“Mantap! Udah berani berdua-duaan macam ini kalian sekarang, ya!” Bang Ucok mengejutkan Narendra dan Agnia.
“Astaga, Bang! Di mana-mana itu kalaubaru pulang itu salam dulu. Bukannya langsung teriak!!”
“Macam mana aku tak teriak lihat ini kalian peluk-pelukan?! Kau juga, Rendra, udah kubilang jangan macam-macam kau sama Agnia!”
“Aku tidak macam-macam,” Narendra menjawab cepat.
Agnia langsung tertawa melihat tetangganya yang salah tingkah, “Bang Ucok baru pulang? Malam banget.”
“Iya, tadi ada sedikit masalah. Jadi terpaksa aku lembur.”
“Tapi lemburnya bareng Amelia. Senang, dong harusnya?” Narendra sengaja menggoda Bang Ucok.
“Kusuruh dia pulang. Kasihan aku kalau perempuan itu lembur. Lagian, masih bisa aku handle,” Bang Ucok masuk ke kontrakan petak tetangganya itu.
“Kalau kayak gitu memangnya nggak apa, Bang?” A
Narendra bukan pria tanpa pengalaman. Sepanjang usianya entah sudah berapa banyak wanita yang pernah mampir dalam hidupnya. Baik itu sebagai pacar, gebetan atau sebatas partner one night stand ketika dia berada di luar negeri untuk sekolah dan kuliah. Tetapi semua terasa bergitu berbeda ketika berhubungan dengan Agniar.Sejak pertama melihat gadis itu, ada getar yang sulit untuk dijelaskan serta keinginan untuk melindungi. Bukan seperti dia ingin melindungi Calya atau keluarganya yang lain. Sebentuk perasaan yang membuatnya ingin selalu memastikan gadis itu tersenyum bahagia. Lepas dan ceria.Sebentuk kecupan.Hanya itu yang dibutuhkan Agnia untuk membuat Narendra gelisah sepanjang malam. Kantuk yang sempat hadir sudah sempurna menghilang. Hingga lewat dini hari, pria itu masih terjaga. Walau sekuat apapun dia berusaha untuk memejamkan mata, dia juga tidak kunjung tertidur. Baru menjelang dini hari akhirnya dia dapat terlelap. Itu juga tidak nyenyak.
Narendra hanya butuh beberapa hari untuk menangkap apa yang terjadi di SuperMart. Salah satu direktur menempatkan keponakannya di bagian gudang bukan tanpa alasan. Pria itu memanfaatkan keponakannya sebagai rekan melakukan kejahatan. Informasi ini didapat Narendra dari bisik-bisik di antara pegawai.Ya, mereka berdua melakukan penggelapan barang di SuperMart. Beberapa pegawai mengetahui hal tersebut dan sudah berusaha untuk melaporkan kepada pihak manajemen. Tetapi malah mereka yang dimutasi ke SuperMart di daerah atau dipecat. Ini yang membuat para pegawai akhirnya memilih untuk diam dan berpura-pura tidak tahuSambil bekerja, Narenda terus mengumpulkan informasi dan menyiapkan rencana. Jika awalnya dia hanya ingin menghukum si pegawai mesum, sekarang tujuannya berubah, dia ingin membersihkan SuperMart."Kak, ikut lagi nggak? Kita mau nyobain seblak yang di ujung jalan masuk."Seblak? Narendra baru pertama kali mendengar nama makanan itu."S
Hampir seluruh makanan yang disediakan oleh Agnia sudah habis mereka lahap. Sejak tadi mulut mereka tidak berhenti mengunyah sambil bercanda dan mengobrol tentang berbagai hal. Mereka tidak berhenti mengolok Bang Ucok tentang Amelia. Pria berbadan besar itu sampai merah wajahnya karena godaan mereka. Tidak hanya itu, mereka juga tidak berhenti bertanya kepada Badi tentang kejelasan hubungannya dengan Antari.Setelah capek saling menggoda, mereka membicarakan pekerjaan baru Narendra dan Badi. Langsung saja mereka bercerita seperti air yang mengalir dari keran, deras dan tidak dapat dibendung.“Kalian termasuk beruntung, lho! Dapat tim yang kompak gitu,” Agnia berkomentar sambil mengudap ayam goreng tepung.“Bener banget! Aku juga bilang gitu sama Bos. Bayangin aja, dari dua puluh orang, semuanya kompak. Kalau kerja ya kerja, istirahat juga bukan yang berkelompok gitu. Beruntung dan seru banget.”“Iya,” Narendra menganggu
Menjelang pukul enam Agnia terbangun. Bukan karena dering alarm atau karena ada seesorang yang membangunkannya. Dia terbangun begitu saja. Aneh mengingat dia baru dapat terlelap menjelang dini hari. Dia mengerjap berulang kali sambil menyugar rambutnya. Beberapa detik berlalu sebelum kesadarannya kembali sepenuhnya. Begitu dia sepenuhnya terbangun, gadis itu langsung mengambill bantal, membenamkan wajah dan berteriak dengan wajah yang semerah tomat. Narendra menciumnya tadi malam. Tidak hanya itu mereka juga… *** Agnia nyaris menjauh ketika Narendra mennundukkan wajah. Gadis itu berpikir kalau tetangganya itu melihat sisa makanan yang menempel di pipi atau di bibirnya. Pemikiran itu membuatnya malu dan refleks ingin menjauh. Tapi ternyata dia salah. Narendra menciumnya. Tanpa aba-aba. Tanpa ucapan apapun. Gadis itu sama sekali tidak menduga tetangganya akan melakukan ini. Semalam dia meman
Hari-hari setelah itu berjalan normal. Pekerjaan membuat Narendra dan Agnia sulit untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Meski begitu, setiap pagi Narendra akan mengetuk kontrakan petak gadis itu, memberikan sebuah ciuman dan mendapatkan pelukan sebelum dia berangkat kerja.Sore, setelah jam kerjanya selesai, jika Agnia masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, mereka akan bertukar pesan. Saling menguatkan dan menyemangati. Manis, seperti rasa ciuman pertama mereka.Jumat malam, Narendra baru saja selesai mandi. Dia dan Badi terlalu kelelahan untuk keluar mencari makanan sehingga memutuskan untuk menggunakan jasa pesan antar. Tidak ingun menyusahkan Badi, dia memutuskan untuk memesan makanannya sendiri. Dia sudah semakin ahli menggunakan aplikasi ojek daring yang juga menawarkan jasa pesan antar makanan.Dia masih mencari makanan yang mengugah selera ketika Agnia tiba-tiba sudah berada di ambang pintu kontrakannya. Gadis itu baru saja pulang. Gad
"Jadi kenapa?"Berbeda dengan yang dikatakannya kepada Narendra, Badi memilih untuk menginterogasi adiknya tanpa menunggu pagi. Dia sama sekali tidak percaya dengan alasan Hanny yang mengatakan kedatangannya karena merindukan kakak semata wayangnya.Hanny hanya diam sambil menatap ujung jari kakinya. Sesekali dia meremas kaos yang dikenakannya. Menghadapi Badi memang tidak mudah."Dek, Mas tanya sama kamu. Kenapa?"Gadis itu masih diam selama beberapa saat. Dia berusaha menata jawaban di kepalanya."Hanny," nada suara Badi sudah berubah.Hanny tahu dia harus menjawab atau Badi akan berubah menjadi monster, "Aku berantem sama Ibuk."Giliran Badi yang menghela napas panjang. Ini tidak akan mudah. Ibu dan adiknya memang tidak akur. Tetapi bukan seperti di sinetron yang saling membenci. Mereka berdua sama-sama keras kepala sehingga pertengkaran karena perbedaan pendapat merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dan merupakan makanan se
Narendra masuk ke kontrakan petak sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Dia masih belum menemukan jawaban di mana dia harus tidur malam ini. Dia mengantuk, sangat, tetapi dia tidak yakin untuk tidur di kamar bersama Agnia. Walau gadis itu sekarang adalah pacarnya tetapi dia bellum mendapat persetujuan darinya.Akhirnya, dia memutuskan untuk ke dapur dan membuat secangkir cokelat hangat.“Pinjam kasur lipatnya Bang Ucok apa, ya?” Dia mengaduk cokelat hangat, “Tapi Bang Ucok juga pasti udah tidur.”Dengan secangkir cokelat hangat dia berpindah kembali ke sofa. Selama beberapa saat dia hanya memindah-mindahkan saluran televisi sebelum akhirnya memutuskan untuk menelepon Abimana. Sepupunya terbiasa untuk tidur menjelang subuh. Itu juga hanya selama beberapa jam.“Kenapa, Dra?” Suara Abimana terdengar parau ketika mengangkat telepon.“Tumben kamu sudah tidur jam segini?”Sepupunya terkekeh sebel
"Hm... " Agnia bergumam tidak jels sambil menggeliat ketika terbangun.Tetapi gerakannya seketika berhenti ketika menyadari ada sebelah lengan yang memeluk pinggangnya. Siapa?Dengan cepat gadis itu membuka mata. Ketika dia melihat Narendra yang terbaring di sampingnya, dia langsung tersenyum lebar. Ingatan tentang apa yang terjadi tadi malam langsung memenuhi pikirannya.Konyol rasanya. Dia tersenyum hanya karena mengibgat kebersamaannya dengan pria itu. Padahal ini bukan pertama kalinya dia menjalin hubungan dengan pria. Tetapi memang tidak ada yang membuatnya merasakan sepeti apa yabg dirasakannya ketika bersama tetangganya ini. Narendrantahu bagaimana memanjakannya tetapi juga dapat menajdi teman bertukar pikiran jika dibutuhkan.Selama beberapa saat, Agnia hanya diam memandangi wajah Narendra. Dia memprlerhatikan setiap detail wajah pria itu. Bulu matanya yang ternyata cukup panjang dan tebal, rahangnya yang begitu tegas dan memesona bahkan dia mengh