“Selamat pagi pengantin baru!” sapa Azfar menggoda adik dan suaminya.
“Loh! Kalian mau kerja?” sambung Mama melihat Alea dan Rafif dengan pakaian kerja mereka.
Alea dan Rafif mengangguk menjawab pertanyaan Mama.
Pernikahan mereka yang sangat mendadak membuat Alea dan Rafif tidak sempat mengatur waktu untuk cuti kerja, lagipula mereka hanya melakukan Ijab Kabul jadi tidak begitu menguras energi.
“Kenapa tidak ambil cuti saja? Kalian kan baru menikah,” sambung Mama lagi.
“Rafif tidak bisa meninggalkan perusahaan lebih lama Ma, karena ayah harus fokus mengurus kakek,” jawab Rafif yang langsung membuat Mama mengerti.
“Lalu kamu?” tanya Mama pada Alea.
“Memangnya setelah menikah, apa yang berubah selain statusku Ma? Tentu saja aku juga harus berangkat kerja,” jawab Alea menyebalkan.
Membuat Mama melotot ke arahnya. Azfar yang ikut kesal menyentil kening Alea yang berdiri tepat disampingnya.
“Aduh! Sakit kak!!” teriak Alea. Sambil memijat keningnya yang kesakitan.
“Lagian kamu ini, statusmu yang berubah justru lebih penting dari apapun. Sekarang kamu seorang ISTRI, kok mudah sekali kamu mengucapkannya seperti bukan apa-apa,” ujar Mama kesal menanggapi jawaban Alea.
Rafif yang melihatnya hanya tertawa kecil.
“Tidak apa-apa Ma, mungkin Alea belum terbiasa. Lagipula aku belum bisa menemani Alea hari ini,” jawab Rafif tenang.
Alea memang belum memikirkannya, tentang bagaimana kehidupan setelah pernikahan dan bagaimana seharusnya ketika dia menjadi seorang istri.
Menurut Alea itu masih terlalu jauh dan pernikahannya yang begitu cepat membuat ketidaksiapan Alea menjadi istri tergambar jelas dari sikapnya pagi ini.
“Maaf,” ucap Alea lemah karena merasa bersalah.
“Belajarlah nak, tanya Mama mu apapun kalau kamu bingung,” ucap Papa menambahkan.
“Baik Pa.”
Suasana sarapan pagi yang sedikit gaduh membuat Rafif senang, biasanya dia hanya sarapan dengan orang tuanya, bahkan lebih sering melewatkan sarapan karena kesibukannya.
***
Sebagai suami, Rafif memutuskan untuk mengantar Alea setiap pergi bekerja agar lebih banyak waktu yang bisa dia habiskan bersama istrinya.
“Kak, apa sikapku keterlaluan?” tanya Alea pada Rafif di perjalanan.
“Tidak, sangat wajar karena kamu belum terbiasa,” jawab Rafif tanpa mengalihkan pandangannya dari depan.
“Maaf ya, aku tidak mempertimbangkan apa yang aku ucapkan,” ucap Alea menyesal.
Rafif meraih tangan Alea dan menatapnya sebentar.
“Aku juga tidak tahu bagaimana cara menjadi suami, tapi kita sudah janji untuk menjalaninya bersama. Pelan-pelan saja,” kata Rafif.
Alea memandangi tangan Rafif yang mengenggam punggung tangannya. Ada perasaan aneh yang menelisik hatinya, dia merasa hangat dan tiba-tiba saja senyum menghiasi wajahnya. Alea salting.
Rafif yang menyadari tingkah Alea malah membalikan tangan Alea sehingga telapak mereka bertemu dan mengaitkan jarinya di sela jari Alea, saling mengenggam. Membuat wajah Alea semakin merah menahan malu dan menahan semua perasaannya yang mulai bergejolak.
Sesampainya di kantor, Alea disambut oleh Najwa yang merupakan sahabatnya sejak kecil dan saat ini menjadi asisten pribadinya yang membantu Alea untuk mengelola bisnisnya.
“Eh, lo di anter siapa?” tanya Najwa penasaran.
“Suami,” jawab Alea santai.
“HAHHH? Apa kata lo? SUAMI??” teriak Najwa karena kaget. Bagaimana tidak? Dalam kehidupannya selama 24 tahun, Alea tidak pernah sekalipun memiliki kekasih. Karena bagi Alea, yang terpenting selama ini adalah membangun karir. Lalu tiba-tiba saja Alea mengucapkan kata suami, siapapun tidak akan percaya.
“Ssssttt!” desis Alea.
“Jangan bercanda lo pagi-pagi!” cecar Najwa.
“Gue gak bercanda, baru aja kemarin gue nikah,” Alea menjawab apa adanya.
“Sama siapa?” tanya Najwa tidak percaya.
“Rafif.”
Mendengar nama yang disebut Alea, Najwa semakin kaget. Dia sangat mengenal Rafif, karena Najwa tinggal di satu lingkungan yang sama dengan Alea saat kecil. Najwa juga tahu bagaimana keadaan Alea saat Rafif pergi.
“Rafif?? Rafif yang gue kenal? Gue gak salah ingat kan?” tanya Najwa syok.
“Iya! Rafif yang lo kenal,”
“Gila ya lo!! Kok bisa?”
“Ceritanya panjang,” kemudian Alea menceritakan semua yang terjadi pada Najwa, sahabatnya. Bagi Alea, Najwa merupakan salah satu orang terpenting di hidupnya. Dia tidak sungkan membagi ceritanya pada Najwa.
“Oooh gitu,” ucap Najwa mengerti setelah Alea menceritakan semuanya.
“Lo gak berniat ngasih tahu anak-anak kantor?” tanya Najwa lagi.
“Nanti. Kalo keadaannya udah sedikit membaik, kita mau adain resepsi. Buat sekarang, cukup lo dulu aja yang tahu,” pinta Alea.
“Lo janji harus kasih tahu gue sebelumnya! Jangan kayak gini, syok gue dengernya,” kata Najwa balik meminta.
“Iya, ndoro." jawab Alea
***
‘Al, pulang nanti kita mampir ke tempat kakek ya.’
Sebuah pesan masuk di ponsel Alea.
‘Iya.’ Alea membalasnya singkat.
Alea kembali memeriksa beberapa dokumen laporan pekerjaan yang diterima dari Najwa.
Bisnis yang dijalani Alea bergerak di bidang fashion seperti tas, sepatu dan pakaian. Alea sudah memiliki beberapa store di Jakarta dan juga menjalankannya secara online.
Selain fashion, perusahaan Alea juga memiliki brand parfum yang diproduksinya sendiri. Berawal dari ketertarikan dan hobinya mengoleksi parfum mewah membuat Alea memutuskan untuk memulai usaha parfum dengan brandnya sendiri, yang tidak disangka memiliki daya tarik tersendiri bagi para pelanggannya.
Saat ini bisnis Alea telah berkembang pesat dan memiliki banyak karyawan yang membantu mengelolanya dengan baik.
***
Tepat jam 17.00 Rafif menjemput Alea dan segera berangkat menemui kakek di Rumah Sakit.
Sesampainya di Rumah Sakit, mereka melihat kesibukan yang tidak biasa. Karena beberapa perawat dan dokter berlarian ke arah ruangan tempat kakek berada.
Melihat itu Rafif dan Alea berlari karena ingin segera mengetahui apa yang sedang terjadi.
“Ada apa dengan kakek?” tanya Rafif panik.
“Kita tunggu apa kata dokter,” jawab Ayah.
Mereka semua menunggu diluar ruangan karena dokter tidak memperbolehkan anggota keluarga untuk masuk.
Rafif melihat dari kaca pintu ruangan kakek, disana tubuh kakek telah dipenuhi dengan berbagai alat medis termasuk alat pacu jantung yang sedang disiapkan oleh dokter.
“Bertahanlah, kek! Rafif udah bawa Alea kesini. Kakek harus melihat kami lebih lama lagi,” ucap Rafif lirih.
Dengan perasaan yang dipenuhi ketakutan, Rafif tetap menyaksikan adegan demi adegan dokter yang sedang menangani kakeknya. Sambil memperhatikan monitor tanda vital yang berada tepat disamping kakek.
Sementara Alea dan bunda saling memeluk, berusaha berbagi kekuatan andai sesuatu yang tidak di inginkan terjadi.
“Bertahanlah, kek! Rafif udah bawa Alea kesini. Kakek harus melihat kami lebih lama lagi,” ucap Rafif lirih.Tiga puluh menit berlalu, Rafif masih memperhatikan dokter yang sedang menangani kakek dari kaca pintu ruangan. Sambil terus menatap monitor tanda vital yang berada tepat di samping kakek.‘Tiiiit’ bunyi panjang bersamaan dengan garis di monitor yang perlahan berubah lurus terlihat oleh mata Rafif. “Tidak! Kakek..” jerit Rafif. Sambil terduduk lemas.Tidak berselang lama, seorang dokter keluar dan mengabarkan kalau kakek tidak bisa bertahan.“Pak, bu. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, mohon maaf nyawa pasien tidak tertolong,” dokter menjelaskan.Tangis semua orang pecah.Alea kemudian menghampiri Rafif dan memeluknya, berbagi sisa tenaga yang dia miliki. Alea juga sama hancurnya dengan Rafif. Tapi dia ada disana untuk menguatkan Rafif.“Alea,” tangis Rafif pecah dalam pelukan Alea.“Menangislah kak, menangislah sekarang. Habis ini, kita antar kakek dengan senyuman.
Selepas kepergian kakek, Alea memilih untuk tinggal di rumah Rafif sementara waktu.Alea berusaha beradaptasi kembali dengan keluarga barunya. Meskipun Alea telah mengenal mereka sejak kecil, Alea tetap merasa asing karena perpisahan sepuluh tahun lalu membuat Alea sedikit lupa tentang mereka.Berbeda dengan di rumahnya, pagi ini Alea bangun lebih cepat. Dia membantu Ibu mertuanya menyiapkan sarapan.“Selamat pagi bunda,” sapa Alea.“Selamat pagi Alea, apa kamu tidur nyenyak?” tanya bunda.“Iya, nyenyak sekali sampai tidak sadar kalau sudah pagi,” jawab Alea di iringi tawa kecil.“Syukurlah, bunda khawatir kamu tidak nyaman. Kamu sudah lihat sendiri kalau kamar Rafif jauh dari kata hangat untuk ditinggali,” ucap bunda.Alea hanya tersenyum menanggapi.“Bunda lagi masak apa? Boleh aku bantu?” Alea menawarkan diri.“Tidak usah, kamu temani saja bunda mengobrol. Sudah lama sekali bunda tidak mendengar ocehanmu. Padahal dulu setiap pagi kamu selalu ribut saat datang untuk menemui Rafif,”
Jantung Alea berdetak kencang, disaat Rafif tiba-tiba menyentuh wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan perlahan Rafif semakin mendekatkan wajah mereka, kemudian mengecup bibir Alea pelan.Rafif melepaskannya sebentar, menatap mata Alea dengan tatapan penuh kerinduan. Dengan tanpa keraguan sedikitpun, akhirnya Rafif mendekatkan lagi wajahnya dan mencium bibir Alea lembut.Alea yang terpaku hanya mampu memejamkan mata, menahan segala perasaan yang tiba-tiba bergejolak di dalam hatinya.Rafif terus menciuminya semakin lama, semakin dalam.Merasa kehabisan nafas, Alea lalu menarik dirinya perlahan.“Aku...,” ucap Alea pelan.“Sudah larut, tidurlah,” sahut Rafif sambil mengelus pipi Alea yang memerah. Ada perasaan yang tidak dapat Rafif jelaskan, namun satu hal yang pasti malam itu Rafif bahagia. Karena berhasil membuka satu kunci hati Alea.“Kak,” panggil Alea sambil memegang tangan Rafif.“Iya?” tanya Rafif.“Aku...,” jawab Alea ragu-ragu.“Kenapa?” desak Rafif.“Aku belum siap untuk itu
Rafif tersenyum, lalu melakukan ciuman itu sekali lagi, semakin lama, semakin dalam. Dia kemudian menggendong Alea ke tempat tidur dan membaringkan Alea disana tanpa melepaskan tautan bibir mereka.Alea mengalungkan tangannya di leher Rafif, membuat Rafif semakin leluasa melancarkan aksinya.“Ah!” desahan kecil keluar dari mulut Alea. Membuat Rafif semakin membara.Mereka terhanyut dalam ciuman panas itu, seolah telah saling menemukan dunia mereka.Rafif melepaskan Alea sebentar untuk mengambil nafas. Kemudian dia mengecup kening Alea lama, lalu berpindah ke pipinya. Rafif menatap mata Alea lagi, setelah itu dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Alea, menciumnya perlahan, Alea meremang.Rafif terus menciumi leher Alea, sambil tangannya berusaha membuka kancing baju Alea. Setelah berhasil membuka kancingnya, dia menyibakkan baju Alea sehingga bahu Alea terekspos, dan mata Rafif terpana saat dia melihat ke bagian dada Alea yang masih tertutup kain. Dia seperti telah menemukan harta
Sesuai dengan yang di bicarakan Alea, hari ini dia berencana untuk meeting dengan para kepala toko offline store-nya untuk membahas evaluasi kerja dan performa tokonya selama satu bulan kebelakang. Ini merupakan agenda rutin yang di adakan Alea setiap akhir bulan. Alea lebih suka mengadakan pertemuan di luar daripada di kantornya sendiri, sebab dia bisa sekalian hangout untuk menghilangkan kejenuhannya. Kali ini dia memilih sebuah restoran chinese food yang berlokasi di sebuah mall tempat salah satu toko Alea beroprasi. “Dengan hasil bulan ini, saya tidak puas. Karena hanya 70% dari toko kita yang berhasil mencapai target bulanan, sementara 30%-nya mengalami penurunan,” kata Alea setelah mendengarkan presentasi Oki, kepala tim penjualan yang biasa menerima dan mengelola laporan dari seluruh toko. “Begini saja, saya minta untuk setiap toko agar bisa menaikan omset sebesar 10% dari target bulanan kita satu bulan kedepan dan jangan sampai ada penurunan di bulan berikutnya. Jika semua
“Aleaaa,” panggil Rafif pelan. Alea tidak bergeming.“Sayang,” panggil Rafif lagi.Kali ini Alea tersenyum kecil sambil menyembunyikan wajahnya.‘Deg’ dadanya berdegup lagi. Tapi dia tidak menoleh ke arah Rafif.Rafif kemudian melepas sabuk pengamannya dan mendekati Alea, lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Alea. Refleks, Alea menutup matanya. Rafif tersenyum gemas.Kemudian Rafif hanya melewatinya, mengambil sabuk pengaman di samping kiri Alea lalu dipasangnya di dekat kemudi.“Sabuknya belum kamu pasang, sayang.”Alea melirik Rafif sekilas kemudian memalingkan kembali wajahnya ke arah lain. Dia kesal dan terlalu malu.Melihat Alea yang tidak bereaksi membuat Rafif semakin gemas. Rafif sadar ini adalah salah satu gelombang emosi Alea yang terjadi dalam siklus bulanannya.Rafif melajukan kendaraannya, kemudian dia mengambil sesuatu di cup holder pintu mobilnya.“Minum dulu Al,” dia menyodorkan satu cup coklat panas pada Alea yang dibelinya dari cafe sebelah restoran steak.Alea masih
Hadiwinata Grup, perusahaan yang dikelola Rafif merupakan induk dari beberapa cabang yang bergerak di bidang e-commerce dan teknologi industri. Mereka telah beroperasi di beberapa negara di dunia.Semua yang di usahakan kakek dan ayahnya benar-benar dikelola dengan baik oleh Rafif sehingga perusahaan yang awalnya kecil telah berubah menjadi perusahaan raksasa yang dikenal banyak orang.Atas prestasinya yang gemilang, nama Rafif sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat.“CEO muda berusia 28th, memiliki tampang yang rupawan, dan kekayaan yang luar biasa.” Begitulah Rafif dikenal dengan segala citra baiknya.Alea tentu saja mengetahui siapa suaminya, tetapi dia tidak pernah menganggap Rafif sebagai orang yang berbeda dari sepuluh tahun yang lalu. Dia juga tidak pernah berencana untuk memanfaatkan Rafif agar namanya ikut naik agar bisnisnya semakin berkembang.Bagi Alea kehidupan rumah tangganya harus berjalan biasa saja dan tidak mencampur antara kehidupan pribadi dan pekerjaannya.
Rumor tentang Rafif dan Yesi tentu saja terdengar di telinga keluarga Rafif dan Alea. semua orang berusaha menghubungi Alea dan memintanya untuk tetap tenang.Sepanjang hari itu Alea merasa risau, bukan karena dia tidak mempercayai Rafif, tetapi dia merasa orang yang paling ingin dia habisi saat ini adalah Yesi. Tetapi Alea sadar kalau dia tidak boleh gegabah, karena jika salah langkah keadaan akan semakin kacau.Yesika Marlin, saat ini dia sedang tersenyum senang melihat segala kegaduhan di dunia maya. Dia dan pikiran liciknya merasa puas karena orang-orang percaya kalau Rafif dan dirinya adalah pasangan.“Gue pengen tahu, reaksi cewek lo gimana fif!” gumamnya.“Sayang banget gue gak tahu siapa dia. Tapi gue yakin kalo cewek lo sekarang lagi kepanasan sama pandangan orang tentang kita berdua,” tambahnya.Yesi adalah teman Rafif sejak awal kuliah di luar negeri, ketika Rafif mengambil jurusan bisnis, Yesi masuk ke sekolah model disana.Yang membuat mereka dekat adalah ayah Rafif merupa
Hari ini, Alea dan Rafif berencana untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di Bandung, sebelum mereka kembali ke Jakarta.Selama sehari penuh mereka semua berkumpul di rumah nenek, makan masakan nenek, bermain bersama para sepupu dan bercerita tentang masa lalu.Semua terlihat sangat menikmati momen kebersamaan itu.Papa sebetulnya hanya anak tunggal, tetapi semasa kakek Abdul hidup, beliau sempat mengadopsi anak perempuan dari keluarga nenek yang mereka beri nama Ayu.Saat ini, tante Ayu lah yang tinggal bersama nenek di rumah ini, sehingga nenek tidak pernah kesepian.Beberapa kali papa juga mengajak nenek untuk tinggal bersama di Jakarta, namun nenek bersikeras untuk tetap tinggal di Bandung.Katanya, rumah ini penuh dengan kenangan semasa hidup bersama kakek Abdul. Dan hanya saat tinggal disini, nenek merasa kakek Abdul masih ada bersama mereka.“Kak, kenapa bengong?” tanya Alea pada Cindy yang terlihat sedang memandang kosong ke arah Zayn dan Nizam putra bungsu tante Ayu yang s
Alea dan Rafif duduk di ujung tempat tidur sambil menikmati pemandangan malam kota Bandung dari kaca jendela besar kamar mereka yang berada di lantai 22.Tubuh mereka masih sama-sama polos setelah selesai saling memanjakan.Tangan Rafif merangkul bahu Alea dengan kepala yang saling menopang. Mereka mulai mengenang masa lalu mereka tentang kota ini.Bandung, merupakan kota kelahiran dua anak manusia yang sekarang saling mencintai ini. Mereka di takdirkan bertemu karena pertemanan kakek mereka yang berlangsung begitu lama.Kelahiran Rafif di keluarga Hadiwinata adalah hal yang membahagiakan, sebab ayah dan bunda terbilang cukup lama menanti kehadiran buah hati.Empat tahun berselang, Alea lahir di keluarga Haris.Kelahiran Alea disambut bahagia oleh dua keluarga, sebab kakek Hadiwinata dan kakek Abdul Haris telah berniat untuk menjodohkan cucu mereka kelak agar persahabatan mereka tidak terputus dan berlanjut sampai anak keturunannya.“Kalau dipikir-pikir, ternyata aku sudah jatuh cinta
Setelah acara kisah sukses alumni selesai, Alea bersama dengan Rafif, diikuti oleh Azfar bergegas turun dari panggung.Acara dilanjutkan dengan ramah-tamah dan ngobrol santai sesama alumni sambil mencicipi makanan yang telah disediakan.Alea hendak pergi meninggalkan Rafif untuk kembali menemui teman-temannya yang belum sempat dia sapa.“Mau kemana?” tanya Rafif menarik tangan Alea yang hendak menjauhinya.“Mau nyapa teman-temanku mas!” jawab Alea.“Ikut aku dulu!” ajak Rafif.Alea tidak membantah, dia mengikuti kemana Rafif pergi dengan tangannya yang digenggam erat oleh Rafif.Ternyata, Rafif mengajaknya menemui teman-teman Rafif dan Azfar semasa bersekolah. Semua orang tampak ramah dan menyambut baik kedatangan Alea.Tidak sedikit yang memuji tentang penampilan dan keserasian mereka, tidak lupa kisah sukses mereka yang menginspirasi membuat teman-teman mereka kagum.Meskipun banyak juga tatapan iri yang menghampiri mereka.Setelah menyapa beberapa teman Rafif, berganti Alea yang me
“Alea..?!”“Kamu datang sendirian?” tanya pria yang sangat tidak ingin ditemui Alea disini, sekarang.Alea mengangguk sambil tersenyum tipis.“Hai Elang!” Desi langsung merapat pada Elang dan mengalungkan tangannya disana.Elang menepis tangan Desi dan menghampiri Alea. Ini adalah kesempatan baginya untuk mendekati Alea, paling tidak dia bisa mencoba untuk mengakrabkan dirinya kembali.“Ih Elang!” pekik Desi lalu kembali mengikuti langkah Elang.“Kalian selesaikan dulu urusan kalian! Aku mau menyapa yang lain,” ujar Alea sambil tertawa ringan.Alea lalu beranjak meninggalkan mereka bersama Manda dan Lusi.“Ih ganggu aja kamu tuh!” keluh Elang pada Desi.“Elang, ngapain masih cari Alea sih? Orang kampungan itu! Padahal aku lebih segalanya dari dia,” ujar Desi.“Asal kamu tahu Des! Pakaian Alea dari atas sampai bawah kalo di uangkan bisa beli mobil! Aku butuh salah satunya aja biar bisa hidup!” bentak Elang marah karena Desi menghilangkan kesempatannya untuk mendekati Alea.“Hah? Masa s
“Mas, besok kita ke Bandung ya!” ajak Alea sembari merapikan kamar tidurnya.“Acara reuniku lusa, aku pengen nginep di rumah nenek dulu semalam. Sekalian bawa Zayn,” jawab Alea.“Tapi besok aku harus ke Lampung, buat meninjau bisnis disana,” ujar Rafif.“Yah! Kan kita udah sepakat dari bulan lalu kalau besok kita ke Bandung,” ujar Alea kecewa.“Kamu ajak mama aja, mau gak?” usul Rafif.Dia ingat kalau dia sudah janji akan mengantar Alea ke Bandung untuk mengikuti acara reuni SMA, tetapi mendadak dia harus ke luar kota untuk urusan bisnisnya.“Emang boleh?” tanya Alea ragu.“Boleh sayang, nanti kalau sempat aku susul kalian ke Bandung, tapi kalau enggak kamu bisa kan pergi ke acara reuni sendiri?” tanya Rafif.“Kamu gak apa-apa kalau aku pergi sendiri?” tanya Alea lagi, mengingat Rafif begitu pencemburu.“Yaa, gak apa-apa. Tapi kamu gak boleh macam-macam disana!” ujar Rafif.“Aku? Mana berani!” sahut Alea.***Keesokan paginya Rafif mengantar Alea, Zayn dan mama ke stasiun kereta. Mere
“Mama!” suara Zayn terdengar memasuki kamar mereka.Rafif buru-buru melepaskan tautan diri mereka dan mempersilakan Alea untuk membasuh tubuhnya lebih dulu.“Ma!” panggil Zayn lagi.“Mama mandi sayang, sebentar ya!” sahut Alea dari dalam kamar mandi.Klek! Terdengar Zayn berusaha membuka pintu kamar mandi.Alea dan Rafif saling pandang, mereka lupa apakah tadi sudah menguncinya atau belum.Buru-buru Rafif berlari ke arah pintu dan menahan pintunya dari dalam. dia bersandar di pintu dengan gemuruh di dadanya, takut sekali perbuatannya di ketahui oleh putra sulungnya.“Ma, cepat!” teriak Zayn dari luar pintu sambil terus menggedor-gedornya.“Iya sayang! Zayn tunggu dikamar ya, sebentar lagi mama keluar,” jawab Alea sambil berteriak.Zayn menurut lalu beranjak pergi meninggalkan kamar Alea.“Fiuh!” Alea dan Rafif kembali bernapas lega.“Kamu sih! Aku bilang juga apa, Zayn masih bangun, dia pasti nyari aku!” ujar Alea.“Hehe, habisnya kamu menggoda!” jawab Rafif mendekat dan kembali merai
Suatu siang, Rafif tengah datang ke kantor Alee’s.co, yang mana itu merupakan perusahaan Alea yang saat ini berada dibawah naungan Rafif.“Permisi pak,” ujar Nadia, resepsionis di kator Alea.“Ya,” jawab Rafif.“Ini ada surat yang ditujukan untuk bu Alea,” ujar Nadia.“Oke. Terima kasih,” sahut Rafif.Setelah Nadia pamit, Rafif buru-buru melihat surat itu.Ternyata surat itu berlogokan sekolah lama Alea di Bandung. Karena terlalu penasaran, Rafif buru-buru membukanya.“Reuni? Jadi apa yang di ucapkan Elang tempo hari bukan sebuah alasan?” gumam Rafif.Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan penting, Rafif segera pulang ke rumah untuk memberitahukan pada Alea perihal undangan reuni yang diterima.“Sayang, ada surat buat kamu!” teriak Rafif dari ruang keluarga. Sementara Alea masih berada di lantai dua rumahnya.“Surat apa?” tanya Alea dari atas, dia hanya menunjukan kepalanya saja.“Sini turun!” ujar Rafif.Alea lalu bergegas menuruni tangga dengan setengah berlari.“Gak usah lari! Ka
Alea kembali ke rumah setelah sebelumnya mengantar mama pulang. Zayn telah tidur dengan nyaman di jok belakang.Sesampainya di rumah, Alea menggendong Zayn dan membawanya ke kamar tidur milik Zayn. Lalu setelahnya dia bergegas membersihkan diri di kamarnya.Hari sudah mulai sore, setelah selesai mandi Alea langsung masuk ke dalam walk in closet dan berpakaian.Saat keluar, Rafif telah menunggunya di kamar dengan raut muka marah. Keadaannya masih sama berantakannya seperti sebelumnya.Alea berjalan menuju meja rias tanpa menghiraukan keberadaan Rafif.“Kan aku sudah bilang, kamu tidak boleh bertemu dengannya kecuali kamu bersamaku!” Rafif mulai bicara dengan nada dingin.“Kenapa tadi malah dia yang antar kalian ke rumah sakit? Apa tidak cukup aku memberi peringatan?” tanya Rafif.Alea masih terpaku menatap dirinya di cermin, dia menyisir rambutnya yang masih sedikit basah.“Alea, aku sedang bicara!” bentak Rafif saat merasa di abaikan oleh istrinya.Alea menaruh sisirnya kembali di mej
“Sial-an! Kalo bukan bos gue udah gue habisi itu Rafif!”Elang mengumpat di tempatnya tatkala Rafif menutup panggilan secara sepihak.“Gimana caranya gue bisa deketin Alea lagi?” gumamnya.Ya, Elang memang berniat mendekati Alea. Selain karena alasan Alea adalah mantan kekasihnya di masa SMA dulu, Elang juga melihat jika Alea kini telah sukses dengan kekayaan yang luar biasa.Makanya, dia berniat untuk mencoba memanfaatkan Alea.Sementara itu disisi Rafif, dia telah merasa jika Elang memiliki niat buruk untuk istrinya, makanya sejak awal Rafif tidak menyukai Alea yang begitu akrab dengan Elang meskipun bisa dibilang hubungan mereka sudah berakhir sangat lama.Sedangkan Alea merasa kehadiran Elang kembali dihidupnya bukanlah hal yang mengganggunya, sebab Alea sama sekali tidak berniat untuk kembali akrab dengan Elang, apalagi dia melihat Rafif yang begitu cemburu.“Aku berangkat dulu, awas kalau kamu sembunyiin sesuatu dariku lagi!” ancam Rafif.“Iya sayang, gak akan,” jawab Alea lalu