Share

4. Akad

Author: Reyn
last update Last Updated: 2024-11-24 08:20:49

Setelah menerima keputusan Alea, semua orang merasa senang dan lega. Mereka menentukan waktu untuk segera melaksanakan pernikahan.

Karena kondisi kakek yang tidak mungkin untuk menghadiri pernikahan mereka di tempat lain, Rafif dan Alea sama-sama memutuskan untuk hanya melakukan Ijab kabul saja di ruang rawat inap kakek di Rumah Sakit, sementara untuk resepsi akan mereka pikirkan kembali setelah keadaannya sudah menjadi lebih baik.

Besoknya, semua orang sibuk untuk menyiapkan Ijab Kabul Rafif dan Alea, mulai dari meminta izin pihak Rumah Sakit untuk melakukannya disana, serta menyiapkan beberapa dokumen untuk syarat pendaftaran pernikahan mereka di KUA.

Hari yang ditentukan pun tiba.

Dirumah, Mama sudah menyiapkan baju yang akan dipakai Alea. Yaitu satu set kebaya warna putih dan kain jarik yang tidak lain adalah milik Mama saat menikah dengan Papa 30 tahun yang lalu.

“Sayang, coba pakai ini ya,” kata Mama.

“Ma, gak usah pakai kebaya. Alea Cuma mau pakai pakaian yang biasa saja,” jawab Alea.

“Meskipun hanya akad, Ijab Kabul adalah hal yang sakral dan dilakukan hanya sekali seumur hidup. Masa kamu tidak mau meninggalkan kesan?” bujuk Mama lagi.

“Aku takut menimbulkan kegaduhan di Rumah Sakit Ma,” jawab Alea menimpali.

“Tidak sayang, ruangan kakek berjauhan dari ruangan pasien lain,” “lagipula kita hanya melakukannya sebentar,” jawab Mama.

“Baiklah, Alea akan memakainya.” Jawab Alea menurut.

Kemudian Alea memakainya dan ajaibnya kebaya Mama sangat pas di tubuh Alea. Kebaya selutut yang kerahnya membentuk V memperlihatkan tulang selangka Alea yang tegas, serta full payet yang membuatnya terlihat lebih cantik. Meskipun sudah usang, kebaya Mama masih terawat dengan baik. Tidak ada payet yang lepas dan warnanya belum pudar.

Selain berpakaian, Alea juga membubuhkan sedikit make up tipis agar wajahnya tidak terlalu pucat.

Setelah semua siap, Alea dan keluarganya bertolak ke Rumah Sakit.

Diruangan kakek, semuanya sudah siap. Kamar VVIP itu telah disulap menjadi ruangan Ijab Kabul mereka. Terdapat meja kecil tepat ditengah ruangan, yang di atasnya terdapat satu set perhiasan sebagai mahar. Disana telah ada Rafif, Ayah dan Bunda berserta kakek yang duduk di kursi roda.

Telah hadir juga pak penghulu dan dua saksi dari pihak Alea dan Rafif. Keduanya merupakan kerabat dekat dari Ayah dan juga Papa.

“Baiklah, karena semuanya sudah hadir, mari kita mulai acara hari ini,” pak Penghulu memulai prosesi Ijab Kabul. Dan yang bertindak sebagai wali nikah Alea adalah Papa sendiri.

“Ananda Rafif Hadiwinata bin Eddo Hadiwinata, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Azalea Ellena Haris putri kandung saya dengan mas kawin perhiasan emas seberat 100 gram dibayar tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Azalea Ellena Haris Binti Lukman Haris dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Jawab Rafif dengan suara tegas dan lantang dalam satu kali tarikan nafas.

“SAH!” ucap saksi dan semua orang yang hadir.

“Alhamdulillah,” ucap semuanya lega, terutama kakek Hadi. Sekarang kakek merasa tenang, rasanya beliau siap untuk pulang kapan pun dan bertemu istri tercinta, serta bisa dengan bangga menyampaikan pesan bahagia ini untuk kakek Abdul yang telah mendahuluinya.

Setelah prosesi Ijab Kabul selesai, dilanjutkan dengan penandatanganan dan penyerahan buku nikah. Kemudian dilanjutkan dengan do’a Bersama. Semua prosesi berjalan lancar tanpa terlupa di abadikan oleh Azfar.

“Mbak Alea, silahkan untuk mencium tangan suami,” ucap pak Penghulu.

‘Asing’ satu kata yang terlintas di hati Alea. Orang yang sempat dia benci, saat ini telah menjadi suaminya.

“Mas Rafif, silahkan untuk menyentuh ubun-ubun mbak Alea lalu berdo’alah,” pinta pak Penghulu lagi.

Alea dan Rafif melakukan sesuai arahan pak penghulu.

Saat tangan kanan mereka saling mengenggam dan tangan kiri Rafif menyentuh ubun-ubun Alea, hati Rafif bergemuruh. Dia sadar sepenuhnya, setelah ini Alea akan menjadi tanggung jawabnya sepenuhnya. Termasuk suka duka Alea dan segala hal yang menyangkut kehidupan mereka berdua. Tapi Rafif senang bahwa yang menjadi istrinya adalah Alea. Wanita yang selalu dirindukannya selama sepuluh tahun.

Setelah semuanya selesai, Alea dan Rafif menyalami kedua orang tua mereka sambil meminta do’a restu. Tibalah saat mereka menyalami kakek, kakek memeluk mereka berdua erat. Setelah itu menyatukan tangan Rafif dan Alea, kemudian berkata..

“Terimakasih Rafif, Alea. Kalian cucu-cucu tersayang kakek, tidak ada hal yang paling membahagiakan di hidup kakek selain menyaksikan kalian menikah. Kakek berharap kalian selalu berbahagia!” ucap kakek penuh dengan rasa Syukur.

“Rafif janji akan menjaga Alea dan tidak akan menyakitinya sekalipun. Rafif tidak akan mengecewakan kakek,” ucap Rafif serius.

“Alea berharap kakek kembali sehat dan bisa menemani kami sampai kapanpun,” ucap Alea penuh harap.

“Baiklah, tentu saja kakek harus kembali sehat agar bisa menyaksikan kelahiran cicit kakek!” ucap kakek yang di iringi tawa di seluruh ruangan. Sementara Alea hanya terdiam tanpa ekspresi.

***

Setelah seluruh rangkaian acara selesai, Papa, Mama dan Azfar berniat kembali ke rumahnya agar kakek bisa segera beristirahat kembali. Yang di ikuti Rafif dan Alea tidak lama setelahnya.

Alea ingin menghabiskan waktu beberapa hari di rumahnya, sebelum Rafif membawanya pindah ke rumah baru yang sudah disiapkan Rafif untuknya.

Sebelumnya telah dibicarakan bahwa Alea menginginkan untuk tinggal dirumahnya sementara waktu yang langsung disetujui oleh Rafif. Untuk itu Rafif telah menyiapkan pakaian dan beberapa barang penting untuk dibawanya kesana.

Sesampainya di rumah Alea, Rafif terpana. Karena rumah ini bernuansa klasik modern dengan dua lantai dan halaman yang luas. Sudah jarang sekali dia melihat rumah seperti ini di kawasan Jakarta.

Setelah menurunkan koper dan barang bawaannya, Rafif masuk ke rumah mengekor di belakang Alea. Begitu masuk Rafif melihat sekilas interior rumah, sangat nyaman dan hangat. Rafif pikir kalaupun harus tinggal disini dia akan sangat betah.

Karena asyik melihat dekorasi rumah, Rafif jadi ketinggalan jejak Alea.

“Kamar Alea ada di lantai dua, naiklah,” kata Mama yang melihat kebingungan Rafif.

“Baik Ma, terimakasih.” Jawab Rafif

Area lantai dua tidak terlalu luas, disana hanya ada dua kamar dan ruang santai yang terdapat sebuah TV, meja komputer dan sofa santai berwarna kuning pucat. Serta ada beberapa hiasan dinding berwarna senada dengan furniture yang ada diruangan itu, sangat hangat.

Ternyata Alea sudah berada di dalam kamar yang pintunya terbuka. Rafif mengetuk pintu dan meminta izin Alea untuk masuk.

“Masuk aja kak,"

Rafif kembali memperhatikan tata ruang kamar Alea, sangat rapi. Tampak berbeda dengan kamarnya yang minimalis dan serba hitam, kamar Alea bernuansa pink girly, sangat mencerminkan Alea. Sejauh ini, Rafif menilai Alea belum berubah. Dia masih sama dengan Alea kecil yang menyukai hal-hal manis dan hangat.

Saat mengamati kamar Alea, Rafif menemukan sebuah foto di meja Alea. Itu adalah foto mereka bertiga semasa kecil, ada juga satu foto yang hanya ada Rafif dan Alea disana. Alea berpose dua jari (peace) dan tersenyum cantik, sementara Rafif merangkul Alea dengan wajah menengok ke arah Alea.

“Curang, wajahku tidak melihat ke arah kamera,” gumam Rafif.

“Aku mencetaknya karena di foto itu aku sangat cantik! Aku tidak mempedulikan yang lain,” Jawab Alea sambil tertawa kecil.

Lalu dibalas Rafif dengan wajah yang berpura-pura kesal, Alea terkikik geli melihatnya.

Related chapters

  • Terlahir Sebagai Jodohmu   5. Janji

    Kedatangan Rafif di rumah Alea membuat suasana menjadi lebih hangat. Meskipun Alea masih belum menerima sepenuhnya tentang pernikahannya dengan Rafif, dia tidak menunjukkannya di hadapan orang tersayangnya.Waktu makan malam tiba, sekarang bertambah satu orang yang mengisi kursi di meja makannya. Dan tanpa menghilangkan kebiasaan setelah makan malam, Papa tetap mengajak mereka semua untuk berkumpul di ruang keluarga.“Rafif, Papa titipkan Alea padamu. Papa tidak meminta apapun, hanya tolong jaga Alea sampai kapanpun,” ucap Papa.“Baik pa. Rafif akan selalu mengingat pesan Papa,” jawab Rafif.“Alea, terlepas dari segala yang terjadi, saat ini Rafif adalah suamimu. Bersikap baiklah, karena sekarang tanggung jawab Papa sudah berpindah ke tangan Rafif sepenuhnya. Tapi kami akan selalu ada buat kamu sampai kapan pun,” ucap Papa berganti pada Alea.Alea hanya menunduk dan menitikkan air mata. Dia tahu ini akan menjadi perjalan yang berat bagi dirinya dan Rafif. Alea hanya perlu mengusahakan

    Last Updated : 2024-11-24
  • Terlahir Sebagai Jodohmu   6. Pengantin Baru

    “Selamat pagi pengantin baru!” sapa Azfar menggoda adik dan suaminya.“Loh! Kalian mau kerja?” sambung Mama melihat Alea dan Rafif dengan pakaian kerja mereka.Alea dan Rafif mengangguk menjawab pertanyaan Mama.Pernikahan mereka yang sangat mendadak membuat Alea dan Rafif tidak sempat mengatur waktu untuk cuti kerja, lagipula mereka hanya melakukan Ijab Kabul jadi tidak begitu menguras energi.“Kenapa tidak ambil cuti saja? Kalian kan baru menikah,” sambung Mama lagi.“Rafif tidak bisa meninggalkan perusahaan lebih lama Ma, karena ayah harus fokus mengurus kakek,” jawab Rafif yang langsung membuat Mama mengerti.“Lalu kamu?” tanya Mama pada Alea.“Memangnya setelah menikah, apa yang berubah selain statusku Ma? Tentu saja aku juga harus berangkat kerja,” jawab Alea menyebalkan.Membuat Mama melotot ke arahnya. Azfar yang ikut kesal menyentil kening Alea yang berdiri tepat disampingnya.“Aduh! Sakit kak!!” teriak Alea. Sambil memijat keningnya yang kesakitan.“Lagian kamu ini, statusmu

    Last Updated : 2024-11-25
  • Terlahir Sebagai Jodohmu   7. Selamat Jalan Kakek

    “Bertahanlah, kek! Rafif udah bawa Alea kesini. Kakek harus melihat kami lebih lama lagi,” ucap Rafif lirih.Tiga puluh menit berlalu, Rafif masih memperhatikan dokter yang sedang menangani kakek dari kaca pintu ruangan. Sambil terus menatap monitor tanda vital yang berada tepat di samping kakek.‘Tiiiit’ bunyi panjang bersamaan dengan garis di monitor yang perlahan berubah lurus terlihat oleh mata Rafif. “Tidak! Kakek..” jerit Rafif. Sambil terduduk lemas.Tidak berselang lama, seorang dokter keluar dan mengabarkan kalau kakek tidak bisa bertahan.“Pak, bu. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, mohon maaf nyawa pasien tidak tertolong,” dokter menjelaskan.Tangis semua orang pecah.Alea kemudian menghampiri Rafif dan memeluknya, berbagi sisa tenaga yang dia miliki. Alea juga sama hancurnya dengan Rafif. Tapi dia ada disana untuk menguatkan Rafif.“Alea,” tangis Rafif pecah dalam pelukan Alea.“Menangislah kak, menangislah sekarang. Habis ini, kita antar kakek dengan senyuman.

    Last Updated : 2024-11-25
  • Terlahir Sebagai Jodohmu   8. Tentang Waktu yang Hilang

    Selepas kepergian kakek, Alea memilih untuk tinggal di rumah Rafif sementara waktu.Alea berusaha beradaptasi kembali dengan keluarga barunya. Meskipun Alea telah mengenal mereka sejak kecil, Alea tetap merasa asing karena perpisahan sepuluh tahun lalu membuat Alea sedikit lupa tentang mereka.Berbeda dengan di rumahnya, pagi ini Alea bangun lebih cepat. Dia membantu Ibu mertuanya menyiapkan sarapan.“Selamat pagi bunda,” sapa Alea.“Selamat pagi Alea, apa kamu tidur nyenyak?” tanya bunda.“Iya, nyenyak sekali sampai tidak sadar kalau sudah pagi,” jawab Alea di iringi tawa kecil.“Syukurlah, bunda khawatir kamu tidak nyaman. Kamu sudah lihat sendiri kalau kamar Rafif jauh dari kata hangat untuk ditinggali,” ucap bunda.Alea hanya tersenyum menanggapi.“Bunda lagi masak apa? Boleh aku bantu?” Alea menawarkan diri.“Tidak usah, kamu temani saja bunda mengobrol. Sudah lama sekali bunda tidak mendengar ocehanmu. Padahal dulu setiap pagi kamu selalu ribut saat datang untuk menemui Rafif,”

    Last Updated : 2024-11-26
  • Terlahir Sebagai Jodohmu   9. Jatuh ke Dasar Hati

    Jantung Alea berdetak kencang, disaat Rafif tiba-tiba menyentuh wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan perlahan Rafif semakin mendekatkan wajah mereka, kemudian mengecup bibir Alea pelan.Rafif melepaskannya sebentar, menatap mata Alea dengan tatapan penuh kerinduan. Dengan tanpa keraguan sedikitpun, akhirnya Rafif mendekatkan lagi wajahnya dan mencium bibir Alea lembut.Alea yang terpaku hanya mampu memejamkan mata, menahan segala perasaan yang tiba-tiba bergejolak di dalam hatinya.Rafif terus menciuminya semakin lama, semakin dalam.Merasa kehabisan nafas, Alea lalu menarik dirinya perlahan.“Aku...,” ucap Alea pelan.“Sudah larut, tidurlah,” sahut Rafif sambil mengelus pipi Alea yang memerah. Ada perasaan yang tidak dapat Rafif jelaskan, namun satu hal yang pasti malam itu Rafif bahagia. Karena berhasil membuka satu kunci hati Alea.“Kak,” panggil Alea sambil memegang tangan Rafif.“Iya?” tanya Rafif.“Aku...,” jawab Alea ragu-ragu.“Kenapa?” desak Rafif.“Aku belum siap untuk itu

    Last Updated : 2024-11-27
  • Terlahir Sebagai Jodohmu   10. Sayang

    Rafif tersenyum, lalu melakukan ciuman itu sekali lagi, semakin lama, semakin dalam. Dia kemudian menggendong Alea ke tempat tidur dan membaringkan Alea disana tanpa melepaskan tautan bibir mereka.Alea mengalungkan tangannya di leher Rafif, membuat Rafif semakin leluasa melancarkan aksinya.“Ah!” desahan kecil keluar dari mulut Alea. Membuat Rafif semakin membara.Mereka terhanyut dalam ciuman panas itu, seolah telah saling menemukan dunia mereka.Rafif melepaskan Alea sebentar untuk mengambil nafas. Kemudian dia mengecup kening Alea lama, lalu berpindah ke pipinya. Rafif menatap mata Alea lagi, setelah itu dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Alea, menciumnya perlahan, Alea meremang.Rafif terus menciumi leher Alea, sambil tangannya berusaha membuka kancing baju Alea. Setelah berhasil membuka kancingnya, dia menyibakkan baju Alea sehingga bahu Alea terekspos, dan mata Rafif terpana saat dia melihat ke bagian dada Alea yang masih tertutup kain. Dia seperti telah menemukan harta

    Last Updated : 2024-11-27
  • Terlahir Sebagai Jodohmu   11. Pertemuan Tak Terduga

    Sesuai dengan yang di bicarakan Alea, hari ini dia berencana untuk meeting dengan para kepala toko offline store-nya untuk membahas evaluasi kerja dan performa tokonya selama satu bulan kebelakang. Ini merupakan agenda rutin yang di adakan Alea setiap akhir bulan. Alea lebih suka mengadakan pertemuan di luar daripada di kantornya sendiri, sebab dia bisa sekalian hangout untuk menghilangkan kejenuhannya. Kali ini dia memilih sebuah restoran chinese food yang berlokasi di sebuah mall tempat salah satu toko Alea beroprasi. “Dengan hasil bulan ini, saya tidak puas. Karena hanya 70% dari toko kita yang berhasil mencapai target bulanan, sementara 30%-nya mengalami penurunan,” kata Alea setelah mendengarkan presentasi Oki, kepala tim penjualan yang biasa menerima dan mengelola laporan dari seluruh toko. “Begini saja, saya minta untuk setiap toko agar bisa menaikan omset sebesar 10% dari target bulanan kita satu bulan kedepan dan jangan sampai ada penurunan di bulan berikutnya. Jika semua

    Last Updated : 2024-11-28
  • Terlahir Sebagai Jodohmu   12. Merajuk

    “Aleaaa,” panggil Rafif pelan. Alea tidak bergeming.“Sayang,” panggil Rafif lagi.Kali ini Alea tersenyum kecil sambil menyembunyikan wajahnya.‘Deg’ dadanya berdegup lagi. Tapi dia tidak menoleh ke arah Rafif.Rafif kemudian melepas sabuk pengamannya dan mendekati Alea, lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Alea. Refleks, Alea menutup matanya. Rafif tersenyum gemas.Kemudian Rafif hanya melewatinya, mengambil sabuk pengaman di samping kiri Alea lalu dipasangnya di dekat kemudi.“Sabuknya belum kamu pasang, sayang.”Alea melirik Rafif sekilas kemudian memalingkan kembali wajahnya ke arah lain. Dia kesal dan terlalu malu.Melihat Alea yang tidak bereaksi membuat Rafif semakin gemas. Rafif sadar ini adalah salah satu gelombang emosi Alea yang terjadi dalam siklus bulanannya.Rafif melajukan kendaraannya, kemudian dia mengambil sesuatu di cup holder pintu mobilnya.“Minum dulu Al,” dia menyodorkan satu cup coklat panas pada Alea yang dibelinya dari cafe sebelah restoran steak.Alea masih

    Last Updated : 2024-11-28

Latest chapter

  • Terlahir Sebagai Jodohmu   56. Berhenti Untuk Memulai

    Mendengar semua perkataan Azfar, tidak serta merta membuat Cindy tenang.Dia terlanjur berkata pada orang tuanya bahwa dia tidak akan menikahi Azfar maupun Ridwan, karena dia merasa malu dengan sikap bapak.Jauh dalam hatinya, Cindy menyesal pernah berkata demikian.Dalam hal ini Cindy memutuskan untuk berhenti sejenak dari hubungannya dengan Azfar, demi meyakinkan segala perasaannya dan memantapkan hatinya.“Aku pengen kita break dulu sebentar, aku butuh waktu untuk membuat semuanya tenang,” ucap Cindy.“Aku akan menunggumu.” Jawab Azfar.“Berapa lama kamu sanggup menungguku?” tanya Cindy.“Sampai kamu tidak layak lagi untuk aku tunggu,” jawab Azfar.“Maksud kamu?” tanya Cindy.“Jangan terlalu lama, atau aku akan menyerah,” ujar Azfar.Cindy terdiam mencoba mencerna apa maksud dari perkataan Azfar.“Akan aku usahakan.” Ujar Cindy.Mereka mengakhiri pertemuan di café sore itu. Sesuai dengan permintaan Cindy, hubungan mereka harus di akhiri sementara waktu. Demi memastikan semuanya ter

  • Terlahir Sebagai Jodohmu   55. Menentukan Pilihan

    Azfar sampai di rumahnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan hatinya.“Loh, kamu sudah pulang?” tanya mama heran.“Sudah ma,” jawab Azfar singkat.“Gimana hasilnya?” tanya mama lagi.“Aku istirahat dulu ya ma, nanti aku jelasin,” jawab Azfar.Mama langsung tahu kalau anaknya sedang tidak baik-baik saja, hanya dengan melihat raut wajahnya. Tetapi mama memilih untuk membiarkan Azfar tenang lebih dulu.Azfar kemudian mandi dan merebahkan diri di kasur kesayangannya, dia membuka ponselnya dan terdapat beberapa panggilan tak terjawab dari Cindy.Azfar menghubungi Cindy kembali.“Halo,” ucap Cindy saat panggilannya tersambung.“Kamu kemana sih? Kok gak ada kabar?” lanjut Cindy dengan nada panik.“Aku sudah kembali ke Jakarta,” jawab Azfar singkat.“Secepat ini? Kenapa kamu ninggalin aku sendirian?” tanya Cindy.“Bukankah kamu senang dengan calon pilihan bapakmu?” tanya Azfar.“Apa? Kenapa kamu bilang seperti itu?” Cindy malah bertanya balik.“Aku melihatmu tersenyum sangat cantik saat

  • Terlahir Sebagai Jodohmu   54. Dilema

    Cindy menangis melihat kenyataan di depan mata.Disaat dia berhasil memantapkan hati untuk memulai bahtera rumah tangga, ujian datang dari orang tuanya yang tidak memberikan restu untuk dirinya dan Azfar.“Kenapa sih bu?” tanyanya pada ibu yang menemaninya di kamar.“Maafkan ibu nduk, ini semua keputusan bapak,” jawab ibu.“Tapi Cindy sudah punya pilihan sendiri bu,” ucap Cindy lirih.“Pilihan bapak sudah pasti yang terbaik,” ujar bapak yang tiba-tiba berdiri di ambang pintu.“Terbaik buat siapa? Buat bapak?” tanya Cindy marah.“Dia pejabat di kota kita. Berbeda sama temanmu, paling dia hanya dokter biasa seperti kamu kan?” bapak membandingkan Azfar dengan calon pilihannya.“Bapak gak tahu apa-apa tentang dia!” ucap Cindy marah.“Bapak gak perlu tahu! Bapak cuma pengen kamu menuruti keinginan bapak,” ujar bapak.“Gak! Aku gak mau!” tolak Cindy dengan tegas.“Nduk, tidak baik bicara seperti itu pada bapakmu!” ucap ibu menyela.“Selama ini kamu tidak pernah menggubris apa kata bapak dan

  • Terlahir Sebagai Jodohmu   54. Calon untuk Cindy

    Rafif dan Alea tertidur begitu pulas. Mereka terbangun saat cahaya matahari menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar mereka.“Aaaa!” teriak Alea saat terbangun. Dia melihat dirinya yang hanya terbalut selimut.“Alea! Kenapa sih?” tanya Rafif kaget.“Mas, kita semalam?” tanya Alea.“Apa kamu mabuk sampai tidak sadar apa yang terjadi semalam?” tanya Rafif sambil membalikan badan membelakangi Alea hendak tidur lagi.“Mas! Kita gak pakai pengaman, gimana kalo aku langsung hamil lagi?” tanya Alea yang baru saja menyadari.Rafif yang telah memejamkan mata langsung melotot sempurna. Dia juga sama, melupakan hal sepenting itu.“Ya sudah sayang, mau gimana lagi? Sudah terlanjur. Berharap saja gak langsung jadi Zayn yang kedua,” ucap Rafif.“Maaas,” panggil Alea dengan wajah yang cemberut karena kesal.Rafif lalu bangkit dan memeluk Alea mencoba menenangkannya.“Kalau jadi juga gak apa-apa sayang, kan ada aku suami kamu!” ujar Rafif.“Ya bukan gitu mas!” pekik Alea.Alea merasa belum s

  • Terlahir Sebagai Jodohmu   52. Insecure

    “Sayang, aku pergi dulu!” teriak Rafif dari ruang tamu.“Hati-hati mas!” jawab Alea dari lantai dua.Dua bulan telah berhasil mereka lalui sebagai orang tua, kini Rafif telah kembali ke perusahaan.Zayn sudah semakin besar, Alea memutuskan untuk berhenti total dari pekerjaannya dan memilih fokus pada putranya. Saat ini semua urusan perusahaannya berada dibawah pengawasan Rafif, suaminya.Alea menatap putranya yang sedang terlelap, dia mengenggam tangan Zayn penuh cinta.Setelah puas menatap Zayn, Alea beralih melihat pantulan dirinya di cermin. Dia menghembuskan nafas berat.“Jelek banget aku sekarang,” gumamnya.Berat badannya setelah hamil dan melahirkan memang tidak mengalami penurunan yang signifikan membuat lengan, perut, pinggul dan dadanya semakin terlihat lebar.Dia melihat wajahnya yang kusam karena kurang perawatan.Dia mencurahkan semua waktu hanya untuk Zayn, sampai dia melupakan diri sendiri.“Kalau kayak gini, mas Rafif masih suka aku gak sih?” tanyanya pada diri sendiri

  • Terlahir Sebagai Jodohmu   51. Melangkah Maju

    Setelah beberapa waktu sejak kelahiran Zayn, Alea dan Rafif menggelar sebuah acara syukuran di rumah mereka.Mereka mengundang para sahabat dekat mereka.Acara di adakan di sore hari, berlatar di halaman rumah mereka.Banyak tamu yang datang seperti Tomi dan kekasihnya, beberapa teman Alea saat berkuliah, teman-teman mereka dari Bandung, tidak ketinggalan Najwa dan David yang datang bersamaan.“Kalian kesini bareng?” tanya Alea saat Najwa dan David datang bersama.Najwa dan David tersenyum malu.“Jangan bilang kalian?!” tanya Alea menduga-duga.“Iya, kita coba memulai Al!” jawab Najwa.Alea senang sekali akhirnya Najwa ada kemauan untuk menjalin sebuah hubungan baru, dia nyaris tidak pernah membuka hatinya selama bertahun-tahun setelah dikhianati mantan kekasihnya.“Syukurlah, semoga kalian langgeng!” ucap Alea.David hanya malu-malu di belakang Najwa. ‘Aku tidak bisa mendapatkanmu Alea, jadi aku dengan sahabatmu saja,’ batin David.Najwa beralih melihat Zayn di pangkuan Rafif.“Ya am

  • Terlahir Sebagai Jodohmu   50. New Born

    Setelah Zayn lahir, hari-hari Alea dan Rafif menjadi lebih berwarna.Banyak hal yang berubah di antara mereka, termasuk siang jadi malam, malam jadi siang.Seperti bayi pada umumnya, Zayn juga termasuk anak yang sering rewel di malam hari. Hingga tak jarang membuat Rafif dan Alea begadang di malam hari.Sepanjang kehamilan sampai melahirkan, bisa dibilang mulus tanpa banyak hambatan. Tetapi ujian mereka di mulai saat Zayn lahir.Mereka benar-benar dibuat kelelahan sampai kurang tidur, kadang sampai lupa makan karena Zayn.Untungnya, Rafif semakin peka. Dia tidak membiarkan Alea melewatinya sendirian. Juga, support dari keluarga membuat mereka bisa mengatasi semuanya.Dini hari ini, Rafif sedang sibuk menggendong Zayn yang menangis. Sementara Alea yang sudah kelelahan tertidur dengan sangat pulas.“Tidur yuk sayang, Papa sudah mengantuk,” Rafif mengajak Zayn bicara seolah-olah bayi itu mengerti.Setelah berhasil menidurkan Zayn, Rafif meletakannya pada box bayi. Kemudian dia tidur meri

  • Terlahir Sebagai Jodohmu   49. Dear, Zayn!

    “Bayi laki-laki, berat 3,8 kg dan panjang 51 cm. Lahir dengan sempurna dan tampan seperti Papanya! Selamat Alea dan Rafif, kalian telah resmi menjadi orang tua,” ucap Cindy sambil meletakan bayi mungil di atas tubuh Alea.Alea memeluk bayinya dengan senyuman yang tidak pernah pudar, sementara Rafif memandangi dan mengusapnya dengan penuh kasih sayang.“Maaf bu, apakah sudah ada nama untuk bayi ini?” tanya asisten Cindy.Alea dan Rafif saling bertatapan, “Zayn Haris Hadiwinata” ucap mereka bersamaan.Cindy tersenyum lagi, dia melihat mereka berdua sebagai pasangan yang tidak akan terpisahkan.Setelah semuanya selesai, Cindy mengantar Alea dan bayinya kembali ke ruangan mereka.Alea duduk di kursi roda dengan Rafif dibelakangnya, sementara Cindy mendorong kereta bayi. Dia ingin mengantarkan calon ponakannya secara khusus.Di ruangannya telah hadir semua anggota keluarga Alea dan Rafif. Semua orang menyambut kedatangan mereka.Setelah Alea memposisikan diri di ranjang rumah sakit, mereka

  • Terlahir Sebagai Jodohmu   48. Perjuangan Hidup dan Mati

    Pagi hari di sebuah taman di kawasan Jakarta.Alea melakukan aktivitas jalan pagi sebagaimana di anjurkan oleh Cindy.Selama satu bulan ke belakang dia hanya jalan-jalan sendiri di komplek perumahannya. Namun kali ini dia ditemani oleh suami tercintanya.Setelah banyaknya prahara rumah tangga yang datang silih berganti, Alea lagi-lagi memilih untuk menerima dan memaafkan apa yang terjadi.Saat ini dia hanya ingin fokus terhadap kehamilan dan persiapan persalinannya.Rafif berjalan sambil mengenggam tangan Alea, dia ikuti langah demi langkah istrinya.“Aku capek,” keluh Alea karena merasa kelelahan.“Ayo istirahat dulu,” ajak Rafif sambil menuntun Alea untuk duduk di sebuah kursi.“Kamu tunggu disini sebentar,” ucap Rafif lalu meninggalkan Alea.Alea mengikuti kemana Rafif pergi, ternyata dia berlari mengejar tukang dagang asongan yang menjajakan air mineral dan beberapa camilan.Tidak lama kemudian, Rafif kembali dengan sebotol air mineral.“Minum dulu,” ucapnya sambil menyerahkan bot

DMCA.com Protection Status