Share

3. Demi Kakek

Penulis: Reyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 08:20:36

“Rafif meminta bantuan Om dan Tante untuk membujuk Alea, semoga Alea mengerti dan mau menjalani ini demi kakek,” ujar Rafif memohon.

“Baiklah, nak! Akan kami usahakan.” Jawab Papa Alea.

Setelah bertemu dengan Rafif dan ayahnya, Papa dan Mama merasa harus membantu kakek Hadi untuk mendapatkan keinginannya. Mereka mencari cara membujuk Alea agar mau melakukannya.

Bagi mereka menikahkan putrinya dengan Rafif bukan hal yang buruk. Terlebih mereka menganggap Rafif sebagai putranya sendiri, mereka mengenal Rafif sebaik mereka mengenal Azfar.

Di malam hari Alea dan keluarganya berkumpul untuk berbincang seperti biasa.

“Nak, tadi sore Papa dan Mama sudah bertemu dengan Rafif dan ayahnya,” ucap Papa.

Alea hanya diam mendengarkan.

“Papa sudah tahu alasan apa yang membuat Rafif menemuimu dan mengatakan ingin menikah denganmu,” kata Papa melanjutkan.

“Kakek Hadi, saat ini sedang kritis. Beliau sedang dirawat di Rumah Sakit. Kita tidak tahu berapa lama lagi waktu kakek untuk bertahan. Om Eddo baru mengetaui kalau kakek Hadi memiliki permintaan yaitu melihat kamu dan Rafif menikah,”

Mendengar itu Alea merasa sedih, bukan hanya karena dirinya harus menikah tetapi juga mengetahui kabar kakek Hadi yang sakit.

“Papa harap, kamu mau mempertimbangkannya ya Nak,” kata Papa.

Alea tidak langsung menanggapi tentang pernikahan yang di inginkan kakek, saat ini dia lebih mengkhawatirkan kondisi kakek.

“Kakek dirawat di Rumah Sakit mana Pa? Bolehkah aku menemuinya?” tanya Alea.

“Besok kita kesana sama-sama ya,” Jawab Papa

Keesokan harinya sesuai rencana, Alea dan keluarganya pergi mengunjungi Rumah Sakit tempat kakek dirawat.

Sesampainya disana, Alea melihat ada Rafif, Ayah dan Bundanya. Kedatangan mereka disambut hangat oleh ketiganya.

Setelah bertukar kabar secara singkat, Alea memohon izin untuk menemui kakek di dalam.

“Assalamu’alaikum, kakek ini Alea,” ucap Alea tatkala mendekati kakek yang memejamkan mata, dengan banyak alat medis yang terpasang ditubuhnya.

“Wa’alaikumsalam, Alea,” jawab kakek lemah dengan wajah yang berusaha untuk tersenyum.

“Alea rindu, kek. Kenapa kakek tidak pernah menemui Alea selama ini,” ucap Alea lirih.

“Maafkan kakek ya nak,” jawab kakek dengan sisa-sisa tenaganya.

Setelah berbincang beberapa hal, Alea pamit ke kakek dan bergantian dengan keluarganya yang juga ingin bertemu kakek.

Sambil menunggu, Alea mencari tempat untuk duduk. Setelah beberapa langkah meninggalkan ruangan, Alea menemukan taman kecil yang biasa digunakan para keluarga pasien untuk sekedar beristirahat atau menenangkan diri.

Melihat Alea pergi, Rafif membuntutinya dari belakang. Dengan mengumpulkan keberanian, Rafif mencoba mengajak Alea berbincang lagi.

“Terimakasih sudah datang, Alea,” kata Rafif yang hanya dijawab sebuah anggukan dari Alea.

“Begitulah kondisi kakek beberapa hari terakhir. Kami semua tidak tahu sampai kapan kakek akan bertahan,”

“Aku sangat menyayangi kakek lebih dari diriku sendiri, sungguh aku berharap kakek bisa hidup lebih lama karena aku benar-benar tidak siap jika kakek pergi dalam waktu dekat,”

“Dan hal yang paling aku khawatirkan adalah tidak dapat memenuhi permintaan terakhirnya,” ucap Rafif putus asa.

Mendengar semua ucapan Rafif, Alea hanya terdiam. Dia tidak tahu harus mengucapkan apa dalam keadaan ini.

Alea mengerti sepenuhnya, bukan waktunya untuk Alea bersikap egois. Tapi hati kecil Alea juga belum siap jika harus menikah dengan Rafif. Selain karena Rafif orangnya, Alea juga masih ingin bebas melakukan hal yang hanya bisa dia lakukan saat masih sendiri.

“Aku turut bersimpati atas apa yang sedang terjadi. Biarkan aku berpikir dulu. Selama waktu itu, tolong untuk tetap tenang dan kita doakan kakek supaya bisa bertahan lebih lama,” ucap Alea.

“Aku akan menunggu keputusanmu, Alea.” 

Malam itu, sepulangnya dari Rumah Sakit, Alea merenungkan apa yang dikatakan Rafif. Sama halnya dengan Rafif, Alea juga berharap kakek bisa kembali sehat.

Namun saat mengingat kondisi kakek, Alea seperti melihat kecil kemungkinan kakek untuk bertahan lama. Alea juga tidak ingin ada penyesalan, jika memang takdir mengharuskan kakek pergi lebih cepat, maka kakek harus pergi dengan senyuman. Maka dari itu, semalaman Alea berpasrah dan memikirkan hal terbaik apa yang harus dilakukannya.

***

Keesokan harinya Alea pergi bekerja seperti biasa. Hari demi hari berhasil dilaluinya dengan sangat baik. Sampai suatu malam Alea mendapatkan kabar kalau kondisi kakek Hadi semakin menurun.

Tanpa menunggu lama, Alea dan keluarganya bergegas ke rumah sakit menemui kakek Hadi. Mereka khawatir jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Melihat kehadiran Alea dan keluarganya, tante Mei yang merupakan bunda Rafif merasa tenang. Namun tetap tidak bisa menyembunyikan betapa takutnya ia menghadapi ini.

“Alea, tante boleh bicara sebentar?” tanya Bunda.

“Boleh tante,” jawab Alea mengiyakan.

Merekapun pergi ke taman tempat Alea dan Rafif bercengkrama beberapa hari lalu.

“Alea, tante tahu permintaan kakek terlalu sulit untuk kamu. Tante yakin Rafif juga merasakan hal yang sama. Tapi bisakah kamu melakukannya demi kakek?” tanya Bunda.

Alea hanya menatap tante Mesity dan menangis.

“Alea belum siap menikah, tante,” Alea berujar.

“Aku takut tidak bisa menjadi istri yang baik buat kak Rafif,” Lanjutnya

“Aku juga masih ingin melakukan beberapa hal sebelum aku terikat dengan pernikahan. Lagipula bukankah sebuah pernikahan harus dilandasi dengan rasa cinta?” ungkapnya.

“Tante sepenuhnya mengerti perasaanmu, Alea. Menurut tante, Rafif juga sama sepertimu. Dia juga belum siap untuk menempuh semua itu. Hanya saja Rafif harus mewujudkan keinginan kakek,”

“Lakukanlah pernikahan ini hanya demi kakek Alea. Setelah menikah tante yakin Rafif akan membebaskan semua yang ingin kamu lakukan. Dan kita tidak akan menyesal karena memenuhi keinginan terakhir kakek,”

 “Adapun ditengah perjalanan pernikahanmu dengan Rafif, kamu bebas datang kepada kami atau meminta bantuan Mama Papamu, jika suatu hal tidak menyenangkan terjadi,”

“Tante tidak akan menuntut banyak hal kepadamu, tante hanya ingin kamu hidup sebagai dirimu sendiri Alea,”

“Kamu sudah seperti anak tante sendiri, sejak kecil kamu selalu mengisi hati kami. Kalau kamu menikah dengan Rafif, tentu tante akan sangat menyayangi kamu seperti selama ini,” Bujuk Bunda meyakinkan Alea.

Alea yang menyimak ucapan tante Meisty yang begitu teduh dan tenang membuat hatinya sedikit terbuka.

"Soal cinta, kamu dan Rafif bicarakan belakangan ya? Tante yakin semakin lama kalian akan terbiasa. Jalani yang mudah saja dulu, jika terlalu sulit kamu boleh berhenti."

Di malam itu semua orang tidak bisa tertidur, mereka menyimpan kekhawatiran tentang kakek Hadi.

Dan dalam kebimbangannya, Alea akhirnya menemukan jawaban.

Alea memutuskan untuk menikahi Rafif, hanya demi kakek. Alea berharap kakek bisa tersenyum tenang menerima Keputusan Alea. 

Menurut Alea, pernikahan ini tidak akan membuatnya rugi dalam hal apapun. Karena mau bagaimanapun Rafif bukanlah orang asing, Alea berharap mereka berdua bisa bekerja sama dengan baik untuk melaluinya.

Malam Panjang itu berhasil dilalui dengan baik, atas izin Allah dan bantuan dari para dokter kondisi kakek membaik dari sebelumya. Semua orang berucap Syukur.

Bab terkait

  • Jodoh di Tangan Kakek   4. Akad

    Setelah menerima keputusan Alea, semua orang merasa senang dan lega. Mereka menentukan waktu untuk segera melaksanakan pernikahan.Karena kondisi kakek yang tidak mungkin untuk menghadiri pernikahan mereka di tempat lain, Rafif dan Alea sama-sama memutuskan untuk hanya melakukan Ijab kabul saja di ruang rawat inap kakek di Rumah Sakit, sementara untuk resepsi akan mereka pikirkan kembali setelah keadaannya sudah menjadi lebih baik.Besoknya, semua orang sibuk untuk menyiapkan Ijab Kabul Rafif dan Alea, mulai dari meminta izin pihak Rumah Sakit untuk melakukannya disana, serta menyiapkan beberapa dokumen untuk syarat pendaftaran pernikahan mereka di KUA.Hari yang ditentukan pun tiba.Dirumah, Mama sudah menyiapkan baju yang akan dipakai Alea. Yaitu satu set kebaya warna putih dan kain jarik yang tidak lain adalah milik Mama saat menikah dengan Papa 30 tahun yang lalu.“Sayang, coba pakai ini ya,” kata Mama.“Ma, gak usah pakai kebaya. Alea Cuma mau pakai pakaian yang biasa saja,” jawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Jodoh di Tangan Kakek   5. Janji

    Kedatangan Rafif di rumah Alea membuat suasana menjadi lebih hangat. Meskipun Alea masih belum menerima sepenuhnya tentang pernikahannya dengan Rafif, dia tidak menunjukkannya di hadapan orang tersayangnya.Waktu makan malam tiba, sekarang bertambah satu orang yang mengisi kursi di meja makannya. Dan tanpa menghilangkan kebiasaan setelah makan malam, Papa tetap mengajak mereka semua untuk berkumpul di ruang keluarga.“Rafif, Papa titipkan Alea padamu. Papa tidak meminta apapun, hanya tolong jaga Alea sampai kapanpun,” ucap Papa.“Baik pa. Rafif akan selalu mengingat pesan Papa,” jawab Rafif.“Alea, terlepas dari segala yang terjadi, saat ini Rafif adalah suamimu. Bersikap baiklah, karena sekarang tanggung jawab Papa sudah berpindah ke tangan Rafif sepenuhnya. Tapi kami akan selalu ada buat kamu sampai kapan pun,” ucap Papa berganti pada Alea.Alea hanya menunduk dan menitikkan air mata. Dia tahu ini akan menjadi perjalan yang berat bagi dirinya dan Rafif. Alea hanya perlu mengusahakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Jodoh di Tangan Kakek   6. Pengantin Baru

    “Selamat pagi pengantin baru!” sapa Azfar menggoda adik dan suaminya.“Loh! Kalian mau kerja?” sambung Mama melihat Alea dan Rafif dengan pakaian kerja mereka.Alea dan Rafif mengangguk menjawab pertanyaan Mama.Pernikahan mereka yang sangat mendadak membuat Alea dan Rafif tidak sempat mengatur waktu untuk cuti kerja, lagipula mereka hanya melakukan Ijab Kabul jadi tidak begitu menguras energi.“Kenapa tidak ambil cuti saja? Kalian kan baru menikah,” sambung Mama lagi.“Rafif tidak bisa meninggalkan perusahaan lebih lama Ma, karena ayah harus fokus mengurus kakek,” jawab Rafif yang langsung membuat Mama mengerti.“Lalu kamu?” tanya Mama pada Alea.“Memangnya setelah menikah, apa yang berubah selain statusku Ma? Tentu saja aku juga harus berangkat kerja,” jawab Alea menyebalkan.Membuat Mama melotot ke arahnya. Azfar yang ikut kesal menyentil kening Alea yang berdiri tepat disampingnya.“Aduh! Sakit kak!!” teriak Alea. Sambil memijat keningnya yang kesakitan.“Lagian kamu ini, statusmu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jodoh di Tangan Kakek   7. Selamat Jalan Kakek

    “Bertahanlah, kek! Rafif udah bawa Alea kesini. Kakek harus melihat kami lebih lama lagi,” ucap Rafif lirih.Tiga puluh menit berlalu, Rafif masih memperhatikan dokter yang sedang menangani kakek dari kaca pintu ruangan. Sambil terus menatap monitor tanda vital yang berada tepat di samping kakek.‘Tiiiit’ bunyi panjang bersamaan dengan garis di monitor yang perlahan berubah lurus terlihat oleh mata Rafif. “Tidak! Kakek..” jerit Rafif. Sambil terduduk lemas.Tidak berselang lama, seorang dokter keluar dan mengabarkan kalau kakek tidak bisa bertahan.“Pak, bu. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, mohon maaf nyawa pasien tidak tertolong,” dokter menjelaskan.Tangis semua orang pecah.Alea kemudian menghampiri Rafif dan memeluknya, berbagi sisa tenaga yang dia miliki. Alea juga sama hancurnya dengan Rafif. Tapi dia ada disana untuk menguatkan Rafif.“Alea,” tangis Rafif pecah dalam pelukan Alea.“Menangislah kak, menangislah sekarang. Habis ini, kita antar kakek dengan senyuman.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jodoh di Tangan Kakek   8. Tentang Waktu yang Hilang

    Selepas kepergian kakek, Alea memilih untuk tinggal di rumah Rafif sementara waktu.Alea berusaha beradaptasi kembali dengan keluarga barunya. Meskipun Alea telah mengenal mereka sejak kecil, Alea tetap merasa asing karena perpisahan sepuluh tahun lalu membuat Alea sedikit lupa tentang mereka.Berbeda dengan di rumahnya, pagi ini Alea bangun lebih cepat. Dia membantu Ibu mertuanya menyiapkan sarapan.“Selamat pagi bunda,” sapa Alea.“Selamat pagi Alea, apa kamu tidur nyenyak?” tanya bunda.“Iya, nyenyak sekali sampai tidak sadar kalau sudah pagi,” jawab Alea di iringi tawa kecil.“Syukurlah, bunda khawatir kamu tidak nyaman. Kamu sudah lihat sendiri kalau kamar Rafif jauh dari kata hangat untuk ditinggali,” ucap bunda.Alea hanya tersenyum menanggapi.“Bunda lagi masak apa? Boleh aku bantu?” Alea menawarkan diri.“Tidak usah, kamu temani saja bunda mengobrol. Sudah lama sekali bunda tidak mendengar ocehanmu. Padahal dulu setiap pagi kamu selalu ribut saat datang untuk menemui Rafif,”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Jodoh di Tangan Kakek   9. Jatuh ke Dasar Hati

    Jantung Alea berdetak kencang, disaat Rafif tiba-tiba menyentuh wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan perlahan Rafif semakin mendekatkan wajah mereka, kemudian mengecup bibir Alea pelan.Rafif melepaskannya sebentar, menatap mata Alea dengan tatapan penuh kerinduan. Dengan tanpa keraguan sedikitpun, akhirnya Rafif mendekatkan lagi wajahnya dan mencium bibir Alea lembut.Alea yang terpaku hanya mampu memejamkan mata, menahan segala perasaan yang tiba-tiba bergejolak di dalam hatinya.Rafif terus menciuminya semakin lama, semakin dalam.Merasa kehabisan nafas, Alea lalu menarik dirinya perlahan.“Aku...,” ucap Alea pelan.“Sudah larut, tidurlah,” sahut Rafif sambil mengelus pipi Alea yang memerah. Ada perasaan yang tidak dapat Rafif jelaskan, namun satu hal yang pasti malam itu Rafif bahagia. Karena berhasil membuka satu kunci hati Alea.“Kak,” panggil Alea sambil memegang tangan Rafif.“Iya?” tanya Rafif.“Aku...,” jawab Alea ragu-ragu.“Kenapa?” desak Rafif.“Aku belum siap untuk itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Jodoh di Tangan Kakek   10. Sayang

    Rafif tersenyum, lalu melakukan ciuman itu sekali lagi, semakin lama, semakin dalam. Dia kemudian menggendong Alea ke tempat tidur dan membaringkan Alea disana tanpa melepaskan tautan bibir mereka.Alea mengalungkan tangannya di leher Rafif, membuat Rafif semakin leluasa melancarkan aksinya.“Ah!” desahan kecil keluar dari mulut Alea. Membuat Rafif semakin membara.Mereka terhanyut dalam ciuman panas itu, seolah telah saling menemukan dunia mereka.Rafif melepaskan Alea sebentar untuk mengambil nafas. Kemudian dia mengecup kening Alea lama, lalu berpindah ke pipinya. Rafif menatap mata Alea lagi, setelah itu dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Alea, menciumnya perlahan, Alea meremang.Rafif terus menciumi leher Alea, sambil tangannya berusaha membuka kancing baju Alea. Setelah berhasil membuka kancingnya, dia menyibakkan baju Alea sehingga bahu Alea terekspos, dan mata Rafif terpana saat dia melihat ke bagian dada Alea yang masih tertutup kain. Dia seperti telah menemukan harta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Jodoh di Tangan Kakek   11. Pertemuan Tak Terduga

    Sesuai dengan yang di bicarakan Alea, hari ini dia berencana untuk meeting dengan para kepala toko offline store-nya untuk membahas evaluasi kerja dan performa tokonya selama satu bulan kebelakang. Ini merupakan agenda rutin yang di adakan Alea setiap akhir bulan. Alea lebih suka mengadakan pertemuan di luar daripada di kantornya sendiri, sebab dia bisa sekalian hangout untuk menghilangkan kejenuhannya. Kali ini dia memilih sebuah restoran chinese food yang berlokasi di sebuah mall tempat salah satu toko Alea beroprasi. “Dengan hasil bulan ini, saya tidak puas. Karena hanya 70% dari toko kita yang berhasil mencapai target bulanan, sementara 30%-nya mengalami penurunan,” kata Alea setelah mendengarkan presentasi Oki, kepala tim penjualan yang biasa menerima dan mengelola laporan dari seluruh toko. “Begini saja, saya minta untuk setiap toko agar bisa menaikan omset sebesar 10% dari target bulanan kita satu bulan kedepan dan jangan sampai ada penurunan di bulan berikutnya. Jika semua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Jodoh di Tangan Kakek   102. Kemah

    Hari ini, Alea dan Rafif berencana untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di Bandung, sebelum mereka kembali ke Jakarta.Selama sehari penuh mereka semua berkumpul di rumah nenek, makan masakan nenek, bermain bersama para sepupu dan bercerita tentang masa lalu.Semua terlihat sangat menikmati momen kebersamaan itu.Papa sebetulnya hanya anak tunggal, tetapi semasa kakek Abdul hidup, beliau sempat mengadopsi anak perempuan dari keluarga nenek yang mereka beri nama Ayu.Saat ini, tante Ayu lah yang tinggal bersama nenek di rumah ini, sehingga nenek tidak pernah kesepian.Beberapa kali papa juga mengajak nenek untuk tinggal bersama di Jakarta, namun nenek bersikeras untuk tetap tinggal di Bandung.Katanya, rumah ini penuh dengan kenangan semasa hidup bersama kakek Abdul. Dan hanya saat tinggal disini, nenek merasa kakek Abdul masih ada bersama mereka.“Kak, kenapa bengong?” tanya Alea pada Cindy yang terlihat sedang memandang kosong ke arah Zayn dan Nizam putra bungsu tante Ayu yang s

  • Jodoh di Tangan Kakek   101. Kota Kenangan

    Alea dan Rafif duduk di ujung tempat tidur sambil menikmati pemandangan malam kota Bandung dari kaca jendela besar kamar mereka yang berada di lantai 22.Tubuh mereka masih sama-sama polos setelah selesai saling memanjakan.Tangan Rafif merangkul bahu Alea dengan kepala yang saling menopang. Mereka mulai mengenang masa lalu mereka tentang kota ini.Bandung, merupakan kota kelahiran dua anak manusia yang sekarang saling mencintai ini. Mereka di takdirkan bertemu karena pertemanan kakek mereka yang berlangsung begitu lama.Kelahiran Rafif di keluarga Hadiwinata adalah hal yang membahagiakan, sebab ayah dan bunda terbilang cukup lama menanti kehadiran buah hati.Empat tahun berselang, Alea lahir di keluarga Haris.Kelahiran Alea disambut bahagia oleh dua keluarga, sebab kakek Hadiwinata dan kakek Abdul Haris telah berniat untuk menjodohkan cucu mereka kelak agar persahabatan mereka tidak terputus dan berlanjut sampai anak keturunannya.“Kalau dipikir-pikir, ternyata aku sudah jatuh cinta

  • Jodoh di Tangan Kakek   100. Bandung Lautan Cinta

    Setelah acara kisah sukses alumni selesai, Alea bersama dengan Rafif, diikuti oleh Azfar bergegas turun dari panggung.Acara dilanjutkan dengan ramah-tamah dan ngobrol santai sesama alumni sambil mencicipi makanan yang telah disediakan.Alea hendak pergi meninggalkan Rafif untuk kembali menemui teman-temannya yang belum sempat dia sapa.“Mau kemana?” tanya Rafif menarik tangan Alea yang hendak menjauhinya.“Mau nyapa teman-temanku mas!” jawab Alea.“Ikut aku dulu!” ajak Rafif.Alea tidak membantah, dia mengikuti kemana Rafif pergi dengan tangannya yang digenggam erat oleh Rafif.Ternyata, Rafif mengajaknya menemui teman-teman Rafif dan Azfar semasa bersekolah. Semua orang tampak ramah dan menyambut baik kedatangan Alea.Tidak sedikit yang memuji tentang penampilan dan keserasian mereka, tidak lupa kisah sukses mereka yang menginspirasi membuat teman-teman mereka kagum.Meskipun banyak juga tatapan iri yang menghampiri mereka.Setelah menyapa beberapa teman Rafif, berganti Alea yang me

  • Jodoh di Tangan Kakek   99. Reuni 2

    “Alea..?!”“Kamu datang sendirian?” tanya pria yang sangat tidak ingin ditemui Alea disini, sekarang.Alea mengangguk sambil tersenyum tipis.“Hai Elang!” Desi langsung merapat pada Elang dan mengalungkan tangannya disana.Elang menepis tangan Desi dan menghampiri Alea. Ini adalah kesempatan baginya untuk mendekati Alea, paling tidak dia bisa mencoba untuk mengakrabkan dirinya kembali.“Ih Elang!” pekik Desi lalu kembali mengikuti langkah Elang.“Kalian selesaikan dulu urusan kalian! Aku mau menyapa yang lain,” ujar Alea sambil tertawa ringan.Alea lalu beranjak meninggalkan mereka bersama Manda dan Lusi.“Ih ganggu aja kamu tuh!” keluh Elang pada Desi.“Elang, ngapain masih cari Alea sih? Orang kampungan itu! Padahal aku lebih segalanya dari dia,” ujar Desi.“Asal kamu tahu Des! Pakaian Alea dari atas sampai bawah kalo di uangkan bisa beli mobil! Aku butuh salah satunya aja biar bisa hidup!” bentak Elang marah karena Desi menghilangkan kesempatannya untuk mendekati Alea.“Hah? Masa s

  • Jodoh di Tangan Kakek   98. Reuni 1

    “Mas, besok kita ke Bandung ya!” ajak Alea sembari merapikan kamar tidurnya.“Acara reuniku lusa, aku pengen nginep di rumah nenek dulu semalam. Sekalian bawa Zayn,” jawab Alea.“Tapi besok aku harus ke Lampung, buat meninjau bisnis disana,” ujar Rafif.“Yah! Kan kita udah sepakat dari bulan lalu kalau besok kita ke Bandung,” ujar Alea kecewa.“Kamu ajak mama aja, mau gak?” usul Rafif.Dia ingat kalau dia sudah janji akan mengantar Alea ke Bandung untuk mengikuti acara reuni SMA, tetapi mendadak dia harus ke luar kota untuk urusan bisnisnya.“Emang boleh?” tanya Alea ragu.“Boleh sayang, nanti kalau sempat aku susul kalian ke Bandung, tapi kalau enggak kamu bisa kan pergi ke acara reuni sendiri?” tanya Rafif.“Kamu gak apa-apa kalau aku pergi sendiri?” tanya Alea lagi, mengingat Rafif begitu pencemburu.“Yaa, gak apa-apa. Tapi kamu gak boleh macam-macam disana!” ujar Rafif.“Aku? Mana berani!” sahut Alea.***Keesokan paginya Rafif mengantar Alea, Zayn dan mama ke stasiun kereta. Mere

  • Jodoh di Tangan Kakek   97. Bertemu Teman Lama

    “Mama!” suara Zayn terdengar memasuki kamar mereka.Rafif buru-buru melepaskan tautan diri mereka dan mempersilakan Alea untuk membasuh tubuhnya lebih dulu.“Ma!” panggil Zayn lagi.“Mama mandi sayang, sebentar ya!” sahut Alea dari dalam kamar mandi.Klek! Terdengar Zayn berusaha membuka pintu kamar mandi.Alea dan Rafif saling pandang, mereka lupa apakah tadi sudah menguncinya atau belum.Buru-buru Rafif berlari ke arah pintu dan menahan pintunya dari dalam. dia bersandar di pintu dengan gemuruh di dadanya, takut sekali perbuatannya di ketahui oleh putra sulungnya.“Ma, cepat!” teriak Zayn dari luar pintu sambil terus menggedor-gedornya.“Iya sayang! Zayn tunggu dikamar ya, sebentar lagi mama keluar,” jawab Alea sambil berteriak.Zayn menurut lalu beranjak pergi meninggalkan kamar Alea.“Fiuh!” Alea dan Rafif kembali bernapas lega.“Kamu sih! Aku bilang juga apa, Zayn masih bangun, dia pasti nyari aku!” ujar Alea.“Hehe, habisnya kamu menggoda!” jawab Rafif mendekat dan kembali merai

  • Jodoh di Tangan Kakek   96. Surat Undangan

    Suatu siang, Rafif tengah datang ke kantor Alee’s.co, yang mana itu merupakan perusahaan Alea yang saat ini berada dibawah naungan Rafif.“Permisi pak,” ujar Nadia, resepsionis di kator Alea.“Ya,” jawab Rafif.“Ini ada surat yang ditujukan untuk bu Alea,” ujar Nadia.“Oke. Terima kasih,” sahut Rafif.Setelah Nadia pamit, Rafif buru-buru melihat surat itu.Ternyata surat itu berlogokan sekolah lama Alea di Bandung. Karena terlalu penasaran, Rafif buru-buru membukanya.“Reuni? Jadi apa yang di ucapkan Elang tempo hari bukan sebuah alasan?” gumam Rafif.Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan penting, Rafif segera pulang ke rumah untuk memberitahukan pada Alea perihal undangan reuni yang diterima.“Sayang, ada surat buat kamu!” teriak Rafif dari ruang keluarga. Sementara Alea masih berada di lantai dua rumahnya.“Surat apa?” tanya Alea dari atas, dia hanya menunjukan kepalanya saja.“Sini turun!” ujar Rafif.Alea lalu bergegas menuruni tangga dengan setengah berlari.“Gak usah lari! Ka

  • Jodoh di Tangan Kakek   95. Api Cemburu

    Alea kembali ke rumah setelah sebelumnya mengantar mama pulang. Zayn telah tidur dengan nyaman di jok belakang.Sesampainya di rumah, Alea menggendong Zayn dan membawanya ke kamar tidur milik Zayn. Lalu setelahnya dia bergegas membersihkan diri di kamarnya.Hari sudah mulai sore, setelah selesai mandi Alea langsung masuk ke dalam walk in closet dan berpakaian.Saat keluar, Rafif telah menunggunya di kamar dengan raut muka marah. Keadaannya masih sama berantakannya seperti sebelumnya.Alea berjalan menuju meja rias tanpa menghiraukan keberadaan Rafif.“Kan aku sudah bilang, kamu tidak boleh bertemu dengannya kecuali kamu bersamaku!” Rafif mulai bicara dengan nada dingin.“Kenapa tadi malah dia yang antar kalian ke rumah sakit? Apa tidak cukup aku memberi peringatan?” tanya Rafif.Alea masih terpaku menatap dirinya di cermin, dia menyisir rambutnya yang masih sedikit basah.“Alea, aku sedang bicara!” bentak Rafif saat merasa di abaikan oleh istrinya.Alea menaruh sisirnya kembali di mej

  • Jodoh di Tangan Kakek   94. Duri

    “Sial-an! Kalo bukan bos gue udah gue habisi itu Rafif!”Elang mengumpat di tempatnya tatkala Rafif menutup panggilan secara sepihak.“Gimana caranya gue bisa deketin Alea lagi?” gumamnya.Ya, Elang memang berniat mendekati Alea. Selain karena alasan Alea adalah mantan kekasihnya di masa SMA dulu, Elang juga melihat jika Alea kini telah sukses dengan kekayaan yang luar biasa.Makanya, dia berniat untuk mencoba memanfaatkan Alea.Sementara itu disisi Rafif, dia telah merasa jika Elang memiliki niat buruk untuk istrinya, makanya sejak awal Rafif tidak menyukai Alea yang begitu akrab dengan Elang meskipun bisa dibilang hubungan mereka sudah berakhir sangat lama.Sedangkan Alea merasa kehadiran Elang kembali dihidupnya bukanlah hal yang mengganggunya, sebab Alea sama sekali tidak berniat untuk kembali akrab dengan Elang, apalagi dia melihat Rafif yang begitu cemburu.“Aku berangkat dulu, awas kalau kamu sembunyiin sesuatu dariku lagi!” ancam Rafif.“Iya sayang, gak akan,” jawab Alea lalu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status