Home / Urban / Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal / Bab 97 - Waktu yang Akan Membuktikan

Share

Bab 97 - Waktu yang Akan Membuktikan

last update Last Updated: 2023-03-13 07:54:29
Suasana tegang tak terhindarkan. Sekalipun Lusia dengan saya santai berusaha membuat cair, tetap saja masih terasa kaku. Mentari hampir tak berani bergerak. Bicara pun harus hati-hati agar tidak menimbulkan sesuatu yang lebih tidak menyenangkan,

"Leon, mencari pasangan itu sekali untuk seumur hidup. Sekali kamu mendapat pasangan yang salah, neraka sepanjang hidup yang kamu jalani. Sebaliknya, sekali kamu mendapat orang yang tepat, sesulit apapun yang kamu akan hadapi bahagia tidak akan jauh dari kamu," tutur Horacio. Bicaranya lebih lembut tapi tetap terasa tegas.

Mentari sangat paham yang Horacio maksudkan. Bukan soal siapa Mentari semata, tetapi bagaimana nanti Mentari siap menjadi pendamping Leon. Mentari masih sangat muda. Apa mungkin dia bisa paham dengan kehidupan Leon yang sangat kompleks?

Leon mendesah, lalu menghela napas berat. Dia tahu pasti dan mengerti sekali yang Horacio sedang uraikan kepadanya dan juga pada Mentari. Dunia Mentari dan Leon memang sangat jauh berbeda.
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 98 - Kita Nikah?

    Dengan cepat Asterita dan Horacio menoleh pada putri bungsu mereka. Ada apa dengan Lusia tiba-tiba ngambek? Padahal sejak dia datang, dia tampak ceria dan baik-baik saja. "Kami tidak memperhatikan kamu?" Horacio merasa ada tuduhan tidak pada tempatnya. Kening pria itu berkerut sambil mencermati wajah Lusia. Bagaimana bisa Lusia protes begitu pada mama dan papanya? "Leon, Leon, Leon terus yang diurusi. Mama Papa ga tahu kan, aku lagi galau kelas berat? Dan karena apa? Ga nyadar, kan?" Bibir bagus dan seksi Lusia manyun. Dia sengaja membuat perhatian orang tuanya beralih padanya. Satu sisi, memang, akhir-akhir ini, Leon terus yang dibicarakan di rumah, seolah-olah Lusia tidak penting bagi keluarga Alvarez. "Sayang, kenapa kamu berpikiran seperti itu? Mana mungkin Mama ga perhatian sama kamu. Kamu anak cantik Mama satu-satunya." Asterita dengan segera melebarkan tangan dan merangkul Lusia erat. "Mama ga lupa kan, aku sempat bilang ada yang deketin aku. Dan ga satu!" Lusia tegas bicara

    Last Updated : 2023-03-13
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 99 - Tangis Haru Pria Berkumis

    "Maaf, Mas. Apa Mentari masih lama?" Irma ternyata yang menghubungi Leon. "Irma ... Ini baru selesai. Sebentar aku akan antar dia pulang." Leon menjawab sambil memandang Mentari. Wajah gadis itu memerah. Dia tersipu malu, karena hampir terjadi lagi adegan romantis di antara dia dan Leon. "Oke, Mas. Makasih." Irma menyahut, lalu panggilan berakhir. Mentari tidak berani melihat pada Leon. Dia malu juga bisa seperti itu di depan Leon. Apa yang ada di pikirannya? Tidak sepatutnya dia membayangkan melakukan sentuhan intim sebelum hubungannya resmi sebagai pasangan suami istri. Sejauh ini, sekalipun hampir dia jadi korban keganasan bisnis gelap perdagangan wanita, Mentari mampu bertahan. Jangan sampai dengan Leon justru dia membuka diri sebelum saatnya. "Kita balik, ya? Tapi mampir dulu beli nomor dan pulsa buat HP kamu," ajak Leon. "Aku yang bayar." Mentari bicara cepat. Leon mengerutkan kening mendengar itu. Lalu senyum Leon lebar menghiasi bibirnya. Leon paham, kenapa Mentari mau m

    Last Updated : 2023-03-14
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 100 - Dua Wanita Pengganggu

    "Tuhan terlalu baik sama aku, Om. Mbak Irma yang menolong aku. Dia menghubungi Mas Leon, sampai akhirnya Mas Leon bisa jemput aku dari rumah tempat aku diculik." Mentari menoleh pada Irma. "Ah, terima kasih banyak. Kamu mau menolong keponakan aku," ujar Alman. Dia memandang pada Irma dengan tatapan haru."Sama-sama, Om. Karena Mentari dan Mas Leon aku akhirnya juga bisa bebas." Irma tersenyum. "Dan ... Mbak Irma butuh kerja, Om. Apa bisa ya, kerja di sini? " Mentari melihat Alman. Tentu saja hampir yakin, Alman bisa menghadap Bu Safira dan meminta pekerjaan buat Irma. "Hhhmm, sejarah terulang lagi, ya?" Alman tersenyum tipis. "Hehehe," Mentari nyengir. "Kamu bilang sama Tuan Muda sana. Biar lebih gampang," tandas Alman. "Ga mau. Ntar dikira memanfaatkan dia gara-gara dia pacarku. Aku ga suka kayak gitu, Om," tolak Mentari. Irma dan Alman menatap Mentari. Apa yang dia pikir! Itu pertolongan paling tepat, bukan? Leon juga tidak akan menolak menolong Irma. "Lebih baik tetap ikut p

    Last Updated : 2023-03-14
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 101 - Kamu Mau Mundur?

    Irma menatap lekat-lekat pada Mentari. Sendu dan sayu muncul jelas di wajah Mentari. Irma mencoba menebak apa yang sedang berkecamuk di hati Mentari mendapati kenyataan kekasihnya sedang dikejar lagi oleh wanita-wanita yang memang tampaknya lebih berkelas dan lebih tepat berada di sisi Leon. "Tari ..." panggil Irma dengan nada suara berat. Mentari memandang Irma. Maish sama, sendu dan sayu. "Kamu sayang Leon ga?" tanya irma. "Iya, Mbak. Mas Leon itu pria pertama yang membuat aku ngerti cinta. Aku bukan ga pernah naksir cowok, tapi ... dia beda. Beda banget. Pacar pertama aku. Aku maunya ya sekali ini langsung jadi," kata Mentari. "Kamu yakin Leon cinta kamu ga?" Pertanyaan kedua dari Irma. "Ya, iya, Mbak. Kalau nggak, dia ga akan cari aku. Ga mungkin sampai dia bayar aku jutaan ke Mami Mirina." Mengingat semua yang Leon lakukan, hati Mentari berdesir. "Jadi ... kenapa kamu ga semangat?" tanya Irma lagi, ketiga kalinya. "Cewek-cewek itu ..." Mentari mendesah. "Kenapa mereka?" t

    Last Updated : 2023-03-15
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 102 - Persaingan Retha dan Hera

    "Sampai bertemu lagi. Aku doakan kalian akan selalu bahagia. Jika ada waktu mampirlah kemari. Pintu rumah ini dan juga gereja selalu terbuka." Angel menyalami Leon dan Mentari saat keduanya berpamitan. Wanita lembut dan baik hati itu memeluk erat Mentari sekali lagi sebelum dia lepaskan pergi dengan Leon. Mentari sangat bersyukur, bisa dipertemukan dengan Angel. Meskipun pertemuan yang singkat, pelajaran berharga yang Mentari temui dari Angel adalah selalu tersenyum dan yakin, Tuhan pasti selalu membuka jalan. Satu lagi, pujian yang Mentari dengar ketika dia berada di rumah Angel, seringkali berkumandang lagi di hati Mentari. Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang berharap kepada-Nya. Kembali berdua di dalam mobil, Leon menjalankan roda empat miliknya menuju ke apartemen. Leon hanya menaruh tas Mentari, lalu dia mengajak Mentari ke apartemen di ujung lantai apartemen Leon. Seperti janjinya, Leon menyewa apartemen itu yang sedikit lebih kecil dari tempat Leon untuk Mentari dan Irm

    Last Updated : 2023-03-15
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 103 - Kakak Jadi Romantis?

    Mentari tidak bergerak. Dia pejamkan matanya dan merasakan dekapan kuat penuh sayang dari Leon. Desiran makin kuat melanda dada Mentari. Ucapan Leon makin membuat Mentari melayang. Satu lagi yang membuat Mentari merasa aneh dengan dirinya. Tidak ada lagi rasa takut dipeluk dengan kuat seperti itu. Pelukan ini pelukan romantis. Beda dengan saat Leon memeluk ketika Mentari sedang sedih. Mungkin cinta yang dalam dari Leon membuat Mentari nyaman di dalam dekapan pria itu. "Seandainya Tuhan ga mengantarkan kamu ke atap gedung, kita ga akan pernah bertemu. Aku sangat yakin aku belum ngerasain cinta lagi. Aku cinta kamu, sayang kamu, cuma kamu, Tari." Leon bicara lembut di telinga Mentari. Kata-kata Leon itu, meyakinkan Mentari dia aman dalam cinta Leon. Tidak ada yang perlu dia takutkan bersama seorang pria. Leon terlalu baik, kata Irma. Dia benar. Leon serius, tidak akan main-main dengannya, kata Alman. Itu pun benar. Leon jangan dikecewakan menurut Lila. Dia juga tidak salah. Mentari m

    Last Updated : 2023-03-17
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 104 - Aku Tidak Main-main

    Kendaraan Baharudin meluncur di jalanan yang hampir tidak pernah longgar. Selalu penuh dengan bermacam-macam kendaraan lain yang ingin segera tiba di tujuan. Sore itu, Baharudin menjemput Lila untuk bertemu dengan ibunya untuk yang kesekian kali. Seolah-olah pertemuan Lila dan ibu Baharudin punya jadwal tetap. Lila pun sudah hapal, hari apa dan jak berapa dia akan dijemput dan diajak ke rumah mewah keluarga Baharudin. Sayangnya, Lila mulai lelah. Dia senang bersama ibu Baharudin yang baik dan ceria. Ramah dan suka bercerita. Sekalipun kondisi kesehatannya tidak selalu baik, hati wanita itu selalu gembira. "Anakku yang cantik sudah datang! Sini! Hari ini aku coba masak ini! Lihat!" Sambutan ramah dengan senyum lebar, seperti biasa tertuju pada Lila begitu dia bertemu dengan ibu Baharudin. "Ya, Tante Meta." Lila membalas, senyum manis dia lepaskan. Tetapi sebenarnya, Lila ingin menangis. Wanita yang baik dan penyayang. Dia tahu latar belakang Lila dan sama sekali tidak pernah menila

    Last Updated : 2023-03-18
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 105 - Marry Me

    Dada Lila berdegup kencang. Lila sangat sadar, dia telah memiliki rasa sayang pada Baharudin meskipun bukan jatuh cinta yang meletup-letup. Kebaikan hati dan sikap penyayang pria itu yang membuat Lila tahu dia spesial. Tetapi Lila pun sadar diri, yang dia dan Baharudin mainkan hanya untuk sementara. Lila tak berani berharap terlalu jauh. Lalu Baharudin? Semakin hari dia semakin mengagumi Lila. Gadis yang cerdas, periang, pekerja keras, dan yang utama, menghargai orang tua. Bagaimana Lila sabar di sisi Meta, itu nilai plus yang Baharudin berikan. Lila tak pernah mengeluh meski Meta minta dia lakukan ini dan itu. Lila dengan senyum lebar meladeni Meta. Dan Lila mau selesai dengan hubungan mereka? Tidak semudah itu! "Kamu ga bisa rasa kalau aku peduli sama kamu itu bukan drama?" ucap Baharudin dengan pandangan makin dalam ke dasar mata Lila. Lila mengerjap beberapa kali. Dia mencoba memahami apa yang Baharudin mau katakan. "Aku sayang kamu, Lila. Serius kamu ga merasakan itu?" tanya

    Last Updated : 2023-03-19

Latest chapter

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 125 - Di Atap Mal

    "Mama! Lihat!" Suara kecil dan ceria itu memaksa Mentari mengangkat wajah ke depan. Bocah tiga tahun itu menunjukkan sebuah mainan robot di tangannya. Wajahnya sumringah, tampak gembira. Dia berhasil membuat mainan robot dari lego. "Keren, Juni! Merah warnanya, robot kamu pasti hebat!" Mentari bertepuk tangan. "Papa yang ajari. Aku mau buat robot lain, yang biru dan kuning!" ujar bocah itu riang. "Oke. Mama mau ambil minuman. Juni mau?" Mentari berdiri. "Iya, jus jeruk aku suka, Mama!" kata Junior semangat. "Sebentar, ya?" Mentari melangkah ke meja di dekat gudang dan menuangkan jus jeruk dalam gelas, lalu dia bawa kepada anaknya yang kembali sibuk dengan lego. "Makasih, Mama," kata Junior. Dengan cepat gelas berisi jus jeruk itu berkurang tinggal setengah. "Ahh ... segar sekali, hehehe ..." Senyum lebar muncul di bibir mungil Junior. Dia memberikan lagi gelas pada Mentari dan mengusap kasar bibirnya karena sisi jus menetes hingga ke dagunya. "Good boy. Lanjutkan main, ya?"

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 124 - Satu Lagi Keajaiban

    Dada Leon semakin menderu, bergejolak, berdetak cepat, dan entah apa lagi yang dia rasa. Tiba di depan ruangan Mentari, Leon makin tidak karuan. Leon cepat masuk ke ruangan itu. Di dalam ada dokter dan dua perawat yang membantu Mentari. Lusia juga ada di situ. "Dokter!" Leon memanggil dokter. Dokter wanita usia empat puluhan itu berbalik dan melihat Leon. "Nah, ini Pak Leon sudah datang. Sini, Pak, temani istrinya." Suara dokter itu tenang dan lembut. Leon seperti merasa ada aliran air menumpahi kepala hingga ke seluruh tubuh. Semua gerah dan panas tiba-tiba menjadi sejuk. "Bagaimana Mentari, Dok?" Leon mendekat ke samping dokter. Lusia sudah pindah ke sebelah Leon agak di belakang. Di ranjang Mentari berbaring lemah dengan wajah pucat dan tampak kesakitan. Leon maju lagi tiga langkah, memegang tangan kiri Mentari. Tangan kanan sudah dipasang infus. "Apa yang terjadi, Sayang?" Leon mendekatkan wajahnya, bertanya dengan nada cemas. "Maaf, aku ga bisa jaga diri. Aku berjalan ga ha

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 123 - Leon Junior!

    Mentari membuka mata. Entah berapa lama dia tertidur. Badan rasanya sakit semua. Mentari menoleh ke sisinya. Leon masih terlelap dengan posisi meringkuk. Sebelah tangan Leon memeluk pinggang Mentari. "Astaga ... udah kejadian, " kata Mentari pelan. Dadanya kembali berdegup kencang. Ingatan Mentari balik cepat ke sore hari saat tiba di hotel. Tanpa bisa dihalangi, begitu saja, Mentari membiarkan Leon merengkuh dirinya, utuh. Mentari juga tidak tahu bagaimana bisa dia punya keberanian itu. Semua trauma dan rasa takut disentuh pria tiba-tiba saja lenyap. Sebaliknya, dia ingin suami tercinta tidak melepaskan dirinya. "Ohh, malu sekali," ucap Mentari lirih. Rasa panas kembali menjalar di wajahnya. Perut seperti digelitik, susah dia gambarkan. "Hmm ... Sayang ..." Leon bergerak. Dia membuka mata dan melihat Mentari sedang memandang padanya. "Bangun?" Mentari menaikkan selimut untuk menutupi tubuhnya. "Kenapa mau selimutan? Ga usah." Leon menarik Mentari kembali merapat padanya. "Mas

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 122 - More Than I Can Wish

    "Uffhhh!!" Leon meletkakkan pantatnya di kursi pesawat dengan penuh rasa lega. Tinggal beberapa menit pesawat mengudara, Leon dan Mentari akhirnya bisa juga masuk pesawat. Mentari memegang dadanya, masih berusaha mentralkan napasnya yang terengah-engah. "Thank God, ga telat," kata Leon. Matanya memandang ke sekitarnya. Di depan pramugari mulai memberi aba-aba, menolong penumpang bersiap tinggal landas. Mentari memegang tangan Leon kuat-kuat. Ini pengalaman dia pertama kali masuk pesawat dan akan terbang di udara. Campur aduk rasa di dada Mentari. Kejutan pernikahan belum juga mereda. Semalam tegang sekali di hotel berdua dengan Leon. Tiba-tiba mendengar Leon menyebut dalam doa akan mengajak Mentari ke Spanyol. Dan di pagi hari kejar-kejaran tidak karuan demi tiba tepat waktu di bandara. Benar-benar luar biasa! "Kamu takut?" tanya Leon sambil mencermati wajah Mentari. "Aku baru ini naik pesawat. Ngeri ga, sih?" tanya Mentari dengan wajah melas. "Nggak, aman. Ada aku, tenang saj

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 121 - Kejutan Leon

    Mentari makin mendekat. Pelan sekali Mentari naik ke kasur dan duduk di samping Leon. Sama sekali Leon tidak bergerak. Dia pasti sangat lelah dan terlelap tanpa tahu lagi apa yang terjadi di sekitarnya. Mentari mencermati detil wajah Leon. Oh, memang sungguh tampan dan mempesona. "Tidur nganga mulutnya, tetap saja tampan," ucap Mentari lirih. Refleks, karena makin mengagumi suaminya, tangan Mentari menyentuh lembut pipi Leon. "Uhh ..." Leon kaget karena sentuhan tangan Mentari yang dingin. Leon membuka matanya. Seketika Leon melihat Mentari di sampingnya. Leon langsung duduk dan menghadap ke arah Mentari. "Hei, sudah mandi? Aku ketiduran," kata Leon. Dia mengusap kedua mata dan wajahnya. "Pasti Mas Leon capek. Maaf, aku lama di dalam." Mentari kembali memperhatikan wajah Leon. Tampak lelah dan kuyu. "Mandi biar seger, tidur badannya bersih." "Hmm, yaa ... aku ga akan lama." ujar Leon. Dia mengusap lembut pipi Mentari lalu beranjak menuju kamar mandi. Mentari turun dari ranjang

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 120 - Tidak Malam Ini

    Leon menggaruk kepalanya sambil memutar badan melihat ke arah pintu. Ada apa lagi? Tamu datang di saat dia sedang mulai permainan manis dengan istrinya? Astaga! Apa pihak hotel tidak tahu kalau harusnya pengantin baru tidak diganggu? Mentari pun memutar badan melihat ke arah lain. Malu sekali rasanya mengingat apa yang barusan dia dan Leon lakukan. Mentari menata napasnya. Ini baru di awal, sudah seperti itu rasanya. Pakaian Mentari bahkan masih lengkap, "Aku lihat siapa yang datang," kata Leon sambil melangkah menuju ke pintu. Ketika pintu dibuka, seorang pelayan hotel berdiri di sana. Di tangan pria muda itu ada sebuah bingkisan cantik dibungkus kertas emas dengan pita manis di atasnya. "Kenapa?" Leon bertanya dengan wajah mengkerut. "Saya minta maaf, ini ada kiriman. Pesannya sangat penting dan harus sampai malam ini juga. Sekali lagi minta maaf," ujar pelayan itu. Terlihat dia tidak nyaman mengetuk pintu kamar Leon. "Oke, thank you." Leon menerima bingkisan itu dan menutup pi

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 119 - Di Kamar Pengantin

    Upacara sakral itu masih berlangsung. Hari bersejarah bagi dua insan yang dilanda asmara, yang bersiap memasuki kehidupan baru bersama. Saat itu saat di mana di hadapan Tuhan mereka akan mengucapkan janji, dengan sadar, dengan yakin, bahwa mereka disatukan dengan cinta melalui sebuah pernikahan kudus di hadapan-Nya. Leon merasakan getaran begitu kuat di hatinya. Rasaya syukur berlimpah yang seperti menenggelamkannya dalam kolam tapi tidak membuat Leon tak bisa bernapas. Mentari berulang kali menghapus air mata yang tak bisa dia tahan terus saja menitik. Janji pernikahan mereka ucapkan. Doa bagi kedua mempelai dinaikkan di hadirat Ilahi. Pendeta menyatakan sah, Leon dan Mentari menjadi suami istri. "Apa yang disatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia. Tetap setialah satu sama lain, peliharanya cinta yang Tuhan hadirkan di antara kalian. Berjalanlah bersama merajut kebersamaan hingga maut memisahkan." Pesan terakhir pendeta bagi keduanya, kemudian sekali lagi pendeta itu ber

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 118 - Gaun Putih

    Lila berlari kecil menuju kamar utama apartemen. Di depan pintu kamar, ada Irma sudah menunggu. "Wah, cantik banget! Warna putih dan merah. Thank you!" Irma menerima buket dari tangan Lila. "Ternyata hasil karyaku ga mengecewakan, ya?" Lila tersenyum lebar. "Kamu buat sendiri? Ih, keren. Ntar aku nikah mau dong, dibuatin juga!" Irma seketika melebarkan senyumnya. "Pengantin sudah siap?" Lila melongok ke dalam kamar. "Hampir. Tinggal pasang cadar saja." Irma masuk dengan buket di tangannya. Irma dan Lila berhenti serentak. Mata mereka menatap gadis imut yang disulap menjadi ratu tercantik sepanjang hari. "Ini beneran kamu, Tari?" Lila maju dua langkah sambil matanya menatap makin dalam pada Mentari tanpa kedip. Mentari berdiri dalam balutan gaun putih panjang semata kaki. Ada pita sedikit besar yang menghiasi pinggang. Lalu bagian belakang gaun itu sedikit menyapu lantai. Di atas kepala Mentari ada mahkota kecil berwarna perak terpasang indah. Sedangkan cadar transparan menutup

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 117 - So? How?

    Perkataan Asterita jelas dan tegas dia katakan. Leon merasa ada kehangatan kasih ibu yang begitu dalam hadir untuknya. Awalnya dia sangat kesal. Mamanya bertingkah aneh-aneh. Pasti hanya ingin mempermalukan Mentari, karena dia gadis sederhana dan tidak tahu banyak kehidupan manusia kalangan atas. Ternyata pikiran Leon salah. Asterita serius dengan yang dia lakukan demi kebaikan Leon, agar Leon tidak akan lagi terluka dan menemukan kebahagiaan utuh dalam cinta sejati yang dia butuhkan. Hati Leon melimpah dengan haru. Tatapan marah di hatinya dengan cepat berganti. "So? How?" Horacio memandang Asterita. Apakah yang dia cari sudah ketemu? Apakah dia sudah lega setelah melakukan ujian dan tantangan pada wanita-wanita yang mencintai putra sulung mereka? Asterita memandang Horacio dengan senyum kecil muncul di bibirnya yang disalut warna merah gelap, yang sangat pas di wajahnya. "Ya, kali ini aku harus mengakui, aku salah." Asterita menarik napas dalam. Mata Horacio menciut bersamaan de

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status