke kantor, istirahat saja di rumah.""Nggak!" Tidak bisa!Setelah menjawab, Lala baru sadar kalau reaksinya ini berlebihan.Dia berusaha untuk tersenyum lalu berkata manja seperti biasa, "Kak, aku bisa, kok. Celly selelah itu saja tetap ke kantor, aku mana boleh istirahat di rumah? Aku mau bantu Kakak dan Celly."Membantu?Dia cuma mau tahu lebih banyak tentang Grup Nadine sebagai persiapan untuk rencananya.Dia mau ... Grup Nadine!Hansen tersenyum penuh kasih sayang. "Oke kalau begitu, naiklah, dasar kamu ini."Hansen berkata ringan, tapi begitu dia membelakangi Lala, senyumannya langsung menghilang....Celine pertama kalinya duduk satu mobil dengan ayahnya.Meski ruangannya luas, C
Waktu mendapat kabar dari Donny, Yuni langsung merasa sangat senang, dia mulai berjalan mondar-mandir di ruang tamu."Donny bakal datang, Donny bakal datang ...."Dia sangat bersemangat, terus menggumam sendiri. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu. "Dia mau datang, berarti pesta kali ini nggak boleh sembarangan!"Harus mewah, harus besar, harus megah, harus menunjukkan kekayaan Keluarga Jayadi supaya Donny yang merupakan mitra mereka menyadari kehebatan Grup Jayadi.Namun, semua ini perlu ada yang siapkan.Yuni ingin melakukan semuanya sendiri, tapi bagaimanapun dia sudah tua.Pilihan pertamanya adalah Andreas.Namun, teringat pesta kali ini memakai nama Fera dan cucunya ini tidak mengakui ibu tirinya itu.Setelah berpikir lama, Yuni akhirnya membuat keputusan.Omar!Dia yang paling cocok.Setelah membuat keputusan, Yuni sama sekali tidak mengulur waktu dan langsung telepon Omar dan memintanya datang.Satu jam kemudian, Omar tiba.Fera juga ikut bersamanya."Pesta ulang tahun Fera
Dulu Fera tidak dihormati karena semua orang salah paham terhadap Fera. Namun, asalkan salah paham itu hilang, semuanya akan baik-baik saja.Omar pun berencana menjelaskan salah paham ini di pesta ulang tahun kali ini.Fera sedang memikirkan pesta ulang tahun ini, dia mengikuti semua ucapan Omar lalu tersenyum bahagia. "Terima kasih, Kak Omar, kamu yang terbaik."Sayangnya, yang dia inginkan bukanlah sikap baik Omar.Yang dia inginkan ...."Kak Omar, kita sekeluarga sudah lama nggak berkumpul, entah bagaimana keadaan Dylan sekarang."Sejak Dylan masuk rumah sakit, Andreas melindunginya dengan sangat ketat. Bahkan Fera juga tidak bisa mencari tahu tentang Dylan.Tidak hanya dia, Omar juga tidak tahu apa-apa tentang putranya ini.Namun, satu keluarga berkumpul ...."Fera, kamu tenang saja, aku bakal cari cara untuk mencari tahu lokasi Dylan," janji Omar."Iya."Bagus kalau bisa menemukan Dylan.Dengan adanya Dylan, pesta ulang tahun akan lebih seru....Omar pun mencari Dylan seperti yan
Bagus! Memang bagus lukisannya.Di bawah garis-garis lukisannya, mata Celine terlihat hidup.Namun, Dylan terang-terangan melukis kekasihnya begini, apa ... tidak aneh?Dylan sama sekali tidak peduli dengan ancaman di balik dua kata Andreas itu.Pensil di tangannya terus mengeluarkan suara gesekan dengan kertas, dia tenggelam dalam karyanya.Andreas menyipitkan matanya.Selama ini dia tahu kalau Dylan suka melukis, dia mewarisi bakat Ibu, pemahamannya atas warna dan goresan juga sangat mendalam.Waktu kecil, saat Ibu melukis, Dylan selalu ikut melukis di sampingnya.Setiap kali melihat adegan itu, perasaannya sangat rumit. Dia suka ketenangan dari adegan itu, tapi juga iri karena yang di sisi ibunya bukan dia!Namun setelah Ibu meninggal, Dylan tidak pernah menyentuh pensil lukis lagi.Andreas tidak menyangka hari ini Dylan kembali memegang pensil.Suasana di dalam kamar sangat hening, tetap hanya ada suara goresan pensil dan kertas, tapi anehnya sangat enak didengar.Andreas duduk di
Omar memperhatikan ekspresi Dylan, dia agak gugup, takut Dylan menolak.Kalau Dylan menolak, dia masih punya alasan lain.Tepat ketika Omar mau berbicara lagi, Dylan tiba-tiba berkata, "Oke."Omar pun terdiam. Hal ini di luar dugaannya.Sepertinya karena takut Dylan berubah pikiran, Omar langsung sadar kembali dan berkata, "Kalau begitu ... lusa aku datang jemput kamu."Setelah itu, dia menepuk bahu Dylan, masih ingin mengatakan sesuatu tapi tidak tahu mau mengatakan apa."Kalau begitu ... aku pergi dulu." Omar berusaha untuk tersenyum, tapi tetap terlihat canggung. Kemudian, dia melambaikan tangannya ke Dylan lalu berbalik naik ke mobil.Dylan tersenyum sinis.Ayah dan anak?Mereka berdua tidak pernah punya hubungan dekat.Atau lebih tepatnya, ayahnya ini tidak pernah memikirkannya.Dylan keluar khusus untuk "kebetulan" bertemu dengan Omar. Sekarang tujuannya sudah tercapai, dia tetap tidak mau terlalu lama di luar.Lusa ada pesta ulang tahun Fera, lusa ... dia sudah bisa bertemu deng
"Ce ... Ce ...."Mata Sarah membelalak, bahkan suaranya juga bergetar.Sarah setakut itu padanya?Celine tidak tahu apakah dia harus senang.Namun, sebagai orang yang hidup bersama selama bertahun-tahun, sekarang bertemu setelah berpisah sekian lama, Celine tersenyum sopan dan menyambutnya. "Aku Celine, kamu nggak salah lihat."Celine!Sarah menelan ludahnya tanpa sadar.Dia segera menunduk dengan panik, sama sekali tidak berani melihat Celine.Sebelumnya di Binara, Andreas menangkapnya lalu "menjaganya" selama beberapa saat. Setelah itu, setiap memikirkan pengalamannya itu, dia seakan-akan bermimpi buruk.Andreas sengaja "menjaganya" secara khusus karena Celine.Celine adalah wanita yang dicintai Andreas!Meski Sarah tidak rela putrinya Aurora mendapatkan cinta pria sehebat itu, Andreas orangnya terlalu kejam.Dia bahkan tidak berani merasa iri lagi terhadap Celine.Setelah Andreas pulang ke Mastika, Sarah tetap sangat hati-hati, selalu meringkuk di rumahnya, takut menarik perhatian A
Kalau Lily benar-benar ada kesempatan menyakiti Celine ....Beberapa saat ini, setiap kali terpikirkan hal ini, Hansen selalu merasa takut.Amarahnya terhadap Lala palsu pun semakin besar."Kamu sudah berusaha keras untuk wajah ini."Hansen menarik kembali pandangannya, waktu dia melihat Lily, tatapannya kembali dingin dan tajam, lalu dia memanggil sebuah nama. "Lily Maira!"Lily Maira ....Di saat dia kembali mendengar nama ini dari mulut orang lain, sebuah bagian di hati Lily seketika runtuh.Hansen ... sudah tahu.Mereka ... sudah tahu!Namun, dia tidak mau jadi Lily!"Aku bukan Lily." Mata Lily berkilau, perlahan-lahan muncul kegilaan di matanya yang menatap Hansen dengan tatapan memohon."Kakak, aku Lala, aku bukan Lily. Aku Lala!"Di akhir, nada suaranya sangat yakin.Seakan-akan kalau dia sendiri percaya dia itu Lala, berarti dia itu Lala.Saat ini, di benaknya hanya ada satu pikiran, yaitu dia tidak boleh mengaku kalau dia itu Lily, tidak boleh!Namun tiba-tiba, terdengar suara
Hansen kembali berkata.Berulang kali, hampir setiap tahun ada satu masalah.Lily tentu saja menjawab dia ingat, dia juga cuma bisa jawab ingat. Semakin lama, Lily bahkan tidak berani menjawab lebih dari satu kata.Karena setiap kali dia menjawab, Hansen selalu mencibir.Sampai akhirnya, Lily merasa dia hampir menggila, kepalanya sampai berkeringat.Bahkan dia sampai takut mendengar "kamu ingat, nggak?" dari mulut Hansen. Dia itu sebenarnya harusnya ingat atau tidak?Akhirnya, Hansen berhenti bertanya.Namun, dia melihat lurus ke Lily dengan tatapan yang membuat Lily gelisah."Kak, Kakak ...." Lily memanggilnya dengan canggung.Kebencian di mata Hansen sudah sangat jelas. "Aku bukan kakakmu, kalau aku itu kakakmu, kamu mana mungkin nggak ingat kalau aku sama sekali nggak pernah kasih Lala kalung mutiara. Pas dia umur sepuluh tahun, yang hilang itu adalah gelang mutiara."Wajah Lily langsung memucat, dia menghindari tatapan Hansen sambil sibuk menjelaskan, "Benar, itu gelang, aku salah
Tak lama kemudian, semua tamu sudah pergi.Seluruh vila ini hanya tersisa anggota Keluarga Nadine dan juga dua orang luar.Dua orang itu memakai topeng, tadi mereka bersembunyi di kerumunan. Lily ingat mereka, tapi dia tidak memperhatikan mereka. Namun sekarang, waktu melihat mereka, dia baru terkejut.Itu Donny dan Albert!Mereka bukannya sudah pergi membawa abu Celine ....Tidak, bukan.Celine saja masih hidup, mereka mana mungkin pergi membawa abu Celine?Meski Lily tidak ingin percaya apa yang ada di depannya, dia tetap harus menerima sebuah kenyataan.Ini hanyalah sebuah pertunjukan ....Sejak kapan pertunjukan ini dimulai?Lily teringat dengan ledakan di gudang rumah sakit jiwa itu, apakah dimulai dari waktu itu?Tidak, bukan.Mungkin lebih awal lagi."Kamu lagi berpikir kamu salahnya di bagian mana?" Celine menatap Lily dengan tatapan seolah-olah mau melihat pikirannya.Lily langsung sadar kembali lalu berusaha untuk tersenyum. "Apa maksudmu? Aku nggak mengerti. Celly, Kakak, ay
Semua orang yang hadir setuju dengan kata-kata Celine ini.Sebagai tokoh utama acara hari ini, semua orang memperhatikan Lala. Hari ini dia memang terlihat sangat senang, bahkan sampai rela mengeluarkan properti seharga 20 miliar sebagai hadiah.Namun sekarang, Bu Celine masih hidup, 69% saham itu sudah tidak ada. Entah properti 20 miliar itu jadi diberikan atau tidak.Tidak ada yang berani bertanya.Juga tidak ada yang tahu kalau saat ini Lily sangat marah.Dia menyesal.Dari kapan situasinya jadi makin parah begini? Sejak melepas topeng .... Nggak!Melihat gaun Celine yang sempurna, Lily baru sadar kalau dia ditipu. Dia ditipu oleh Celine dan Lina!Bahkan Hansen ....Lily tidak berani berpikir lebih panjang, karena dia tidak bisa menanggung akibatnya.Apa yang harus dia lakukan sekarang?Di benak Lily ada begitu banyak pertanyaan, banyak ketidakpastian, juga sangat banyak ketakutan yang terus bertambah. Dia ingin kabur, ingin segera meninggalkan situasi ini lalu menganalisa kondisiny
Bu Celine ... sepertinya tidak tahu tentang ini?Tadi meski memakai topeng, mereka sepertinya pernah melihat wanita yang memakai gaun merah ini. Kalau dia adalah Bu Celine, berarti dari tadi sudah ada di sini.Di acara ini, ada begitu banyak orang yang membicarakan pembagian saham hari ini, kalaupun tadinya tidak tahu, sekarang juga harusnya sudah tahu!Seketika, suasananya sangat aneh.Semua orang hening, mereka melihat Celine lalu melihat Lala yang masih duduk di tanah dengan wajah pucat. Akhirnya, mereka melihat Hansen yang dari tadi tidak bersuara.Saat ini, Hansen yang sudah melihat Celine tetap tenang.Sama sekali tidak seperti orang yang baru tahu kalau Celine masih hidup, malah seperti orang yang sudah tahu dari awal.Kemudian, Hansen tersenyum tipis dan berkata, "Pembagian saham apa?"Beberapa kata itu membuat semua orang tertegun.Terutama Lily.Dia yang pikirannya sangat berantakan tiba-tiba jernih gara-gara kata-kata Hansen itu."Kak, hari ini di kantor, kamu memimpin rapat
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad
"Ah!"Lily langsung berdiri dengan panik dan ingin kabur, tapi karena sepatu hak tingginya terlilit seprai di bawah,sebelum dia berdiri, dia sudah terjatuh lagi dengan posisi duduk.Dia merasa sakit, tapi dia tidak peduli.Dia melihat wanita yang tadinya jongkok perlahan-lahan berdiri, wajahnya penuh dengan ketakutan.Celine!Itu hantu Celine!"Pergi, pergi kamu." Lily menutup matanya, seakan-akan tidak akan takut kalau tidak kelihatan.Namun, meski mata tertutup, telinga tetap bisa mendengar.Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, suara Celine pun terdengar. "Aku datang untuk menghadiri pesta, sayang sekali kalau aku meninggalkan pesta seseru ini. Aku nggak mau pergi."Setelah itu, dia mendekati Lily dan berkata lagi, "Kamu nggak menyambutku?"Menyambutnya?Menyambut hantu?Lily tadinya merasa dia yang meledakkan gudang itu, kalaupun Celine mendatanginya dalam bentuk hantu, dia juga tidak takut. Dia bahkan akan memamerkan kemenangannya ke Celine.Namun, dia ternyata teta
Akan tetapi, setelah dia merengek kesakitan, tetap tidak ada jawaban.Mana Hansen?Tadi dia jelas-jelas melihat Hansen ada di belakangnya, tidak jauh darinya.Lily berusaha menahan sakit lalu menopang tubuhnya sendiri dan menoleh mencari Hansen.Dia langsung melihat ke arah terakhir dia melihat Hansen, Hansen ada di sana."Kakak ...." Lily melihatnya dengan ekspresi sedih, ingin mendapat kasih sayang darinya. Namun, Hansen .... Wajahnya datar ....Hansen hanya melihatnya. Melihat dia jatuh, kenapa Hansen tidak bereaksi?"Kakak ...." Lily tidak percaya.Namun, waktu dia memanggil Hansen lagi, dia malah melihat Hansen tersenyum sinis.Tersenyum sini ....Sejak dia pulang ke kediaman Nadine, dia tidak pernah melihat ekspresi ini di wajah Hansen.Dia adalah Lala yang disayangi Hansen, Hansen kenapa malah menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?"Kakak, sakit ...." Lily kebingungan, dia sudah memanggil Hansen berkali-kali, Hansen tidak mungkin tidak dengar. Namun, Hansen seakan-akan tidak