Rafif terus menciumi Alea, mulai dari bibir, leher dan perlahan turun ke bagian dada. Sambil tangannya terus bergerilya di bagian tubuh Alea, mencoba melepaskan baju yang dipakai Alea. “Kak, aku malu,” ucap Alea setelah baju tipis yang menutupi kulitnya benar-benar terlepas, hanya menyisakan pakaian dalamnya yang menutupi dada dan bagian sensitifnya. “Gak usah malu sayang, aku suamimu,” bisik Rafif di telinga Alea yang membuat tubuh Alea semakin meremang. Rafif melanjutkan aktifitasnya, menciumi dan menghirup aroma tubuh Alea sambil terus berusaha melepas kain penutup dada Alea. Sampai akhirnya terlepas dan terpampang buah ranum milik Alea yang membuat Rafif semakin tidak dapat menahan gairahnya yang sudah sampai di ujung kepalanya. Hampir meledak. Rafif menelan ludahnya berkali-kali melihat keindahan yang terpampang didepan matanya, batinnya bergemuruh saat melihat bagian dada Alea yang sudah tidak tertutup kain itu. Kemudian dengan penuh keberanian Rafif menciuminya dan sesekali
Rafif mengangkat tubuh mungil Alea dan mengantarnya ke kamar mandi. Dia tahu rasa sakit yang Alea rasakan pagi ini adalah karena ulahnya semalam.“Tunggu disini ya, aku siapkan air hangat untuk kamu mandi,” ucap Rafif sambil menurunkan Alea didalam kamar mandi, bersandar pada pintu kaca yang membatasi kamar mandi dan toilet.Dia kemudian menyiapkan bath up penuh dengan busa untuk Alea berendam.“Ayo!” Rafif kemudian beranjak kembali pada Alea dan berusaha membantu Alea untuk melepaskan pakaiannya.“Mas!” Alea yang kaget langsung menyilangkan kedua tangannya didepan dada.“Hahaha! Gak apa-apa sayang, aku kan sudah melihatnya semuanya semalam!” jawab Rafif.Alea menatap suaminya dengan perasaan tidak karuan.Rafif kemudian menghentikan tawanya, dia membalas tatapan Alea. Menyentuh pipi Alea dengan tangan kanannya lalu mencium bibirnya. Dia menggigit bibir bawah Alea pelan, sehingga Alea membuka mulutnya. Dia kemudian mengabsen gigi Alea dengan lidahnya. Alea tak kuasa menolak perlakuan s
Setelah berganti pakaian, Alea lalu menata rambutnya dan mengenakan riasan wajah tipis. Dia kemudian duduk di sofa sambil menonton televisi sembari menunggu Rafif kembali ke kamar mereka.“Pesanan datang tuan putri!” ucap Rafif setibanya di kamar.“Waaah! Aku lapar sekali,” jawab Alea sambil menyambar makanan yang dibawa Rafif.Alea makan dengan lahap karena dia merasa sangat kelaparan pagi itu, dia merasa telah kehabisan banyak tenaga karena aktifitas beratnya bersama Rafif.“Pelan-pelan dong makannya!” ucap Rafif saat melihat banyaknya mayones yang belepotan di bibir Alea. Dia lalu mengusapnya dengan jempol kanannya dan menjilat mayones yang telah berpindah ke jempolnya itu.“Ih itukan bekasku!” pekik Alea.“Justru paling enak kalo asalnya dari kamu!” jawab Rafif sedikit menggoda.“Mas!” ucap Alea yang pipinya merona kembali.Rafif haya tertawa menanggapi Alea.“Habis ini kita pulang kan?” tanya Alea.“Hmm.. Aku pengen ajak kamu ke rumah baru kita,” jawab Rafif.“Boleh!” jawab Alea
Hari keberangkatan Alea dan Rafif akhirnya tiba, mereka akan berbulan madu dan melewati pergantian tahun di Paris. Mereka di antar ke Bandara oleh Mama, Papa, Ayah, Bunda dan Azfar.Setelah berpamitan, Alea dan Rafif lalu memasuki pesawat.“Pulang nanti kasih kakak oleh-oleh ponakan ya Al!” bisik Azfar saat memeluk Alea.“Aku harus cari dimana kak?” tanya Alea jahil. Azfar lalu menyentil jidat adik kesayangannya itu.“Pokoknya hati-hati dijalan, sampai dan pulang kembali dengan selamat,” ucap Azfar kemudian.“Do’akan ya kak!” jawab Alea.Alea dan Rafif kemudian pergi dengan melambaikan tangan pada orang tersayang mereka.Selama kurang lebih 17 jam mengudara, akhirnya Alea dan Rafif sampai di bandara Charles de Gaulle Paris. Kemudian mereka segera menghampiri sopir yang telah ditugaskan untuk menjemput mereka.“Tolong antarkan kami ke hotel, sir!” pinta Rafif pada sopir dalam bahasa Prancis. Sebagai orang yang terbiasa keliling dunia untuk berbisnis, tentu kemampuan Rafif menguasai beb
Beberapa hari setelah kepulangannya dari Paris, Alea dan Rafif berencana akan segera pindah ke Rumah baru mereka.Setelah melakukan banyak persiapan untuk keperluan pindahan, Mama dan Papa ikut serta mengantar Alea ke rumah barunya.Sesampainya di rumah baru ternyata sudah ada ayah dan bunda dari Rafif.Mereka semua sengaja berkumpul di rumah baru Alea dan Rafif, untuk menjalin kembali silaturahmi yang sempat hilang sepuluh tahun lamanya.“Alea, rumah ini masih sangat kosong. Kamu boleh bilang sama bunda jika memerlukan sesuatu ya!” ucap bunda.“Iya bunda, Alea akan langsung bilang kalau perlu sesuatu,” jawab Alea.“Iya mbak Mel, kosong sekali rumah ini. Tapi rasanya disini sangat nyaman, pantesan Alea langsung mau pindah kesini,” ucap Mama menanggapi.“Mama juga suka kan? Aku langsung suka sekali begitu di ajak mas Rafif kesini,” ucap Alea.“Semoga kamu dan Rafif betah tinggal disini, kalian harus selalu rukun lho!” ucap bunda.“Nanti kalian hanya tinggal berdua, gak ada Mama dan Bun
Hari-hari sebagai pasangan suami istri baru, bisa dilalui Rafif dan Alea dengan baikMereka tentu perlu beradaptasi dengan kehidupan baru mereka, meskipun dalam perjalannya tidak selalu mulus.Pernikahan mengubah mereka. Mendewasakan pikiran, menyatukan dua isi kepala dan menetapkan hati untuk saling jatuh cinta. Tidak ada yang sempurna dalam langkah mereka saat memulai, tapi mereka berhak memilih melalui jalan yang mana untuk bisa mencapai kebahagiaan.Seiring waktu yang berlalu, Alea dan Rafif sudah terbiasa menerima segala kekurangan dan kelebihan masing-masing. Hari-hari mereka selalu dipenuhi dengan tawa dan berbagai hal yang menyenangkan meskipun sesekali mereka saling diam karena kesalah pahaman. Begitulah yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga.Selain sebagai pasangan, tanggung jawab Alea dan Rafif di perusahaannya masing-masing tentu harus tetap berjalan.Hari ini, tepat di akhir bulan Januari. Alea harus mengadakan evaluasi kerja bulanan yang sudah dia lewatkan sebulan
Area 21+, pembaca di harap bijak.Puas bermain dengan buah ranum milik Alea, Rafif beralih mencium bibir Alea, mengabsen deretan gigi Alea dengan lidahnya dan saling bertukar saliva.Tangannya tidak tinggal diam, dia meremas buah kesukaannya itu satu persatu. Rafif membaringkan tubuh Alea. Dia berusaha melepas celana dalam milik Alea lalu memandangi tubuh polos Alea dengan penuh nafsu.Perlahan-lahan dia menurunkan boxer yang dipakainya, menunjukan pada Alea miliknya yang besar dan panjang telah berdiri sempurna.Alea masih selalu bergidik ngeri, bagaimana bisa benda sebesar itu selalu berhasil masuk ke dalam miliknya yang sempit.Rafif menurunkan badannya menuju titik sensitif Alea, dia menyentuh milik Alea dengan jarinya.“Sayang kamu sudah basah,” ucapnya pada Alea.Alea mengangguk tanda dia sudah sangat siap.Melihat istrinya yang sudah sangat bergairah, Rafif tidak langsung melakukan penyatuan dengan Alea, dia malah menggesekan jarinya di atas milik Alea, membuat Alea sedikit fru
Sepeninggalnya Najwa dan rombongan karyawannya yang telah kembali ke Jakarta, Alea memilih untuk menghabiskan lebih banyak waktu di Bali berdua dengan Rafif.Sepanjang pagi dan siang mereka lalui di kamar hotel, menjelang sore barulah Alea mengajak Rafif untuk pergi ke pantai dan menikmati sunset disana.Alea memilih pantai Jimbaran dimana sunset terlihat dengan lebih cantik dari sana.Setelah memesan beberapa kudapan dan minuman, Rafif menghampiri Alea yang telah lebih dulu duduk di tepi pantai.Alea menyandarkan kepalanya di bahu Rafif, dia seperti mendapatkan kenyamanan yang tidak pernah didapatkan dari tempat lain.“Indah banget ya mas, andai aja kita bisa menikmati pemandangan ini setiap hari,” ujar Alea.“Kalo kamu mau, aku bisa mengabulkannya buat kamu,” jawab Rafif.“Gimana caranya?” Tanya Alea.“Hmm.. Mungkin kita bisa pindah kemari,” jawab Rafif.“Kamu kira segampang itu,” ujar Alea.“Aku serius sayang,” ucap Rafif sambil menyentuh hidung Alea.Memang mudah saja bagi Rafif u
Pukul 10 pagi semua orang telah berkumpul di aula pernikahan Azfar dan Cindy.Akad nikah dihadiri oleh keluarga besar Cindy, keluarga Azfar dan beberapa kerabat dekat termasuk teman-teman sesama dokter.Acara berjalan lancar dan khidmat, kini Azfar dan Cindy telah resmi menjadi sepasang suami istri. Semua orang sangat bahagia, tidak terkecuali Alea dan Rafif.Setelah Ijab Kabul, semuanya beristirahat sejenak, kemudian nanti bersiap kembali, berganti pakaian dan lanjut resepsi pada pukul 2 siang.“Akhirnya kakak sudah resmi menjadi suami kak Cindy. Selamat ya!” ucap Alea saat mereka berada di ruang ganti. Disana telah ada Alea, Rafif, Azfar, Cindy, mama dan bunda.“Makasih adikku sayang,” jawab Azfar lalu memeluk Alea.“Sabar-sabar ya kak menghadapi kak Azfar yang annoying,” ujar Alea pada Cindy.Cindy tertawa dengan ucapan Alea. Sementara Azfar mencubit pipi Alea karena kesal.“Aduh-duh, Sakit kak!” pekik Alea.“Kamu ini memperlakukan Alea kayak anak kecil terus,” ujar mama.“Memang
Alea berdiri di depan kamar 2001, tempat Rafif menginap. Dia langsung membuka pintu dengan kartu akses yang dimilikinya.Kamar ini gelap karena tirai yang masih tertutup rapat dan lampu yang padam.Setelah menutup pintu kembali, Alea menyusuri kamar dengan mengendap-ngendap. Dia melihat Rafif tertidur pulas dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, hanya menyisakan kepalanya saja.Dalam gelap Alea berjalan mendekati jendela dan membuka tirainya sedikit. Membiarkan cahaya masuk ke dalam kamar.Setelah bisa melihat dengan jelas, Alea baru menghampiri Rafif dan berbaring di sampingnya.Alea menciumi wajah suaminya yang masih tertidur.Karena merasa terganggu, Rafif membuka matanya dan mendapati istrinya telah berada dihadapannya.Dengan kesadaran penuh dia menarik Alea dan menindihnya, lalu mengurungnya dengan kedua tangannya.“Mas!” pekik Alea kaget.Rafif mencium bibir Alea tanpa basa-basi, dia tidak membiarkan Alea untuk berontak.Alea merasa sesak karena kehabisan oksigen, akiba
Enam bulan akhirnya berlalu. Hari pernikahan Azfar dan Cindy hanya tinggal menghitung hari.Alea tengah mempersiapkan segala hal untuk dibawa ke Surabaya.“Alea, kamu lagi repot gak? Temani aku untuk ambil baju pengantin yuk!” ajak Cindy di sebrang telepon.“Eh enggak kok kak, aku cuma lagi siap-siapin semua keperluan untuk dibawa ke Surabaya. Mau ambil baju jam berapa?” tanya Alea.“Sebentar lagi mungkin, aku jemput kamu ya!” jawab Cindy.“Tapi kita tunggu mama sampai dulu, baru berangkat ya kak,” ujar Alea.“Oke.” Jawab Cindy.Mama datang saat Alea dan Cindy sudah siap untuk pergi, mama selalu datang untuk menjaga Zayn saat Alea perlu pergi keluar sesekali.“Kita pergi dulu ya ma!” pamit Alea dan Cindy.“Kalian hati-hati!” ucap mama mewanti-wanti.“Siap ma,” jawab Alea.Mereka lalu beranjak pergi menuju butik pilihan Cindy demi mengambil baju pengantin pesanannya.“Wah! Cantik banget kak!” puji Alea saat tirai penutup ruang pass dibuka. Cindy terlihat cantik dengan baju pengantin pi
Setelah pertemuan dengan orang tua Cindy, Azfar membawa kabar baik itu untuk disampaikan pada mama dan papa.Mama dan papa tentu saja menyambut dengan baik apa yang disampaikan Azfar. Mereka cukup sedih saat mengetahui hubungan Azfar dan Cindy merenggang, karena mereka sudah sangat menyukai Cindy sebagai calon menantunya,“Apa kamu sudah benar-benar yakin?” tanya papa.“Azfar yakin sekali pa,” jawab Azfar."Apa orang tua Cindy tidak meminta syarat-syarat tertentu?” tanya mama.“Beliau hanya bilang kalau pernikahan harus di adakan di Surabaya, sebab seluruh keluarga Cindy ada disana,” jelas Azfar.“Kapan kira-kira pernikahan dilaksanakan?” tanya mama.“Mungkin lusa aku mau ajak mama dan papa bertemu dengan orang tua Cindy, untuk menentukan waktu yang tepat,” jawab Azfar.Dalam dua hari pertemuan yang direncanakan Azfar akhirnya terjadi.Mama, papa dan Azfar bertemu dengan Cindy, ibu dan bapak di sebuah restoran.“Maaf pak, bu, kami tidak bisa menyambut kalian dengan baik di rumah kami
Mendengar semua perkataan Azfar, tidak serta merta membuat Cindy tenang.Dia terlanjur berkata pada orang tuanya bahwa dia tidak akan menikahi Azfar maupun Ridwan, karena dia merasa malu dengan sikap bapak.Jauh dalam hatinya, Cindy menyesal pernah berkata demikian.Dalam hal ini Cindy memutuskan untuk berhenti sejenak dari hubungannya dengan Azfar, demi meyakinkan segala perasaannya dan memantapkan hatinya.“Aku pengen kita break dulu sebentar, aku butuh waktu untuk membuat semuanya tenang,” ucap Cindy.“Aku akan menunggumu.” Jawab Azfar.“Berapa lama kamu sanggup menungguku?” tanya Cindy.“Sampai kamu tidak layak lagi untuk aku tunggu,” jawab Azfar.“Maksud kamu?” tanya Cindy.“Jangan terlalu lama, atau aku akan menyerah,” ujar Azfar.Cindy terdiam mencoba mencerna apa maksud dari perkataan Azfar.“Akan aku usahakan.” Ujar Cindy.Mereka mengakhiri pertemuan di café sore itu. Sesuai dengan permintaan Cindy, hubungan mereka harus di akhiri sementara waktu. Demi memastikan semuanya ter
Azfar sampai di rumahnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan hatinya.“Loh, kamu sudah pulang?” tanya mama heran.“Sudah ma,” jawab Azfar singkat.“Gimana hasilnya?” tanya mama lagi.“Aku istirahat dulu ya ma, nanti aku jelasin,” jawab Azfar.Mama langsung tahu kalau anaknya sedang tidak baik-baik saja, hanya dengan melihat raut wajahnya. Tetapi mama memilih untuk membiarkan Azfar tenang lebih dulu.Azfar kemudian mandi dan merebahkan diri di kasur kesayangannya, dia membuka ponselnya dan terdapat beberapa panggilan tak terjawab dari Cindy.Azfar menghubungi Cindy kembali.“Halo,” ucap Cindy saat panggilannya tersambung.“Kamu kemana sih? Kok gak ada kabar?” lanjut Cindy dengan nada panik.“Aku sudah kembali ke Jakarta,” jawab Azfar singkat.“Secepat ini? Kenapa kamu ninggalin aku sendirian?” tanya Cindy.“Bukankah kamu senang dengan calon pilihan bapakmu?” tanya Azfar.“Apa? Kenapa kamu bilang seperti itu?” Cindy malah bertanya balik.“Aku melihatmu tersenyum sangat cantik saat
Cindy menangis melihat kenyataan di depan mata.Disaat dia berhasil memantapkan hati untuk memulai bahtera rumah tangga, ujian datang dari orang tuanya yang tidak memberikan restu untuk dirinya dan Azfar.“Kenapa sih bu?” tanyanya pada ibu yang menemaninya di kamar.“Maafkan ibu nduk, ini semua keputusan bapak,” jawab ibu.“Tapi Cindy sudah punya pilihan sendiri bu,” ucap Cindy lirih.“Pilihan bapak sudah pasti yang terbaik,” ujar bapak yang tiba-tiba berdiri di ambang pintu.“Terbaik buat siapa? Buat bapak?” tanya Cindy marah.“Dia pejabat di kota kita. Berbeda sama temanmu, paling dia hanya dokter biasa seperti kamu kan?” bapak membandingkan Azfar dengan calon pilihannya.“Bapak gak tahu apa-apa tentang dia!” ucap Cindy marah.“Bapak gak perlu tahu! Bapak cuma pengen kamu menuruti keinginan bapak,” ujar bapak.“Gak! Aku gak mau!” tolak Cindy dengan tegas.“Nduk, tidak baik bicara seperti itu pada bapakmu!” ucap ibu menyela.“Selama ini kamu tidak pernah menggubris apa kata bapak dan
Rafif dan Alea tertidur begitu pulas. Mereka terbangun saat cahaya matahari menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar mereka.“Aaaa!” teriak Alea saat terbangun. Dia melihat dirinya yang hanya terbalut selimut.“Alea! Kenapa sih?” tanya Rafif kaget.“Mas, kita semalam?” tanya Alea.“Apa kamu mabuk sampai tidak sadar apa yang terjadi semalam?” tanya Rafif sambil membalikan badan membelakangi Alea hendak tidur lagi.“Mas! Kita gak pakai pengaman, gimana kalo aku langsung hamil lagi?” tanya Alea yang baru saja menyadari.Rafif yang telah memejamkan mata langsung melotot sempurna. Dia juga sama, melupakan hal sepenting itu.“Ya sudah sayang, mau gimana lagi? Sudah terlanjur. Berharap saja gak langsung jadi Zayn yang kedua,” ucap Rafif.“Maaas,” panggil Alea dengan wajah yang cemberut karena kesal.Rafif lalu bangkit dan memeluk Alea mencoba menenangkannya.“Kalau jadi juga gak apa-apa sayang, kan ada aku suami kamu!” ujar Rafif.“Ya bukan gitu mas!” pekik Alea.Alea merasa belum s
“Sayang, aku pergi dulu!” teriak Rafif dari ruang tamu.“Hati-hati mas!” jawab Alea dari lantai dua.Dua bulan telah berhasil mereka lalui sebagai orang tua, kini Rafif telah kembali ke perusahaan.Zayn sudah semakin besar, Alea memutuskan untuk berhenti total dari pekerjaannya dan memilih fokus pada putranya. Saat ini semua urusan perusahaannya berada dibawah pengawasan Rafif, suaminya.Alea menatap putranya yang sedang terlelap, dia mengenggam tangan Zayn penuh cinta.Setelah puas menatap Zayn, Alea beralih melihat pantulan dirinya di cermin. Dia menghembuskan nafas berat.“Jelek banget aku sekarang,” gumamnya.Berat badannya setelah hamil dan melahirkan memang tidak mengalami penurunan yang signifikan membuat lengan, perut, pinggul dan dadanya semakin terlihat lebar.Dia melihat wajahnya yang kusam karena kurang perawatan.Dia mencurahkan semua waktu hanya untuk Zayn, sampai dia melupakan diri sendiri.“Kalau kayak gini, mas Rafif masih suka aku gak sih?” tanyanya pada diri sendiri