Menjelang pukul enam Agnia terbangun. Bukan karena dering alarm atau karena ada seesorang yang membangunkannya. Dia terbangun begitu saja. Aneh mengingat dia baru dapat terlelap menjelang dini hari.
Dia mengerjap berulang kali sambil menyugar rambutnya. Beberapa detik berlalu sebelum kesadarannya kembali sepenuhnya. Begitu dia sepenuhnya terbangun, gadis itu langsung mengambill bantal, membenamkan wajah dan berteriak dengan wajah yang semerah tomat.
Narendra menciumnya tadi malam.
Tidak hanya itu mereka juga…
***
Agnia nyaris menjauh ketika Narendra mennundukkan wajah. Gadis itu berpikir kalau tetangganya itu melihat sisa makanan yang menempel di pipi atau di bibirnya. Pemikiran itu membuatnya malu dan refleks ingin menjauh. Tapi ternyata dia salah.
Narendra menciumnya.
Tanpa aba-aba. Tanpa ucapan apapun. Gadis itu sama sekali tidak menduga tetangganya akan melakukan ini.
Semalam dia meman
Hari-hari setelah itu berjalan normal. Pekerjaan membuat Narendra dan Agnia sulit untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Meski begitu, setiap pagi Narendra akan mengetuk kontrakan petak gadis itu, memberikan sebuah ciuman dan mendapatkan pelukan sebelum dia berangkat kerja.Sore, setelah jam kerjanya selesai, jika Agnia masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, mereka akan bertukar pesan. Saling menguatkan dan menyemangati. Manis, seperti rasa ciuman pertama mereka.Jumat malam, Narendra baru saja selesai mandi. Dia dan Badi terlalu kelelahan untuk keluar mencari makanan sehingga memutuskan untuk menggunakan jasa pesan antar. Tidak ingun menyusahkan Badi, dia memutuskan untuk memesan makanannya sendiri. Dia sudah semakin ahli menggunakan aplikasi ojek daring yang juga menawarkan jasa pesan antar makanan.Dia masih mencari makanan yang mengugah selera ketika Agnia tiba-tiba sudah berada di ambang pintu kontrakannya. Gadis itu baru saja pulang. Gad
"Jadi kenapa?"Berbeda dengan yang dikatakannya kepada Narendra, Badi memilih untuk menginterogasi adiknya tanpa menunggu pagi. Dia sama sekali tidak percaya dengan alasan Hanny yang mengatakan kedatangannya karena merindukan kakak semata wayangnya.Hanny hanya diam sambil menatap ujung jari kakinya. Sesekali dia meremas kaos yang dikenakannya. Menghadapi Badi memang tidak mudah."Dek, Mas tanya sama kamu. Kenapa?"Gadis itu masih diam selama beberapa saat. Dia berusaha menata jawaban di kepalanya."Hanny," nada suara Badi sudah berubah.Hanny tahu dia harus menjawab atau Badi akan berubah menjadi monster, "Aku berantem sama Ibuk."Giliran Badi yang menghela napas panjang. Ini tidak akan mudah. Ibu dan adiknya memang tidak akur. Tetapi bukan seperti di sinetron yang saling membenci. Mereka berdua sama-sama keras kepala sehingga pertengkaran karena perbedaan pendapat merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dan merupakan makanan se
Narendra masuk ke kontrakan petak sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Dia masih belum menemukan jawaban di mana dia harus tidur malam ini. Dia mengantuk, sangat, tetapi dia tidak yakin untuk tidur di kamar bersama Agnia. Walau gadis itu sekarang adalah pacarnya tetapi dia bellum mendapat persetujuan darinya.Akhirnya, dia memutuskan untuk ke dapur dan membuat secangkir cokelat hangat.“Pinjam kasur lipatnya Bang Ucok apa, ya?” Dia mengaduk cokelat hangat, “Tapi Bang Ucok juga pasti udah tidur.”Dengan secangkir cokelat hangat dia berpindah kembali ke sofa. Selama beberapa saat dia hanya memindah-mindahkan saluran televisi sebelum akhirnya memutuskan untuk menelepon Abimana. Sepupunya terbiasa untuk tidur menjelang subuh. Itu juga hanya selama beberapa jam.“Kenapa, Dra?” Suara Abimana terdengar parau ketika mengangkat telepon.“Tumben kamu sudah tidur jam segini?”Sepupunya terkekeh sebel
"Hm... " Agnia bergumam tidak jels sambil menggeliat ketika terbangun.Tetapi gerakannya seketika berhenti ketika menyadari ada sebelah lengan yang memeluk pinggangnya. Siapa?Dengan cepat gadis itu membuka mata. Ketika dia melihat Narendra yang terbaring di sampingnya, dia langsung tersenyum lebar. Ingatan tentang apa yang terjadi tadi malam langsung memenuhi pikirannya.Konyol rasanya. Dia tersenyum hanya karena mengibgat kebersamaannya dengan pria itu. Padahal ini bukan pertama kalinya dia menjalin hubungan dengan pria. Tetapi memang tidak ada yang membuatnya merasakan sepeti apa yabg dirasakannya ketika bersama tetangganya ini. Narendrantahu bagaimana memanjakannya tetapi juga dapat menajdi teman bertukar pikiran jika dibutuhkan.Selama beberapa saat, Agnia hanya diam memandangi wajah Narendra. Dia memprlerhatikan setiap detail wajah pria itu. Bulu matanya yang ternyata cukup panjang dan tebal, rahangnya yang begitu tegas dan memesona bahkan dia mengh
“Tumben kamu mengunjungi Badi. Ada apa?” Narendra memulai percakapan ketika mereka sedang sarapan bersama, “Ibuk sehat?”“Sehat. Sehat banget malah,” Hanny menjawab dengan sedikit ketus.“Kamu nyamperin Mas kenapa?” Badi bertanya sebelum menyuap sesendok besar nasi goreng buatan Agnia, “Jangan bilang kangen. Mas tahu kalau itu cuma alasan kamu aja.”Hanny menarik napas panjang sambil melirik Narendra. Gadis itu tahu siapa Narendra. Walau dia sudah bertemu beberapa kali dengan pria itu dan Badi akrab selayaknya sahabat dengan pria itu kecuali di beberapa kesempatan ketika mereka sedang serius, masih ada kesungkanan yang tersisa.“Kamu mau cerita sama Badi aja?” Kali ini Agnia yang bertanya lembut, “Kalau memang menurut kamu itu privasi, nggak apa. Nanti aja kamu jawab pertanyaan itu pas kalian berduaan, ya?”“Bukan gitu…” Pengertian Agnia malah mem
“Kak Agnia keren bangeeet!!!” Hanny menyambut Agnia dengan pelukan ketika gadis itu selesai melakukan pemotretan.“Beneran?” Agnia balas memeluk.“Bener! Tapi aku baru tahu kalau pemotretan itu serem. Kakak diteriak-teriakin gitu. Model lain juga.”Agnia tertawa, “Itu karena konsep pemotretan kali ini agak susah. Kalau konsepnya biasa juga nggak bakalan diteriakin karena kita bisa deliver maunya klien dengan mudah.”Kali ini Agnia menjalani pemotretan untuk sebuah brand ponsel terkenal dari Korea Selatan. Sesuai dengan desain dan konsep ponsel terbaru mereka, para model diminta menunjukkan sisi dinamis sekaligus fierce mereka.Akan gampang seandainya tidak ada tambahan brief kalau mereka diminta berpose dengan kondisi digantung pada ketinggian lima meter dari tanah. Selain itu merek ajuga diminta untuk berpose yang menunjukkan kesan fleksibel.Pengarah gaya d
“Enak?” Agnia bertanya sambil menatap Narendra yang sedang menikmati makan malamnya.Seperti yang dijanjikan Agnia membawa nasi uduk untuk tiga pria tetangga kontrakan petaknya. Saat ini mereka berlima sedang berkumpul di kontrakan petak Narendra. Entah sejak kapan, kontrakan pria itu sudah menjadi tempat berkumpul mereka.“Maaak! Rendra aja yang kau tanya sekarang? Tau kau anggap lagi abang kau ini?” Bang Ucok yang baru saja kembali dari dinas luar kota bertanya dengan mulut penuh nasi uduk.“Jorok, Bang! Telan dulu itu,” Agnia tertawa sambil melempar tisu yang sudah dibulat-bulatkannya ke arah tetangganya itu, “Aku tanya Rendra kaarena dia belum pernah nyobain nasi uduk di situ. Padahal terkenal banget, kan?”“Tak aneh. Rendra itu macam hidup dalam batok kelapa. Tak tahu apa-apanya dia itu!” Bang Ucok kembali berkomentar, kali ini setelah mengosongkan mulutnya.“Enak,” Narend
"Ibuk kenapa ke sini? Badi udah bilang kalau Hanny butuh beberapa hari buat nenangin diri, kan?""Lah ya gimana. Nggak tenang Ibuk. Kepikiran terus. Kalau di Ibu kota lebih gampang anak itu terjerumus.""Terjerumus apa, sih, Buk? Hanny itu nggak aneh-aneh, kok.""Kamu jangan belain adik kamu, ya. Nggak usah kamu sembunyiin. Ibu udah tahu, ya! Dia itu jual diri! Sedih Ibuk. Kecewa juga. Salah Ibuk di mana? Kok bisa dia begitu? Apa yang kurang dari cara Ibuk mendidik dia? Sama aja Ibuk didik kamu dan dia. Tapi kok ya..""Buk, Hanny nggak pernah jual diri. Nggak mungkin dia mau melakukan itu. Ibuk kayak nggak kenal sama anak sendiri."Wanita paruh baya itu menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya sejak Sang Ibu tiba, Badi memperhatikan raut wajah beliau. Wanita itu seakan terlihat beberapa tahun lebih tua sejak terakhir mereka melakukan video call. Padahal itu baru seminggu lalu. Mungkin kekecewaan karena salah paham itu membuat beliau terlihat m