Celine pergi sambil tersenyum. Reza juga sudah melihat dengan jelas tulisan di layar ponsel Celine.Kemudian, terdengar suara Celine setelah menekan telepon terima panggilan."Sayang ...." Suaranya sangat manis dan manja.Seakan-akan memberi tahu Reza dan yang lainnya kalau kehidupan pernikahannya sekarang sangat indah dan bahagia, jangan datang mengganggunya.Reza mengernyit lalu melihat Nyonya Ratna dengan tatapan memohon bantuan.Nyonya Ratna memasang ekspresi kesal tanpa mengatakan apa-apa, tapi tatapannya mengarah ke Lily, seakan-akan mengarahkan seluruh kekesalan dan kebenciannya kepada Lily.Ketika Celine sudah berjalan jauh, Nyonya Ratna baru berkata dengan nada menyindir, "Dulu kalau bukan karena seseorang, Reza sudah menikah dengan Celine. Kalau saja seseorang tahu diri, harusnya tahu harus menjauhkan diri dan jangan muncul di depan anggota Keluarga Linoa lagi."Nyonya Ratna sudah lupa kalau dulu dia yang ingin menyerahkan Celine ke Andreas agar bisa mendekatkan hubungan Kelu
Situasi ini ... benar-benar aneh!Tepat ketika Celine masih bingung, Carla tersenyum sambil berkata, "Terima saja, orang-orang sendiri juga.""Orang sendiri" ini membuat Celine merasa semakin aneh.Namun, dia tidak berpikir terlalu banyak dan langsung menekan tombol terima panggilan. "Halo?""Aku mau ketemu kamu." Suara suaminya sangat rendah dan menggoda.Celine baru saja minum air, awalnya untuk menutupi kecanggungannya. Namun, kata-kata suaminya ini langsung mengagetkannya. Air yang belum dia telan langsung disemprot keluar.Air itu memercik ke meja di depan dan juga pakaiannya."Celine ... bajumu basah." Carla segera bangun untuk membantunya.Andreas juga mendengar keributan di seberang telepon, tepat ketika dia mau bertanya apa, teleponnya tiba-tiba mati."Maaf, tadi nggak sengaja ...."Celine menggenggam erat ponselnya, takut Carla menyadari orang yang meneleponnya adalah suaminya.Namun, Carla tetap berhasil melirik nama yang ada di ponsel Celine.Suami Andalan ....Teringat And
"He ... he .... Nggak perlu sampai segitunya, deh."Celine tersenyum, menyesal tidak menutup mulutnya lebih cepat.Dia kenapa bisa-bisanya mengucapkan permintaan seperti ini?Celine melihat sekitar untuk mengingatkan Andreas kalau mereka sedang di area umum. Dia bisa saja menyuap makan di tempat umum seperti ini, tapi apakah suaminya ini tidak malu menerimanya?Namun, dia sama sekali tidak mengerti apa yang dipikirkan Andreas.Memangnya kenapa kalau tempat umum? Dia makan suapan istrinya, bukan suapan orang lain!Andreas melihat ke bawah seakan-akan kecewa sambil berkata, "Aku sudah membantumu, dua triliun aku nggak minta bunga ...."Celine terdiam, dia hampir saja mengatakan, "Tolong hitung bunga, aku nggak mau menyuapmu!"Namun begitu teringat berapa banyak bunga dari dua triliun, Celine tiba-tiba merasa sebenarnya menyuap suaminya makan juga bukan hal yang susah.Setelah menghirup napas dalam-dalam, Celine segera memotong satu potongan kecil dari steik sapinya lalu langsung memasukk
"Kamu jangan bicara sembarangan, aku ini sudah menikah," cibir Carla.Lily mengambil risiko besar. "Nona Carla bukannya sudah sedang mengurus perceraian? Dulu Nona Carla menikah juga pasti karena ada alasannya. Asalkan Nona Carla sudah cerai, berarti masih ada banyak kemungkinan dengan Tuan Andreas."Kata-kata ini jelas terlihat membuat Carla senang.Namun dia tetap was-was dengan Lily.Setelah diam sejenak, Carla tiba-tiba berkata, "Kamu mau apa?"Mata Lily langsung berbinar, dia tahu Carla sedang mengujinya apakah berhak jadi sekutunya. Jadi, Lily menjawab jujur, "Aku nggak suka Celine, bukan, aku benci dia. Jadi, aku nggak mau dia mendapatkan apa pun yang bagus. Dia mana pantas mendapatkan Tuan Andreas?"Lily mengatakan hal ini dengan menggebu-gebu, seakan-akan setiap kata penuh dengan kebenciannya terhadap Celine.Melihat Lily, Carla tiba-tiba teringat dengan seseorang.Lala ....Dulu dia juga benci Lala, iri dengan Lala karena punya segalanya, sampai akhirnya Lala hilang ....Meli
Celine kembali ke perusahaannya, sedangkan Andreas tetap duduk seharian di ruang tamu Perusahaan Aurora seperti seorang pengangguran.Carla mengikuti mereka sampai ke Menara Sailendra lalu terus memperhatikan pintu keluar.Akhirnya setelah semua orang di menara pulang kerja, Celine dan Andreas berjalan keluar sambil bergandengan tangan.Tatapan Andreas seakan-akan menempel di Celine.Melihat mereka masuk ke mobil, tangan Carla menggenggam setir mobilnya dengan kencang sampai bergetar.Dia terus mengikuti mereka sampai ke Kompleks Tiara.Mereka berdua seperti pasangan suami istri biasa yang pulang bersama. Kalau bukan karena dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Carla tidak akan percaya kalau Andreas yang biasanya sangat benci didekati wanita sekarang terlihat berinisiatif mendekati Celine.Akhirnya, Carla pulang ke vila tempat Tuan Richard tinggal.Melihat Carla, Richard mengernyit dan bertanya, "Mana Celine? Kenapa masih belum pulang?"Carla mengepal erat tangannya.Namun, dia se
Celine agak tidak fokus, tanpa sadar masuk ke mobil.Mobil melaju dengan stabil. Di dalam mobil yang luas, Richard tidak pernah mengalihkan tatapannya dari Celine.Sampai ketika sudah tiba di vila Keluarga Nadine, Richard baru menggandeng tangan Celine.Begitu Celine masuk rumah, para bawahan di vila langsung membungkuk hormat. "Nona Celine."Celine tidak terbiasa dengan sikap seperti ini, dia mengatur napasnya lalu tersenyum sopan.Begitu masuk ruang makan, Carla sudah menunggu di sana. Dia langsung menyambut Celine sambil berkata, "Celine, sini duduk. Untung Kakak tahu kamu suka makan apa, jadi hari ini koki kita masak semua yang kamu sukai."Carla menarik Celine ke tempat duduknya dengan sangat ramah.Pas di depan Hansen."Kak Hansen ...."Melihat Hansen, Celine tertegun sejenak.Dulu setiap melihat Hansen, Hansen selalu tersenyum lembut. Namun hari ini meski dia tersenyum, tapi dia tidak melihat Celine.Carla melirik Hansen lalu sengaja berkata, "Apanya yang Kak Hansen? Kamu panggi
Ketika Andreas baru saja mau bertanya, Celine sudah menutup teleponnya.Andreas terdiam.Dia menatap ponselnya sambil bertanya-tanya dalam hati.Malam-malam begini, Celine menyapa siapa?Tiba-tiba dia kepikiran satu orang. Karena perlu jawaban secepat mungkin, Andreas menelepon Hansen.Setelah berdering dua kali, panggilannya terhubung."Halo?" Suara Hansen terdengar santai dan malas.Meski lewat telepon, Andreas seakan-akan bisa melihat senyuman sombong di wajah Hansen."Mana Celine?" tanya Andreas dengan suara gelisah dan juga dingin.Hansen melirik Celine, tadi dia pikir Celine sedang berbicara dengan suaminya, tapi ternyata dengan Andreas.Malam-malam begini menelepon Celine, Andreas benar-benar tidak memedulikan suaminya Celine!"Dia adalah cucu baru Kakek, juga anggota Keluarga Nadine. Sangat normal kalau malamnya pulang ke rumah Keluarga Nadine."Senyuman di wajah Hansen semakin lebar.Sementara ekspresi Andreas semakin jelek.Dugaannya benar!Andreas langsung menutup panggilann
Setiap kali melihat Tuan Richard, Celine selalu merasa tidak tega.Celine merasa hal ini karena malam itu, dia tahu kalau ulang tahun anak perempuan Tuan Richard dan ibunya sama, jadi dia tanpa sadar punya perasaan senasib dengan Tuan Richard.Celine merasa Tuan Richard juga sama sepertinya.Dia mengenang ibunya melalui Tuan Richard.Sementara Tuan Richard juga mengenang anak perempuannya yang hilang melalui dia.Begitu mengingat ibunya, Celine meneguk sesuap arak.Begitu menelan araknya, Celine mendongak dan kebetulan melihat tatapan Hansen yang kebingungan."Kak Hansen, kamu kenapa?" Jelas-jelas tadi masih tertawa, tapi kenapa sekarang tiba-tiba sudah mengernyit? Tatapannya juga aneh.Hansen tertegun sejenak lalu buru-buru mengalihkan tatapannya seperti ingin menyembunyikan sesuatu."Kak Hansen ...." Celine terus mencari tahu.Namun, Hansen tiba-tiba masuk ke kamarnya.Celine melihat sosok Hansen menghilang, lalu lampu di dalam kamar juga dimatikan.Celine mengernyit, lalu dia menden
"Ce ... Ce ...."Mata Sarah membelalak, bahkan suaranya juga bergetar.Sarah setakut itu padanya?Celine tidak tahu apakah dia harus senang.Namun, sebagai orang yang hidup bersama selama bertahun-tahun, sekarang bertemu setelah berpisah sekian lama, Celine tersenyum sopan dan menyambutnya. "Aku Celine, kamu nggak salah lihat."Celine!Sarah menelan ludahnya tanpa sadar.Dia segera menunduk dengan panik, sama sekali tidak berani melihat Celine.Sebelumnya di Binara, Andreas menangkapnya lalu "menjaganya" selama beberapa saat. Setelah itu, setiap memikirkan pengalamannya itu, dia seakan-akan bermimpi buruk.Andreas sengaja "menjaganya" secara khusus karena Celine.Celine adalah wanita yang dicintai Andreas!Meski Sarah tidak rela putrinya Aurora mendapatkan cinta pria sehebat itu, Andreas orangnya terlalu kejam.Dia bahkan tidak berani merasa iri lagi terhadap Celine.Setelah Andreas pulang ke Mastika, Sarah tetap sangat hati-hati, selalu meringkuk di rumahnya, takut menarik perhatian A
Kalau Lily benar-benar ada kesempatan menyakiti Celine ....Beberapa saat ini, setiap kali terpikirkan hal ini, Hansen selalu merasa takut.Amarahnya terhadap Lala palsu pun semakin besar."Kamu sudah berusaha keras untuk wajah ini."Hansen menarik kembali pandangannya, waktu dia melihat Lily, tatapannya kembali dingin dan tajam, lalu dia memanggil sebuah nama. "Lily Maira!"Lily Maira ....Di saat dia kembali mendengar nama ini dari mulut orang lain, sebuah bagian di hati Lily seketika runtuh.Hansen ... sudah tahu.Mereka ... sudah tahu!Namun, dia tidak mau jadi Lily!"Aku bukan Lily." Mata Lily berkilau, perlahan-lahan muncul kegilaan di matanya yang menatap Hansen dengan tatapan memohon."Kakak, aku Lala, aku bukan Lily. Aku Lala!"Di akhir, nada suaranya sangat yakin.Seakan-akan kalau dia sendiri percaya dia itu Lala, berarti dia itu Lala.Saat ini, di benaknya hanya ada satu pikiran, yaitu dia tidak boleh mengaku kalau dia itu Lily, tidak boleh!Namun tiba-tiba, terdengar suara
Hansen kembali berkata.Berulang kali, hampir setiap tahun ada satu masalah.Lily tentu saja menjawab dia ingat, dia juga cuma bisa jawab ingat. Semakin lama, Lily bahkan tidak berani menjawab lebih dari satu kata.Karena setiap kali dia menjawab, Hansen selalu mencibir.Sampai akhirnya, Lily merasa dia hampir menggila, kepalanya sampai berkeringat.Bahkan dia sampai takut mendengar "kamu ingat, nggak?" dari mulut Hansen. Dia itu sebenarnya harusnya ingat atau tidak?Akhirnya, Hansen berhenti bertanya.Namun, dia melihat lurus ke Lily dengan tatapan yang membuat Lily gelisah."Kak, Kakak ...." Lily memanggilnya dengan canggung.Kebencian di mata Hansen sudah sangat jelas. "Aku bukan kakakmu, kalau aku itu kakakmu, kamu mana mungkin nggak ingat kalau aku sama sekali nggak pernah kasih Lala kalung mutiara. Pas dia umur sepuluh tahun, yang hilang itu adalah gelang mutiara."Wajah Lily langsung memucat, dia menghindari tatapan Hansen sambil sibuk menjelaskan, "Benar, itu gelang, aku salah
Tak lama kemudian, semua tamu sudah pergi.Seluruh vila ini hanya tersisa anggota Keluarga Nadine dan juga dua orang luar.Dua orang itu memakai topeng, tadi mereka bersembunyi di kerumunan. Lily ingat mereka, tapi dia tidak memperhatikan mereka. Namun sekarang, waktu melihat mereka, dia baru terkejut.Itu Donny dan Albert!Mereka bukannya sudah pergi membawa abu Celine ....Tidak, bukan.Celine saja masih hidup, mereka mana mungkin pergi membawa abu Celine?Meski Lily tidak ingin percaya apa yang ada di depannya, dia tetap harus menerima sebuah kenyataan.Ini hanyalah sebuah pertunjukan ....Sejak kapan pertunjukan ini dimulai?Lily teringat dengan ledakan di gudang rumah sakit jiwa itu, apakah dimulai dari waktu itu?Tidak, bukan.Mungkin lebih awal lagi."Kamu lagi berpikir kamu salahnya di bagian mana?" Celine menatap Lily dengan tatapan seolah-olah mau melihat pikirannya.Lily langsung sadar kembali lalu berusaha untuk tersenyum. "Apa maksudmu? Aku nggak mengerti. Celly, Kakak, ay
Semua orang yang hadir setuju dengan kata-kata Celine ini.Sebagai tokoh utama acara hari ini, semua orang memperhatikan Lala. Hari ini dia memang terlihat sangat senang, bahkan sampai rela mengeluarkan properti seharga 20 miliar sebagai hadiah.Namun sekarang, Bu Celine masih hidup, 69% saham itu sudah tidak ada. Entah properti 20 miliar itu jadi diberikan atau tidak.Tidak ada yang berani bertanya.Juga tidak ada yang tahu kalau saat ini Lily sangat marah.Dia menyesal.Dari kapan situasinya jadi makin parah begini? Sejak melepas topeng .... Nggak!Melihat gaun Celine yang sempurna, Lily baru sadar kalau dia ditipu. Dia ditipu oleh Celine dan Lina!Bahkan Hansen ....Lily tidak berani berpikir lebih panjang, karena dia tidak bisa menanggung akibatnya.Apa yang harus dia lakukan sekarang?Di benak Lily ada begitu banyak pertanyaan, banyak ketidakpastian, juga sangat banyak ketakutan yang terus bertambah. Dia ingin kabur, ingin segera meninggalkan situasi ini lalu menganalisa kondisiny
Bu Celine ... sepertinya tidak tahu tentang ini?Tadi meski memakai topeng, mereka sepertinya pernah melihat wanita yang memakai gaun merah ini. Kalau dia adalah Bu Celine, berarti dari tadi sudah ada di sini.Di acara ini, ada begitu banyak orang yang membicarakan pembagian saham hari ini, kalaupun tadinya tidak tahu, sekarang juga harusnya sudah tahu!Seketika, suasananya sangat aneh.Semua orang hening, mereka melihat Celine lalu melihat Lala yang masih duduk di tanah dengan wajah pucat. Akhirnya, mereka melihat Hansen yang dari tadi tidak bersuara.Saat ini, Hansen yang sudah melihat Celine tetap tenang.Sama sekali tidak seperti orang yang baru tahu kalau Celine masih hidup, malah seperti orang yang sudah tahu dari awal.Kemudian, Hansen tersenyum tipis dan berkata, "Pembagian saham apa?"Beberapa kata itu membuat semua orang tertegun.Terutama Lily.Dia yang pikirannya sangat berantakan tiba-tiba jernih gara-gara kata-kata Hansen itu."Kak, hari ini di kantor, kamu memimpin rapat
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad
"Ah!"Lily langsung berdiri dengan panik dan ingin kabur, tapi karena sepatu hak tingginya terlilit seprai di bawah,sebelum dia berdiri, dia sudah terjatuh lagi dengan posisi duduk.Dia merasa sakit, tapi dia tidak peduli.Dia melihat wanita yang tadinya jongkok perlahan-lahan berdiri, wajahnya penuh dengan ketakutan.Celine!Itu hantu Celine!"Pergi, pergi kamu." Lily menutup matanya, seakan-akan tidak akan takut kalau tidak kelihatan.Namun, meski mata tertutup, telinga tetap bisa mendengar.Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, suara Celine pun terdengar. "Aku datang untuk menghadiri pesta, sayang sekali kalau aku meninggalkan pesta seseru ini. Aku nggak mau pergi."Setelah itu, dia mendekati Lily dan berkata lagi, "Kamu nggak menyambutku?"Menyambutnya?Menyambut hantu?Lily tadinya merasa dia yang meledakkan gudang itu, kalaupun Celine mendatanginya dalam bentuk hantu, dia juga tidak takut. Dia bahkan akan memamerkan kemenangannya ke Celine.Namun, dia ternyata teta
Akan tetapi, setelah dia merengek kesakitan, tetap tidak ada jawaban.Mana Hansen?Tadi dia jelas-jelas melihat Hansen ada di belakangnya, tidak jauh darinya.Lily berusaha menahan sakit lalu menopang tubuhnya sendiri dan menoleh mencari Hansen.Dia langsung melihat ke arah terakhir dia melihat Hansen, Hansen ada di sana."Kakak ...." Lily melihatnya dengan ekspresi sedih, ingin mendapat kasih sayang darinya. Namun, Hansen .... Wajahnya datar ....Hansen hanya melihatnya. Melihat dia jatuh, kenapa Hansen tidak bereaksi?"Kakak ...." Lily tidak percaya.Namun, waktu dia memanggil Hansen lagi, dia malah melihat Hansen tersenyum sinis.Tersenyum sini ....Sejak dia pulang ke kediaman Nadine, dia tidak pernah melihat ekspresi ini di wajah Hansen.Dia adalah Lala yang disayangi Hansen, Hansen kenapa malah menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?"Kakak, sakit ...." Lily kebingungan, dia sudah memanggil Hansen berkali-kali, Hansen tidak mungkin tidak dengar. Namun, Hansen seakan-akan tidak