Share

5. Awal Baru

Author: Reyn
last update Last Updated: 2024-11-24 10:02:29

Usai mendengar kabar itu, keluarga Alea langsung pergi ke rumah sakit.

Begitu tiba di rumah sakit, mereka bertemu dengan ibu Rafif yang telah mengemasi beberapa barang di ruang rawat inap Kakek Hadi. Sementara ayah Rafif sedang mengurus administrasi.

“Bunda,” panggil Rafif begitu masuk ke dalam ruangan.

Melihat putranya datang, tangis Mei tidak bisa lagi dibendung. Dia langsung memeluk putranya dengan erat. “Rafif, kakekmu …”

Rafif mengusap punggung sang ibunda dengan sabar. Dia juga sama terpukul, ini semua begitu mendadak baginya. Sementara itu, ayah Alea langsung mengambil inisiatif untuk membantu Eddo mengurus administrasi.

Alea yang sedari tadi terisak kecil, kini tangisnya menjadi semakin besar. “Kakek kenapa ingkar janji …”

“Al, sudah. Ini semua kan takdir Allah,” kata Azfar berusaha menenangkan adiknya. Dia mengambil langkah untuk menenangkan adiknya karena melihat Rafif yang masih mengurus ibunya.

“Operasinya gagal, tubuh kakek sudah menolak dan langsung mengalami pendarahan. Tadi, operasi baru selesai jam 3 pagi,” jelas Mei dengan isakan.

Tania yang melihat Mei sangat terpukul, langsung menghampirinya. “Kita harus ikhlas, sekarang kakek Hadi sudah tidak menderita lagi.”

Setelah administrasi selesai diurus, mereka semua kembali ke rumah keluarga Rafif untuk melakukan prosesi pemakaman.

Ternyata, di kediaman keluarga Rafif telah ramai oleh para tamu dan banyak karangan bunga berjajar di depan pagar rumah, semua itu dari kolega bisnis Kakek Hadi.

Semua orang merasa kehilangan karena sosok Kakek Hadi memang dikenal sangat baik dan dermawan.

Setelah jenazah dikebumikan, semua keluarga kembali ke rumah dengan duka yang masih menyelimuti.

Rafif dan ayahnya sibuk menerima tamu yang datang. Mayoritas tamu memang rekan bisnis, jadi jelas Rafif dan ayahnya yang mengenal mereka. Sementara Alea masih duduk termenung di bangku yang ada di sudut halaman. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Pernikahan yang Kakek Hadi inginkan sudah Alea lakukan, tetapi malah jadi seperti ini.

“Alea,” panggil Rafif ketika selesai mengurus beberapa tamu.

Kini suasana menjadi lebih kondusif karena banyak tamu yang telah meninggalkan kediaman keluarga Rafif.

“Ayo makan dulu, Al,” ajak Rafif. Dia tahu, sejak pagi Alea belum mengonsumsi apapun, pun dengan dirinya.

“Aku gak lapar, Kak,” jawab Alea lirih.

“Lapar gak lapar, kita harus makan, Al. Aku gak mau kamu malah sakit,” ujar Rafif lagi berusaha membujuk Alea.

Namun, Alea justru menatapnya dengan dalam, seolah mencari sesuatu. “Kakek sudah gak ada, Kak.”

Rafif mengerutkan dahinya, tidak paham ke mana ucapan Alea akan mengarah. “Iya, terus kenapa, Al?”

“Terus, pernikahan kita akan gimana?” tanya Alea yang langsung membuat Rafif terperanjat. “Kita menikah karena kakek, tapi sekarang kakek sudah gak ada.”

Entah kenapa rasanya Alea tiba-tiba goyah. Sejujurnya, rasa belum siap untuk menikah untuk masih menghantuinya. Dia tahu bahwa dia memang pernah menaruh rasa pada Rafif, tetapi itu dulu, dan kini hanya tersisa rasa canggung dan asing.

“Maksud kamu apa, Al?” tanya Rafif dengan wajah terkejut, tidak paham dengan ucapan Alea.

Alea menggeleng pelan lalu terdiam sambil menundukkan kepalanya.

“Kita gimana, Kak?” kata Alea akhirnya. Suaranya terdengar parau, seolah banyak kekhawatiran di sana. “Kita menikah karena permintaan kakek. Dan aku saja sebenarnya belum siap untuk menikah.”

“Aku tahu kita menikah karena permintaan kakek, tapi sebenarnya tanpa diminta kakek pun aku tetap akan menikahi kamu, Al,” kata Rafif sambil menatap Alea dari samping.

Alea menoleh, menatap Rafif yang juga sedang menatapnya penuh keyakinan. “Jangan terlalu banyak omong kosong, Kak. Kamu saja tega pergi tanpa penjelasan.”

Rafif menghela napas. “Bisa kita lupakan masalah itu, Al? Aku juga sudah jelaskan dan minta maaf. Keadaan yang memaksa aku kayak gitu.”

Alea kembali menunduk, menatap ujung kakinya yang di atas rumput halaman.

“Aku sungguhan, Al. Tanpa permintaan kakek, aku memang berencana menikahimu, tapi tidak secepat ini karena aku juga masih mempertimbangkan perasaanmu soal masalah itu,” kata Rafif lagi. Dia meraih tangan Alea dan menggenggamnya erat. 

“Kamu sudah kembali ke sini 3 tahun, apa kamu gak punya waktu satu hari saja untuk menemui aku, Kak? Gimana aku bisa percaya sama ucapan kamu kalau begitu?” jawab Alea seperti tak mau kalah.

“Al, keadaanku sangat susah saat itu. Aku saja bisa tidur hanya dua jam dalam satu hari, pikiranku benar-benar dikuras karena masalah perusahaan. Maafkan aku, Al.” Rafif semakin mengeratkan genggamannya.

“Aku rindu sama kamu, Al. Aku benar-benar sayang sama kamu. Dan soal pernikahan, ini memang salah satu sesuatu yang sudah aku rencanakan. Aku harap kamu gak menyesal karena memutuskan untuk mau menikah denganku meskipun awalnya karena permintaan kakek,” kata Rafif lagi.

Alea menatap tangannya yang sedang digenggam erat oleh Rafif, dia bisa merasakan kehangatan itu. Hatinya mendadak bergetar. Sejujurnya, perasaan untuk Rafif itu memang masih ada di dasar hatinya, tetapi rasa canggung dan asing itu menutupinya.

Alea beralih menatap Rafif dengan tatapan penuh kebingungan.

“Kamu mau kan memulai semua ini sama aku, Al? Kita lanjutkan harapan kakek untuk melihat kita hidup bahagia, tapi bukan karena kakek atau siapapun, karena kita mau melakukannya,” ucap Rafif lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jodoh di Tangan Kakek   6. Tentang Waktu yang Hilang

    Alea mengangguk samar, "Aku mau, Kak."Setelah diskusi dadakan itu, perasaan Alea menjadi lebih tenang. Akhirnya, mereka kembali masuk ke dalam rumah dan berbaur dengan keluarga yang lain. Meskpun masih diselimuti duka, mereka semua berusaha untuk tetap ikhlas.Setelah hampir satu minggu kepergian kakek Hadi, Alea yang memilih untuk tinggal di rumah Rafif sementara waktu harus beradaptasi kembali dengan keluarga barunya. Meskipun Alea telah mengenal mereka sejak kecil, Alea tetap merasa asing karena perpisahan sepuluh tahun lalu membuat Alea sedikit lupa tentang mereka.Berbeda dengan di rumahnya, pagi ini Alea bangun lebih cepat. Dia membantu Ibu mertuanya menyiapkan sarapan.“Selamat pagi bunda,” sapa Alea.“Selamat pagi Alea, apa kamu tidur nyenyak?” tanya bunda.“Iya, nyenyak sekali sampai tidak sadar kalau sudah pagi,” jawab Alea di iringi tawa kecil.“Syukurlah, bunda khawatir kamu tidak nyaman. Kamu sudah lihat sendiri kalau kamar Rafif jauh dari kata hangat untuk ditinggali,”

    Last Updated : 2024-11-26
  • Jodoh di Tangan Kakek   7. Jatuh ke Dasar Hati

    Jantung Alea berdetak kencang, disaat Rafif tiba-tiba menyentuh wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan perlahan Rafif semakin mendekatkan wajah mereka, kemudian mengecup bibir Alea pelan.Rafif melepaskannya sebentar, menatap mata Alea dengan tatapan penuh kerinduan. Dengan tanpa keraguan sedikitpun, akhirnya Rafif mendekatkan lagi wajahnya dan mencium bibir Alea lembut.Alea yang terpaku hanya mampu memejamkan mata, menahan segala perasaan yang tiba-tiba bergejolak di dalam hatinya.Rafif terus menciuminya semakin lama, semakin dalam.Merasa kehabisan nafas, Alea lalu menarik dirinya perlahan.“Aku...,” ucap Alea pelan.“Sudah larut, tidurlah,” sahut Rafif sambil mengelus pipi Alea yang memerah. Ada perasaan yang tidak dapat Rafif jelaskan, namun satu hal yang pasti malam itu Rafif bahagia. Karena berhasil membuka satu kunci hati Alea.“Kak,” panggil Alea sambil memegang tangan Rafif.“Iya?” tanya Rafif.“Aku...,” jawab Alea ragu-ragu.“Kenapa?” desak Rafif.“Aku belum siap untuk it

    Last Updated : 2024-11-27
  • Jodoh di Tangan Kakek   8. Sayang

    Rafif tersenyum, lalu melakukan ciuman itu sekali lagi, semakin lama, semakin dalam. Dia kemudian menggendong Alea ke tempat tidur dan membaringkan Alea disana tanpa melepaskan tautan bibir mereka.Alea mengalungkan tangannya di leher Rafif, membuat Rafif semakin leluasa melancarkan aksinya.“Ah!” desahan kecil keluar dari mulut Alea. Membuat Rafif semakin membara.Mereka terhanyut dalam ciuman panas itu, seolah telah saling menemukan dunia mereka.Rafif melepaskan Alea sebentar untuk mengambil nafas. Kemudian dia mengecup kening Alea lama, lalu berpindah ke pipinya. Rafif menatap mata Alea lagi, setelah itu dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Alea, menciumnya perlahan, Alea meremang.Rafif terus menciumi leher Alea, sambil tangannya berusaha membuka kancing baju Alea. Setelah berhasil membuka kancingnya, dia menyibakkan baju Alea sehingga bahu Alea terekspos, dan mata Rafif terpana saat dia melihat ke bagian dada Alea yang masih tertutup kain. Dia seperti telah menemukan harta

    Last Updated : 2024-11-27
  • Jodoh di Tangan Kakek   9. Pertemuan Tak Terduga

    Sesuai dengan yang di bicarakan Alea, hari ini dia berencana untuk meeting dengan para kepala toko offline store-nya untuk membahas evaluasi kerja dan performa tokonya selama satu bulan kebelakang. Ini merupakan agenda rutin yang di adakan Alea setiap akhir bulan. Alea lebih suka mengadakan pertemuan di luar daripada di kantornya sendiri, sebab dia bisa sekalian hangout untuk menghilangkan kejenuhannya. Kali ini dia memilih sebuah restoran chinese food yang berlokasi di sebuah mall tempat salah satu toko Alea beroprasi. “Dengan hasil bulan ini, saya tidak puas. Karena hanya 70% dari toko kita yang berhasil mencapai target bulanan, sementara 30%-nya mengalami penurunan,” kata Alea setelah mendengarkan presentasi Oki, kepala tim penjualan yang biasa menerima dan mengelola laporan dari seluruh toko. “Begini saja, saya minta untuk setiap toko agar bisa menaikan omset sebesar 10% dari target bulanan kita satu bulan kedepan dan jangan sampai ada penurunan di bulan berikutnya. Jika

    Last Updated : 2024-11-28
  • Jodoh di Tangan Kakek   10. Merajuk

    “Aleaaa,” panggil Rafif pelan. Alea tidak bergeming.“Sayang,” panggil Rafif lagi.Kali ini Alea tersenyum kecil sambil menyembunyikan wajahnya.‘Deg’ dadanya berdegup lagi. Tapi dia tidak menoleh ke arah Rafif.Rafif kemudian melepas sabuk pengamannya dan mendekati Alea, lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Alea. Refleks, Alea menutup matanya. Rafif tersenyum gemas.Kemudian Rafif hanya melewatinya, mengambil sabuk pengaman di samping kiri Alea lalu dipasangnya di dekat kemudi.“Sabuknya belum kamu pasang, sayang.”Alea melirik Rafif sekilas kemudian memalingkan kembali wajahnya ke arah lain. Dia kesal dan terlalu malu.Melihat Alea yang tidak bereaksi membuat Rafif semakin gemas. Rafif sadar ini adalah salah satu gelombang emosi Alea yang terjadi dalam siklus bulanannya.Rafif melajukan kendaraannya, kemudian dia mengambil sesuatu di cup holder pintu mobilnya.“Minum dulu Al,” dia menyodorkan satu cup coklat panas pada Alea yang dibelinya dari cafe sebelah restoran steak.Alea masih

    Last Updated : 2024-11-28
  • Jodoh di Tangan Kakek   11. Rumor

    Hadiwinata Grup, perusahaan yang dikelola Rafif merupakan induk dari beberapa cabang yang bergerak di bidang e-commerce dan teknologi industri. Mereka telah beroperasi di beberapa negara di dunia.Semua yang di usahakan kakek dan ayahnya benar-benar dikelola dengan baik oleh Rafif sehingga perusahaan yang awalnya kecil telah berubah menjadi perusahaan raksasa yang dikenal banyak orang.Atas prestasinya yang gemilang, nama Rafif sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat.“CEO muda berusia 28th, memiliki tampang yang rupawan, dan kekayaan yang luar biasa.” Begitulah Rafif dikenal dengan segala citra baiknya.Alea tentu saja mengetahui siapa suaminya, tetapi dia tidak pernah menganggap Rafif sebagai orang yang berbeda dari sepuluh tahun yang lalu. Dia juga tidak pernah berencana untuk memanfaatkan Rafif agar namanya ikut naik agar bisnisnya semakin berkembang.Bagi Alea kehidupan rumah tangganya harus berjalan biasa saja dan tidak mencampur antara kehidupan pribadi dan pekerjaannya.S

    Last Updated : 2024-11-30
  • Jodoh di Tangan Kakek   12. Hanya Teman

    Rumor tentang Rafif dan Yesi tentu saja terdengar di telinga keluarga Rafif dan Alea. semua orang berusaha menghubungi Alea dan memintanya untuk tetap tenang.Sepanjang hari itu Alea merasa risau, bukan karena dia tidak mempercayai Rafif, tetapi dia merasa orang yang paling ingin dia habisi saat ini adalah Yesi. Tetapi Alea sadar kalau dia tidak boleh gegabah, karena jika salah langkah keadaan akan semakin kacau.Yesika Marlin, saat ini dia sedang tersenyum senang melihat segala kegaduhan di dunia maya. Dia dan pikiran liciknya merasa puas karena orang-orang percaya kalau Rafif dan dirinya adalah pasangan.“Gue pengen tahu, reaksi cewek lo gimana fif!” gumamnya.“Sayang banget gue gak tahu siapa dia. Tapi gue yakin kalo cewek lo sekarang lagi kepanasan sama pandangan orang tentang kita berdua,” tambahnya.Yesi adalah teman Rafif sejak awal kuliah di luar negeri, ketika Rafif mengambil jurusan bisnis, Yesi masuk ke sekolah model disana.Yang membuat mereka dekat adalah ayah Rafif merupa

    Last Updated : 2024-11-30
  • Jodoh di Tangan Kakek   13. Mengungkap Kebenaran

    Hari itu Rafif bertekad akan segera menyelesaikan masalah yang terjadi. Rafif tahu cara agar dia bisa menyelesaikan masalah ini dengan satu langkah. Dalam perjalanan menuju kantor, Rafif mampir ke rumah ayahnya untuk meminta bantuan. “Yah, Rafif butuh bantuan,” ucap Rafif pada ayahnya. “Apa yang bisa ayah lakukan?” tanya ayah. “Tolong ayah hubungi ayahnya Yesi, agar dia bisa mencegah Yesi bertindak lebih jauh,” “Aku sudah memintanya berhenti secara baik-baik kemarin, tetapi sampai pagi ini keadaan semakin panas karena tindakan yang dia lakukan semakin memperburuk keadaan.” “Aku harus segera menghentikan rumor yang beredar, selain demi Alea, keadaan perusahaan saat ini kacau, harga saham mengalami penurunan. Ini juga pasti menimbulkan keresahaan bagi para direksi.” “Untuk itu aku juga minta pada ayah agar bisa membantu mengendalikan mereka di perusahaan. Rencananya, hari ini aku akan menggelar rapat paripurna untuk mengungkap kebenaran dari berita yang beredar dan aku akan

    Last Updated : 2024-12-01

Latest chapter

  • Jodoh di Tangan Kakek   128. Akhir

    “Good morning sayang,” bisik Rafif di telinga Alea.Perlahan Alea membuka matanya. Hal yang pertama kali dia lihat tentu saja suaminya, Rafif.Alea tersenyum teramat manis, membuat rasa cinta selalu mekar di hati Rafif setiap harinya, meskipun pernikahan mereka telah berlangsung bertahun-tahun.“Anak-anak dimana?” tanya Alea.“Di luar, ayo kesana!” ajak Rafif.Alea mengangguk kemudian bangkit dari tempat tidurnya.“Ternyata sudah siang ya?” tanya Alea melihat jendela kamarnya sudah terbuka dan cahaya matahari masuk menerobos melalui celah-celah gorden yang tertiup angin.Lalu, Alea berjalan mendekati jendela dan menyibak kain gorden yang menghalangi pandangannya.Di depan sana, terdapat hamparan pasir yang luas serta deburan ombak yang suaranya terdengar syahdu dari jendela kamar Alea.Pemandangan indah yang selalu Alea nikmati setiap pagi.Disinilah dia dan Rafif tinggal sekarang, sebuah mansion mewah yang terletak di sebuah pulau yang dikelilingi pepohonan rindang. Dan mansion mereka

  • Jodoh di Tangan Kakek   127. Drama Pagi

    Siang harinya, ayah sudah benar-benar pulang dari rumah sakit.Kejadian salah diagnosa yang sempat membuat terkejut kini hanya berlalu begitu saja. Sebab ketakutan mereka pada akhirnya tidak terjadi.Ayah hanya memerlukan pemeriksaan secara rutin dan mengkonsumsi obat yang disarankan agar kesehatannya bisa kembali seperti sedia kala.Hal ini tentu saja membuat bunda dan Rafif sangat lega. Ini artinya mereka bisa melanjutkan hidup seolah tidak terjadi apa-apa.Siang itu, semua urusan di rumah sakit telah selesai dan ayah bisa langsung kembali ke rumah.Bersamaan dengan itu, Zayn bersama dengan mama dan papa ternyata tiba di rumah ayah setelah menempuh perjalanan dari Puncak.“Papa!” panggil Zayn senang melihat Rafif yang baru saja menutup pintu mobil.“Nak!” sahut Rafif, kemudian menangkap Zayn di pelukannya.“Tadi di perjalanan ada yang terus menangis loh!” ucap mama.“Oh ya? Kenapa dia terus menangis oma?” tanya Rafif.“Sstt oma!” sahut Zayn.Rafif sontak tertawa mendengar Zayn yang

  • Jodoh di Tangan Kakek   126. Salah Diagnosa

    “Kondisi om Eddo saat ini cukup stabil dan sama sekali tidak berbahaya, juga jelas bukan karena penyakit jantung. Aku secara pribadi minta maaf karena diagnosa awal yang salah. Tapi, beliau tetap membutuhkan perawatan ekstra,” jelas Azfar pada bunda dan Rafif di ruangannya.“Memang apa yang sebenarnya terjadi?” tanya bunda.“Setelah melalui pemindaian CT Scan tadi aku menemukan sebuah gumpalan di pembuluh darah otak, ini yang menyebabkan om Eddo memejamkan matanya terus menerus.” Jawab Azfar.“Jadi, ayah tidak pingsan?” tanya Rafif.“Tidak, beliau hanya tertidur,” jawab Azfar.“Kondisi ini termasuk salah satu gejala stroke, beruntung beliau bisa langsung mendapatkan penanganan.” Jelas Azfar lagi.“Hhhh,” Rafif dan bunda bernapas dengan lega.“Lalu apa perawatan terbaik yang harus dilakukan?” tanya Rafif.“Besok kita lakukan test lab, setelah hasilnya keluar baru bisa diputuskan,” jawab Azfar.“Tapi apakah jantungnya benar-benar tidak masalah?” tanya bunda.“Sejauh ini, tidak ada tante

  • Jodoh di Tangan Kakek   125. Musibah 2

    “Mas! Ayah..” ucap Alea yang terengah-engah karena berlari.“Ayah kenapa?” tanya Rafif berdiri kemudian menghampiri Alea dan memegang kedua pundaknya. Dia melihat dengan jelas kalau Alea berlari terburu-buru, sehingga dia tidak memakai alas kaki.“Tadi ayah mengeluh dadanya sakit, lalu tiba-tiba ayah pingsan,” jelas Alea.“Apa?” tanya Rafif.Dokter yang juga mendengarnya segera berlari menuju ke ruangan ayah, begitu juga bunda yang baru saja merasa lega mendengar kondisi ayah, tiba-tiba kembali merasakan ketakutan yang begitu nyata.Rafif langsung menoleh ke arah bunda yang masih duduk di kursi depan meja dokter.Bunda hanya terdiam, tidak menangis, terlihat tenang, namun Rafif tahu dibaliknya ada ketakutan yang sangat dahsyat.“Sayang, pakai sandalku! Kamu tolong temani bunda ya, aku mau lihat keadaan ayah,” ucap Rafif.“Baik mas,” ucap Alea, kemudian menerima sandal milik Rafif dan menghampiri bunda.Sementara itu Rafif berlari kencang menyusul dokter yang sedang menangani ayahnya.

  • Jodoh di Tangan Kakek   124. Musibah

    Pasca merayakan ulang tahun Cindy, Alea dan Rafif yang baru saja memasuki kamar Villa untuk beristirahat, menerima sebuah telepon.Rafif yang baru saja merebahkan dirinya di tempat tidur mendengar ponselnya berdering, dia lalu bergegas melihat siapa penelepon tengah malam ini.Baru saja dia akan mengumpat karena merasa terganggu, dia urungkan saat melihat siapa yang menelepon.“Ada apa menelepon jam segini?” gumam Rafif.Perasaan yang semula tenang, mendadak menjadi penuh dengan kekhawatiran.“Halo bunda,” ujar Rafif.Alea yang berbaring disampingnya ikut berdiri sambil merasa heran karena ini hampir tengah malam.Hal yang pertama Rafif dengar adalah tangisan bunda, membuat ketakutan hinggap di sekujur tubuh Rafif.“Ada apa bunda?” tanya Rafif.“Ayahmu tidak sadarkan diri,” ucap bunda lirih.“Apa?” tanya Rafif terkejut.“Sekarang di rumah sakit,” jawab mama lemah.“Oke, aku kesana sekarang.” Jawab Rafif.Sebenarnya Rafif dipenuhi dengan keterkejutan, tetapi berusaha untuk tetap tenang

  • Jodoh di Tangan Kakek   123. Selamat Merayakan

    Cindy terbelalak sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.Bagaimana tidak terkejut? Kedatangannya disambut meriah oleh semua orang yang sangat dia kenal, seluruh keluarganya berkumpul termasuk ibu, bapak dan adik-adiknya dari Surabaya pun turut hadir.“Kalian juga disini? Kapan datang?” tanya Cindy pada keluarganya dan memeluknya satu persatu.“Tadi siang, Azfar juga yang jemput kita di bandara!” jawab bapak.“Jadi kamu bukan ke rumah sakit tadi siang?” tanya Cindy pada Azfar.“Untuk apa ke rumah sakit di akhir pekan?” Azfar balik bertanya.Sontak saja Cindy merasa jengkel karena merasa dikerjai.Jadi, siang tadi saat Azfar menerima telepon. Itu adalah telepon dari Bayu yang mengabari kalau dia dan keluarga sudah sampai di bandara.Azfar bergegas pergi menjemput mertua dna adik iparnya yang kemudian dia antarkan ke rumah mama untuk kemudian pergi ke puncak, tempat dimana mereka berada sekarang.Setelah Cindy menyapa keluarganya, dia juga menyapa mama, papa, Alea, Rafif lengkap den

  • Jodoh di Tangan Kakek   122. Badai telah Berlalu

    Butuh berbulan-bulan sampai Cindy bisa sembuh dan kembali seperti semula. Berdamai dengan diri sendiri dan menjadikan hal yang sudah berlalu sebagai pelajaran yang sangat berharga.Sekarang, Aksa sudah berusia 6 bulan waktu dimana dia mulai MPASI.“Besok Aksa sudah mulai MPASI, anterin aku belanja bahan makanan yuk?” ajak Cindy pada Azfar.“Boleh sayang,” jawab Azfar.“Sekalian kita ajak Aksa main di luar, kayaknya enak bersantai di taman. Biar dia gak jenuh,” ujar Cindy.“Hm, boleh!” jawab Azfar lagi sambil menemani Aksa bermain.“Kok cuma bilang boleh aja?” tanya Cindy.Saat hendak menjawab pertanyaan Cindy, ponsel Azfar berdering.“Maaf sayang, aku ada telepon sebentar.” Jawab Azfar sambil beranjak menjauh dari Cindy.“Telepon siapa? Kenapa harus menghindar?” gumam Cindy.Tapi Cindy tidak peduli, dia memilih sibuk bersama Aksa.“Sayang, belanjanya kita tunda dulu sampai sore ya? Aku ada telepon mendesak dari rumah sakit, ada hal yang harus diselesaikan,” ujar Azfar setelah kembali

  • Jodoh di Tangan Kakek   121. Healing

    “Selain itu, apa lagi yang kamu rasakan?” tanya dokter Mery.Cindy menarik napas perlahan, dia juga membenahi duduknya untuk mencari kenyamanan.“Saya sering merasa takut tidak bisa memenuhi kebutuhan anak saya, dokter,” ucapnya pelan.Dokter Mery mendekati Cindy dan menyentuh tangannya, Azfar menjauh sedikit dan mempersilahkan dokter Mery mendekat.“Sebagai seorang ibu, tentu kita selalu menginginkan yang terbaik untuk anak kita. Tetapi, jangan terlalu memaksakan diri. Tidak semua hal bisa dilakukan sendiri, kamu harus membuka diri pada orang sekitarmu. Kalau kamu butuh bantuan, mintalah pada orang terdekat. Termasuk pada suamimu, atau suamimu selama ini tidak pernah membantumu?” tanya dokter Mery.Cindy menggeleng cepat, dengan kesadaran penuh dia menjawab, “dia sudah sangat membantu dok, saya saja yang selalu mengabaikannya. Saya selalu merasa anak saya tidak boleh disentuh siapapun, termasuk oleh ayahnya sendiri. Hanya saya yang boleh mengurusnya,”Dokter Mery tersenyum hangat sem

  • Jodoh di Tangan Kakek   120. Baby Blues 2

    Keesokan harinya, Azfar kembali mencoba mengajak Cindy keluar rumah untuk sejenak beristirahat dari kegiatannya sebagai istri dan ibu.Tetapi lagi-lagi Azfar menerima penolakan dari Cindy.“Aku gak mau!” ujar Cindy saat menyusui Aksa.“Sebentar aja sayang,” bujuk Azfar.“Kalau gak mau ya gak mau! Kamu main aja sendiri!” jawab Cindy ketus.Azfar merasa, emosi Cindy kian hari kian tidak stabil, dia lebih mudah marah dari sebelumnya. Dia juga semakin jarang bicara, membuat Azfar merasa serba salah.“Tapi kamu gak baik-baik aja!” ucap Azfar dengan nada yang sedikit tinggi.“Siapa maksud kamu? Aku baik-baik saja kok!” sahut Cindy.Azfar semakin kehilangan kesabarannya, sudah seperti ini Cindy bahkan tidak menyadarinya.Dia menarik napas perlahan, kemudian menatap Aksa yang masih menempel pada Cindy. Azfar tertegun melihat Aksa yang berusia 2 bulan, tetapi belum menunjukan kenaikan berat badan yang stabil. Dia masih terlihat sangat kecil.Azfar tentu tahu ini disebabkan karena Cindy terlalu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status