Rafif tersenyum, lalu melakukan ciuman itu sekali lagi, semakin lama, semakin dalam. Dia kemudian menggendong Alea ke tempat tidur dan membaringkan Alea disana tanpa melepaskan tautan bibir mereka.Alea mengalungkan tangannya di leher Rafif, membuat Rafif semakin leluasa melancarkan aksinya.“Ah!” desahan kecil keluar dari mulut Alea. Membuat Rafif semakin membara.Mereka terhanyut dalam ciuman panas itu, seolah telah saling menemukan dunia mereka.Rafif melepaskan Alea sebentar untuk mengambil nafas. Kemudian dia mengecup kening Alea lama, lalu berpindah ke pipinya. Rafif menatap mata Alea lagi, setelah itu dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Alea, menciumnya perlahan, Alea meremang.Rafif terus menciumi leher Alea, sambil tangannya berusaha membuka kancing baju Alea. Setelah berhasil membuka kancingnya, dia menyibakkan baju Alea sehingga bahu Alea terekspos, dan mata Rafif terpana saat dia melihat ke bagian dada Alea yang masih tertutup kain. Dia seperti telah menemukan harta
Sesuai dengan yang di bicarakan Alea, hari ini dia berencana untuk meeting dengan para kepala toko offline store-nya untuk membahas evaluasi kerja dan performa tokonya selama satu bulan kebelakang. Ini merupakan agenda rutin yang di adakan Alea setiap akhir bulan. Alea lebih suka mengadakan pertemuan di luar daripada di kantornya sendiri, sebab dia bisa sekalian hangout untuk menghilangkan kejenuhannya. Kali ini dia memilih sebuah restoran chinese food yang berlokasi di sebuah mall tempat salah satu toko Alea beroprasi. “Dengan hasil bulan ini, saya tidak puas. Karena hanya 70% dari toko kita yang berhasil mencapai target bulanan, sementara 30%-nya mengalami penurunan,” kata Alea setelah mendengarkan presentasi Oki, kepala tim penjualan yang biasa menerima dan mengelola laporan dari seluruh toko. “Begini saja, saya minta untuk setiap toko agar bisa menaikan omset sebesar 10% dari target bulanan kita satu bulan kedepan dan jangan sampai ada penurunan di bulan berikutnya. Jika
“Aleaaa,” panggil Rafif pelan. Alea tidak bergeming.“Sayang,” panggil Rafif lagi.Kali ini Alea tersenyum kecil sambil menyembunyikan wajahnya.‘Deg’ dadanya berdegup lagi. Tapi dia tidak menoleh ke arah Rafif.Rafif kemudian melepas sabuk pengamannya dan mendekati Alea, lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Alea. Refleks, Alea menutup matanya. Rafif tersenyum gemas.Kemudian Rafif hanya melewatinya, mengambil sabuk pengaman di samping kiri Alea lalu dipasangnya di dekat kemudi.“Sabuknya belum kamu pasang, sayang.”Alea melirik Rafif sekilas kemudian memalingkan kembali wajahnya ke arah lain. Dia kesal dan terlalu malu.Melihat Alea yang tidak bereaksi membuat Rafif semakin gemas. Rafif sadar ini adalah salah satu gelombang emosi Alea yang terjadi dalam siklus bulanannya.Rafif melajukan kendaraannya, kemudian dia mengambil sesuatu di cup holder pintu mobilnya.“Minum dulu Al,” dia menyodorkan satu cup coklat panas pada Alea yang dibelinya dari cafe sebelah restoran steak.Alea masih
Hadiwinata Grup, perusahaan yang dikelola Rafif merupakan induk dari beberapa cabang yang bergerak di bidang e-commerce dan teknologi industri. Mereka telah beroperasi di beberapa negara di dunia.Semua yang di usahakan kakek dan ayahnya benar-benar dikelola dengan baik oleh Rafif sehingga perusahaan yang awalnya kecil telah berubah menjadi perusahaan raksasa yang dikenal banyak orang.Atas prestasinya yang gemilang, nama Rafif sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat.“CEO muda berusia 28th, memiliki tampang yang rupawan, dan kekayaan yang luar biasa.” Begitulah Rafif dikenal dengan segala citra baiknya.Alea tentu saja mengetahui siapa suaminya, tetapi dia tidak pernah menganggap Rafif sebagai orang yang berbeda dari sepuluh tahun yang lalu. Dia juga tidak pernah berencana untuk memanfaatkan Rafif agar namanya ikut naik agar bisnisnya semakin berkembang.Bagi Alea kehidupan rumah tangganya harus berjalan biasa saja dan tidak mencampur antara kehidupan pribadi dan pekerjaannya.S
Rumor tentang Rafif dan Yesi tentu saja terdengar di telinga keluarga Rafif dan Alea. semua orang berusaha menghubungi Alea dan memintanya untuk tetap tenang.Sepanjang hari itu Alea merasa risau, bukan karena dia tidak mempercayai Rafif, tetapi dia merasa orang yang paling ingin dia habisi saat ini adalah Yesi. Tetapi Alea sadar kalau dia tidak boleh gegabah, karena jika salah langkah keadaan akan semakin kacau.Yesika Marlin, saat ini dia sedang tersenyum senang melihat segala kegaduhan di dunia maya. Dia dan pikiran liciknya merasa puas karena orang-orang percaya kalau Rafif dan dirinya adalah pasangan.“Gue pengen tahu, reaksi cewek lo gimana fif!” gumamnya.“Sayang banget gue gak tahu siapa dia. Tapi gue yakin kalo cewek lo sekarang lagi kepanasan sama pandangan orang tentang kita berdua,” tambahnya.Yesi adalah teman Rafif sejak awal kuliah di luar negeri, ketika Rafif mengambil jurusan bisnis, Yesi masuk ke sekolah model disana.Yang membuat mereka dekat adalah ayah Rafif merupa
Hari itu Rafif bertekad akan segera menyelesaikan masalah yang terjadi. Rafif tahu cara agar dia bisa menyelesaikan masalah ini dengan satu langkah. Dalam perjalanan menuju kantor, Rafif mampir ke rumah ayahnya untuk meminta bantuan. “Yah, Rafif butuh bantuan,” ucap Rafif pada ayahnya. “Apa yang bisa ayah lakukan?” tanya ayah. “Tolong ayah hubungi ayahnya Yesi, agar dia bisa mencegah Yesi bertindak lebih jauh,” “Aku sudah memintanya berhenti secara baik-baik kemarin, tetapi sampai pagi ini keadaan semakin panas karena tindakan yang dia lakukan semakin memperburuk keadaan.” “Aku harus segera menghentikan rumor yang beredar, selain demi Alea, keadaan perusahaan saat ini kacau, harga saham mengalami penurunan. Ini juga pasti menimbulkan keresahaan bagi para direksi.” “Untuk itu aku juga minta pada ayah agar bisa membantu mengendalikan mereka di perusahaan. Rencananya, hari ini aku akan menggelar rapat paripurna untuk mengungkap kebenaran dari berita yang beredar dan aku akan
Azalea Ellena Haris, menjadi nama yang paling banyak dicari di kolom pencarian setelah artikel bertajuk ‘Bukan Yesika Marlin! perempuan yang bersama Rafif Hadiwinata adalah Azalea Ellena Haris’ resmi dirilis hanya beberapa saat setelah juru bicara Rafif menyampaikan pada para reporter.Artikel lain tentang Alea juga bermunculan, tentang siapa Alea, bagaimana pernikahan mereka terjadi dan beberapa foto kedekatannya dengan Rafif juga turut dipublikasikan, tentu saja atas seizin Rafif dan Alea.Banyak orang yang mengatakan pernikahan Alea dan Rafif yang terkesan mendadak seolah-olah karena telah terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan, sehingga mengharuskan Rafif untuk menikahinya dengan segera.Namun kabar itu segera dibantah oleh berita-berita yang mengatakan tentang pernikahan mereka telah direncanakan sejak mereka masih kecil. Sehingga kabar kurang mengenakan itu tenggelam dengan sendirinya.Selain respon yang positif, citra dari Alea perlahan naik. Orang-orang bilang, paras Alea jus
14 Desember, waktu yang ditentukan tiba. Alea dan Rafif akhirnya menggelar pesta pernikahan mereka.Berlatar di sebuah Ballroom hotel bintang 5 Jakarta. Pesta pernikahan Alea dan Rafif memiliki konsep Royal Wedding dengan dekorasi super elegan, mewah tapi tidak menghilangkan kesan simple.Untuk gaunnya Alea memilih dress tanpa lengan bernuansa biru muda. Memiliki bentuk V neck di bagian leher sampai dada, di bagian bahunya terbuat dari kain lace transparan, yang memperlihatkan tulang selangka Alea.Gaun yang press body di bagian dada dan pinggul, bagian paha ke bawah membentuk payung semakin bawah semakin lebar dengan bagian belakang yang sedikit panjang.Dengan mengenakan tiara mewah pada riasan kepalanya, ditambah dengan veil pengantin dengan warna serupa membuat penampilan Alea hari ini terlihat sempurna.Sementara itu, Rafif mengenakan tuxedo berwarna biru gelap dengan perpaduan kemeja putih didalamnya, vest berwarna biru, serta dasi kupu-kupu berwarna serupa. Sangat tampan.Pernik
“Good morning sayang,” bisik Rafif di telinga Alea.Perlahan Alea membuka matanya. Hal yang pertama kali dia lihat tentu saja suaminya, Rafif.Alea tersenyum teramat manis, membuat rasa cinta selalu mekar di hati Rafif setiap harinya, meskipun pernikahan mereka telah berlangsung bertahun-tahun.“Anak-anak dimana?” tanya Alea.“Di luar, ayo kesana!” ajak Rafif.Alea mengangguk kemudian bangkit dari tempat tidurnya.“Ternyata sudah siang ya?” tanya Alea melihat jendela kamarnya sudah terbuka dan cahaya matahari masuk menerobos melalui celah-celah gorden yang tertiup angin.Lalu, Alea berjalan mendekati jendela dan menyibak kain gorden yang menghalangi pandangannya.Di depan sana, terdapat hamparan pasir yang luas serta deburan ombak yang suaranya terdengar syahdu dari jendela kamar Alea.Pemandangan indah yang selalu Alea nikmati setiap pagi.Disinilah dia dan Rafif tinggal sekarang, sebuah mansion mewah yang terletak di sebuah pulau yang dikelilingi pepohonan rindang. Dan mansion mereka
Siang harinya, ayah sudah benar-benar pulang dari rumah sakit.Kejadian salah diagnosa yang sempat membuat terkejut kini hanya berlalu begitu saja. Sebab ketakutan mereka pada akhirnya tidak terjadi.Ayah hanya memerlukan pemeriksaan secara rutin dan mengkonsumsi obat yang disarankan agar kesehatannya bisa kembali seperti sedia kala.Hal ini tentu saja membuat bunda dan Rafif sangat lega. Ini artinya mereka bisa melanjutkan hidup seolah tidak terjadi apa-apa.Siang itu, semua urusan di rumah sakit telah selesai dan ayah bisa langsung kembali ke rumah.Bersamaan dengan itu, Zayn bersama dengan mama dan papa ternyata tiba di rumah ayah setelah menempuh perjalanan dari Puncak.“Papa!” panggil Zayn senang melihat Rafif yang baru saja menutup pintu mobil.“Nak!” sahut Rafif, kemudian menangkap Zayn di pelukannya.“Tadi di perjalanan ada yang terus menangis loh!” ucap mama.“Oh ya? Kenapa dia terus menangis oma?” tanya Rafif.“Sstt oma!” sahut Zayn.Rafif sontak tertawa mendengar Zayn yang
“Kondisi om Eddo saat ini cukup stabil dan sama sekali tidak berbahaya, juga jelas bukan karena penyakit jantung. Aku secara pribadi minta maaf karena diagnosa awal yang salah. Tapi, beliau tetap membutuhkan perawatan ekstra,” jelas Azfar pada bunda dan Rafif di ruangannya.“Memang apa yang sebenarnya terjadi?” tanya bunda.“Setelah melalui pemindaian CT Scan tadi aku menemukan sebuah gumpalan di pembuluh darah otak, ini yang menyebabkan om Eddo memejamkan matanya terus menerus.” Jawab Azfar.“Jadi, ayah tidak pingsan?” tanya Rafif.“Tidak, beliau hanya tertidur,” jawab Azfar.“Kondisi ini termasuk salah satu gejala stroke, beruntung beliau bisa langsung mendapatkan penanganan.” Jelas Azfar lagi.“Hhhh,” Rafif dan bunda bernapas dengan lega.“Lalu apa perawatan terbaik yang harus dilakukan?” tanya Rafif.“Besok kita lakukan test lab, setelah hasilnya keluar baru bisa diputuskan,” jawab Azfar.“Tapi apakah jantungnya benar-benar tidak masalah?” tanya bunda.“Sejauh ini, tidak ada tante
“Mas! Ayah..” ucap Alea yang terengah-engah karena berlari.“Ayah kenapa?” tanya Rafif berdiri kemudian menghampiri Alea dan memegang kedua pundaknya. Dia melihat dengan jelas kalau Alea berlari terburu-buru, sehingga dia tidak memakai alas kaki.“Tadi ayah mengeluh dadanya sakit, lalu tiba-tiba ayah pingsan,” jelas Alea.“Apa?” tanya Rafif.Dokter yang juga mendengarnya segera berlari menuju ke ruangan ayah, begitu juga bunda yang baru saja merasa lega mendengar kondisi ayah, tiba-tiba kembali merasakan ketakutan yang begitu nyata.Rafif langsung menoleh ke arah bunda yang masih duduk di kursi depan meja dokter.Bunda hanya terdiam, tidak menangis, terlihat tenang, namun Rafif tahu dibaliknya ada ketakutan yang sangat dahsyat.“Sayang, pakai sandalku! Kamu tolong temani bunda ya, aku mau lihat keadaan ayah,” ucap Rafif.“Baik mas,” ucap Alea, kemudian menerima sandal milik Rafif dan menghampiri bunda.Sementara itu Rafif berlari kencang menyusul dokter yang sedang menangani ayahnya.
Pasca merayakan ulang tahun Cindy, Alea dan Rafif yang baru saja memasuki kamar Villa untuk beristirahat, menerima sebuah telepon.Rafif yang baru saja merebahkan dirinya di tempat tidur mendengar ponselnya berdering, dia lalu bergegas melihat siapa penelepon tengah malam ini.Baru saja dia akan mengumpat karena merasa terganggu, dia urungkan saat melihat siapa yang menelepon.“Ada apa menelepon jam segini?” gumam Rafif.Perasaan yang semula tenang, mendadak menjadi penuh dengan kekhawatiran.“Halo bunda,” ujar Rafif.Alea yang berbaring disampingnya ikut berdiri sambil merasa heran karena ini hampir tengah malam.Hal yang pertama Rafif dengar adalah tangisan bunda, membuat ketakutan hinggap di sekujur tubuh Rafif.“Ada apa bunda?” tanya Rafif.“Ayahmu tidak sadarkan diri,” ucap bunda lirih.“Apa?” tanya Rafif terkejut.“Sekarang di rumah sakit,” jawab mama lemah.“Oke, aku kesana sekarang.” Jawab Rafif.Sebenarnya Rafif dipenuhi dengan keterkejutan, tetapi berusaha untuk tetap tenang
Cindy terbelalak sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.Bagaimana tidak terkejut? Kedatangannya disambut meriah oleh semua orang yang sangat dia kenal, seluruh keluarganya berkumpul termasuk ibu, bapak dan adik-adiknya dari Surabaya pun turut hadir.“Kalian juga disini? Kapan datang?” tanya Cindy pada keluarganya dan memeluknya satu persatu.“Tadi siang, Azfar juga yang jemput kita di bandara!” jawab bapak.“Jadi kamu bukan ke rumah sakit tadi siang?” tanya Cindy pada Azfar.“Untuk apa ke rumah sakit di akhir pekan?” Azfar balik bertanya.Sontak saja Cindy merasa jengkel karena merasa dikerjai.Jadi, siang tadi saat Azfar menerima telepon. Itu adalah telepon dari Bayu yang mengabari kalau dia dan keluarga sudah sampai di bandara.Azfar bergegas pergi menjemput mertua dna adik iparnya yang kemudian dia antarkan ke rumah mama untuk kemudian pergi ke puncak, tempat dimana mereka berada sekarang.Setelah Cindy menyapa keluarganya, dia juga menyapa mama, papa, Alea, Rafif lengkap den
Butuh berbulan-bulan sampai Cindy bisa sembuh dan kembali seperti semula. Berdamai dengan diri sendiri dan menjadikan hal yang sudah berlalu sebagai pelajaran yang sangat berharga.Sekarang, Aksa sudah berusia 6 bulan waktu dimana dia mulai MPASI.“Besok Aksa sudah mulai MPASI, anterin aku belanja bahan makanan yuk?” ajak Cindy pada Azfar.“Boleh sayang,” jawab Azfar.“Sekalian kita ajak Aksa main di luar, kayaknya enak bersantai di taman. Biar dia gak jenuh,” ujar Cindy.“Hm, boleh!” jawab Azfar lagi sambil menemani Aksa bermain.“Kok cuma bilang boleh aja?” tanya Cindy.Saat hendak menjawab pertanyaan Cindy, ponsel Azfar berdering.“Maaf sayang, aku ada telepon sebentar.” Jawab Azfar sambil beranjak menjauh dari Cindy.“Telepon siapa? Kenapa harus menghindar?” gumam Cindy.Tapi Cindy tidak peduli, dia memilih sibuk bersama Aksa.“Sayang, belanjanya kita tunda dulu sampai sore ya? Aku ada telepon mendesak dari rumah sakit, ada hal yang harus diselesaikan,” ujar Azfar setelah kembali
“Selain itu, apa lagi yang kamu rasakan?” tanya dokter Mery.Cindy menarik napas perlahan, dia juga membenahi duduknya untuk mencari kenyamanan.“Saya sering merasa takut tidak bisa memenuhi kebutuhan anak saya, dokter,” ucapnya pelan.Dokter Mery mendekati Cindy dan menyentuh tangannya, Azfar menjauh sedikit dan mempersilahkan dokter Mery mendekat.“Sebagai seorang ibu, tentu kita selalu menginginkan yang terbaik untuk anak kita. Tetapi, jangan terlalu memaksakan diri. Tidak semua hal bisa dilakukan sendiri, kamu harus membuka diri pada orang sekitarmu. Kalau kamu butuh bantuan, mintalah pada orang terdekat. Termasuk pada suamimu, atau suamimu selama ini tidak pernah membantumu?” tanya dokter Mery.Cindy menggeleng cepat, dengan kesadaran penuh dia menjawab, “dia sudah sangat membantu dok, saya saja yang selalu mengabaikannya. Saya selalu merasa anak saya tidak boleh disentuh siapapun, termasuk oleh ayahnya sendiri. Hanya saya yang boleh mengurusnya,”Dokter Mery tersenyum hangat sem
Keesokan harinya, Azfar kembali mencoba mengajak Cindy keluar rumah untuk sejenak beristirahat dari kegiatannya sebagai istri dan ibu.Tetapi lagi-lagi Azfar menerima penolakan dari Cindy.“Aku gak mau!” ujar Cindy saat menyusui Aksa.“Sebentar aja sayang,” bujuk Azfar.“Kalau gak mau ya gak mau! Kamu main aja sendiri!” jawab Cindy ketus.Azfar merasa, emosi Cindy kian hari kian tidak stabil, dia lebih mudah marah dari sebelumnya. Dia juga semakin jarang bicara, membuat Azfar merasa serba salah.“Tapi kamu gak baik-baik aja!” ucap Azfar dengan nada yang sedikit tinggi.“Siapa maksud kamu? Aku baik-baik saja kok!” sahut Cindy.Azfar semakin kehilangan kesabarannya, sudah seperti ini Cindy bahkan tidak menyadarinya.Dia menarik napas perlahan, kemudian menatap Aksa yang masih menempel pada Cindy. Azfar tertegun melihat Aksa yang berusia 2 bulan, tetapi belum menunjukan kenaikan berat badan yang stabil. Dia masih terlihat sangat kecil.Azfar tentu tahu ini disebabkan karena Cindy terlalu