Share

Chapter 2

Author: Dara Mahveen
last update Last Updated: 2024-07-30 12:58:35

“Selamat pagi…,” sapa Purpleramah pada beberapa karyawan kantor yang melintas.

“Dia udah sarapan?” Alfa yang sejak tadi berdiri di depan bosnya dan melihat kelakuan kekanakan itu segera tanggap jika yang ditanyakan adalah wanita yang sejak tadi jadi pusat perhatian atasannya itu.

“Tampaknya beliau berangkat tergesa-gesa, mungkin belum sempat sarapan. Tadi saya tidak menanyakannya.”

Bosnya diam sejenak, lalu berkata: “Tolong belikan sandwich dan susu hangat masing-masing 2 buah. Tapi jangan bilang….”

“Dari, Bos?” tebak Alfa. Dibalas dengan lirikan tajam lelaki yang hari ini wajahnya tampak ceria.

“2 aja, Bos, bukan 3?” Morgan acuh tak acuh.

“Saya lapar juga Bos, belum sarapan….” Dengan tampang memelas dia memegangi perutnya yang tampak rata.

“Huh…” Morgan mendengus, pura-pura kesal dengan tingkah sekretarisnya itu.

“Ya udah, sana beli.”

“Siap.... Makasih, Bos.” Alfa segera meninggalkan ruangan, lalu bergegas menuju salah satu franchise Korea yang menjual sandwich. Pria yang ditinggalkan hanya senyam-senyum melihat kelakuan manja Sekretarisnya. Kemudian perhatiannya kembali teralihkan pada wanita di sebrang ruangan. Kali ini wanita itu tampak serius menatap laptop.

“Pekerjaanku nggak akan beres jika begini terus,” gumam pria itu seraya membuka kembali berkas yang tadi sempat ditutup. Dia mulai memeriksa beberapa report yang harus mendapatkan persetujuannya.

Purple kaget saat tiba-tiba ada pria yang menaruh sebuah plastik di atas mejanya. Saat dirinya mendongak, pria itu menundukkan kepala sambil berbisik, “Ini untuk Ibu sebagai ucapan sambutan telah bergabung di perusahaan ini.” Purple tersenyum paksa lalu mengangguk pelan seraya mengucapkan terima kasih.

Langkah panjang laki-laki itu hanya memerlihatkan punggungnya yang kekar. Sepanjang menuju ruangan, pria itu menyapa setiap karyawan yang dijumpainya.

“Ternyata dia memang ramah pada semua orang,” gumam Purple sambil menganggukkan kepala pelan. Lalu segera membuka isi dalam plastik.

“Wah, ini sandwich kesukaanku.” Kegembiraan Purple terasa lengkap saat melihat ada juga sebotol susu hangat. Kenapa dia tahu sandwich kesukaanku? Dia juga tahu aku lebih suka susu di pagi hari daripada teh atau kopi. Ah…, aku tahu ini bukan dari Alfa. Purple tersenyum tipis.

Sambil mengunyah sandwich, Purple kembali fokus melihat beberapa hal yang sudah dia ketik. Memeriksa dengan detail apakah ada yang terlewat. Sesekali dia menekan ikon save yang ada di barisan atas program microsoft wordnya.

“Alhamdulillah… kenyang.” Ucapannya diikuti gerakan mengelus perut seolah sedang hamil muda. Tentu gerakan lucu itu kembali mengundang senyum pria yang kembali memerhatikannya seraya mengunyah sandwich juga.

“Tingkahmu bikin aku kenyang walau nggak sarapan,” gumam Morgan tanpa sadar.

“Kenapa, Bos?” tanya Alfa yang duduk di sebrang meja.

“Ehem, bukan apa-apa.” Morgan tampak mengubah posisi duduk menjadi serius kembali. Malu mengakui jika dia sedang bersikap di luar kebiasaannya.

Tik tok tik tok tik tok

Ruangan besar yang hanya berisi dua orang pria itu hanya terdengar suara jarum jam yang terus bergerak. Sudah menjelang jam istirahat, tapi dokumen yang menggunung seakan tak ada habisnya.

“Al, panggil manager marketing ke sini.”

“Baik, Pak.”

Tak ada 5 menit, terdengar seseorang mengetuk pintu.

“Silakan duduk.” Morgan menunjuk sofa yang ada di tengah-tengah ruangan.

“Baik, Pak.” Walau sikapnya tampak tenang, hati pria itu sungguh berdebar-debar. Berusaha menebak kesalahan apa yang diperbuat hingga dipanggil atasannya.

“Bapak tahu, kan, jika tim marketing itu adalah ujung tombak perusahaan?”

“Tahu, Pak.”

“Jika tim marketing tidak dapat mendongkrak penjualan, maka perusahaan ini bisa mati perlahan. Dan mungkin bisa saja dalam hitungan bulan perusahaan ini bisa gulung tikar. Dampak dari itu Bapak tahu? Bapak dan yang lainnya bisa di-PHK.” Lawan bicaranya hanya dapat tertunduk lesu dan sesekali mengangguk.

“Saya beri waktu 3 bulan. Jika tim marketing tidak dapat melakukan terobosan dan meningkatkan penjualan, saya akan rombak besar-besaran. Bisa jadi ada tambahan member, pergantian member, atau bahkan pergantian atasan. Agar hal itu tidak terjadi, saya harap Bapak bisa menunjukkan peningkatan kinerja dalam waktu yang saya berikan tersebut.”

“Baik, Pak.”

“Apa mungkin Bapak ada kendala dalam bekerja?”

“Tidak ada, Pak. Hanya saja mungkin karena tim ini merangkap jadi tim sales juga. Di samping memikirkan konsep marketing kami juga harus turun ke lapangan untuk selling. Jadi saya harap tim marketing lebih bisa difokuskan ke satu hal, Pak.”

Tak tak tak tak

Morgan mengetukkan pulpen ke atas meja seraya berpikir.

“Tim marketing ada berapa orang?”

“10 orang, Pak.”

“Bagi jadi dua tim. Satu tim marketing, satu tim sales. Beri mereka pemahaman dan penjelasan struktur baru ini. Per besok saya harap sudah mulai bekerja dengan tim yang baru dibentuk tersebut.”

“Baik, Pak.”

“Cukup itu saja, silakan kembali bekerja.” Pria itu meninggalkan ruangan.

“Banyak banget PR yang mesti aku bereskan. Kamu beli perusahaan apa toko kelontong, sih, Al? Toko kelontong aja rasanya lebih simple dari ini.”

“Pffttt….” Alfa tak dapat menahan tawanya.

“Bapak mau segelas kopi?”

“Boleh….”

Saat di pantry dia bertemu dengan Purple. Wanita itu ingin melakukan hal yang sama karena matanya mulai terasa mengantuk melihat deretan angka di komputer.

“Mau saya buatkan sekalian, Pak?” Pria itu menolak dengan alasan jika nanti takarannya berbeda, maka bosnya bisa marah.

Drttt….drttt….drrrtt

Alfa merogoh kantong jas berisi hp yang baru saja bergetar.

“Kamu bikin kopinya di mana?”

“Di pantry, Bos.”

“Oh… kirain di Maroko.” Tut

“Tuh, kan, baru juga diomong.”

“Kenapa?”

“Ibu tahu nggak dia ngomong apa?” Alfa menirukan ucapan Morgan tadi yang membuat Purple tertawa terbahak-bahak.

“Bapak mau pakai kopi ini? Belum saya minum, kok. Baru aja diseduh. Rasio gulanya 2 banding 1.”

“Wah, kebetulan sama banget dengan selera Bos. Boleh saya bawa?”

“Boleh, silakan. Saya bisa bikin lagi.” Alfa meninggalkan Purple setelah mengucapkan terima kasih.

Purple kembali membuat kopi. Kali ini dia ingin membuatkan 2 kopi. Satu untuk Alfa yang tadi belum sempat bikin.

“Segelas kopi saya taruh di pantry untuk Bapak.”  Alfa tersenyum melihat chat yang baru saja masuk.

“Kenapa senyum-senyum?” tanya Morgan yang duduk di hapadannya.

“Itu tadi saya ketemu bu Purple di pantry dan tahu saya belum sempat bikin kopi jadi dibikinin sekalian.”

“Uhuk.” Morgan kesedak kopi yang baru saja diteguknya.

“Apa kamu bilang? Siapa yang bikin?”

“Bu … Purple. Kenapa, Bos?” Morgan hanya terdiam, tapi wajahnya terlihat merengut tak senang.

“Kopi yang Bos minum juga buatan dia, kok. Nggak usah cemburu, gitu.” Alfa berbisik menggoda atasannya lantas berlalu.

Morgan yang tadinya sempat tak senang mendadak senyam-senyum mendengar ucapan Alfa barusan. Sehabis menyeruput kopi, jarinya berputar di tepi cangkir membayangkan wanita yang tadi membuatkannya.

Related chapters

  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 3

    “Kakak …. Aku pulang dulu, ya.” Pamit Jihan-salah satu karyawati yang ceria dan humoris saat melintas di samping meja Purple. Wanita itu membalasnya dengan senyuman manis. “Iya, bye….”“Kerjaan Ibu masih banyak?” tanya Dilan-karyawan junior di tim marketing. Purple mengangguk lemas. Melihat wanita itu udah kehabisan tenaga, Dilan berinisiatif menawarkan bantuan agar pekerjaannya cepat selesai dan bisa pulang bareng.“Hmmm … nggak usah. Kamu bisa pulang duluan.”“Beneran nggak apa saya tinggal pulang? Atau saya temani Ibu aja, ya, saya juga nggak buru-buru, kok.” Dilan masih bersikeras tak enak mau pulang lebih dulu.“Serius nggak usah Dilan, saya malah nggak bisa fokus kerja kalau ditungguin.” Purple melempar senyum kecil.“Lagipula masih ada pak Alfa dan bosnya di sana.” Kepalanya mengarah ke ruangan yang masih menyala. Akhirnya Dilan menyerah. Dia pulang terlebih dulu. Namun sebelum pulang dia membelikan minuman cokelat hangat untuk menemani Purple bekerja agar tidak mengantuk.Puk

    Last Updated : 2024-07-30
  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 4

    Udara dingin menembus kemeja biru yang dikenakan Purple. Dia berusaha menghangatkan diri dengan mendekapkan kedua tangannya ke dada. Karena tadi pagi pergi dengan terburu-buru, dia lupa tidak membawa sweater. Ditambah dia mengenakan rok mini yang membuat bulu kuduknya merinding saat angin berembus.Beberapa kali dia memerhatikan kendaraan yang melintas di depannya. Sudah 30 menit berlalu dan belum ada tanda-tanda kedatangan seseorang yang ditunggu. Baterai gawai-nya pun habis saat dia akan menelepon orang itu.Sementara itu di tempat yang tak jauh dari Purple berdiri ada sebuah mobil sedan putih yang sedari tadi memerhatikannya. Selama 30 menit pria itu masih diliputi rasa gundah dan bimbang. Berusaha menenangkan diri dengan mengetukkan jarinya di atas setir. Pertanyaan, “Ajak bareng, nggak?” terus memenuhi pikirannya. “Kalau aku anterin pulang nanti dia salah paham dikira aku udah maafin dia. Emang aku cowok apaan?”Tapi pertanyaan itu diabaikan saat dia melihat kondisi wanita di dep

    Last Updated : 2024-07-30
  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 5

    Morgan melepas asal sepatu dari kakinya. Melonggarkan dasi di lehernya dengan kasar, lalu menuju sofa. Brak! Dia menghentakkan kepalan tangannya ke atas meja dengan sorot mata berapi-api.Sial! Bisa-bisanya gue tergoda lagi sama perempuan itu. Jelas-jelas dia sudah bersuami.Dia merebahkan badannya ke sofa seraya memijat pelan pangkal hidung. Matanya terpejam. Dan tak terasa matanya tiba-tiba terasa sembab.Bodoh banget gue. Segitu hebatnya dia sampai bisa bikin gue jadi kayak gini. Tuhan … tega sekali Engkau hukum aku seperti ini. Aku pernah tulus mencintainya dan dengan susah payah aku berusaha melupakan. Tapi dengan takdir-Mu aku bertemu lagi dengannya secepat ini. Dan bodohnya aku sempat merasa berdebar lagi saat di dekatnya. Aku harus bagaimana Tuhan?Drttt ….Getaran gawai Morgan membuyarkan lamunannya.“Pak, sudah makan? Mau dipesenin makan apa?”“Gak usah, Al. Lagi males makan.”“Nanti sakit, Pak.” Morgan kembali meletakkan gawainya lalu menuju kamar mandi. Tak ada niatan untu

    Last Updated : 2024-07-30
  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 6

    “Pagi, Pak.”Para karyawan yang semula serius dengan pekerjaan masing-masing segera bangkit dari duduknya. Mengucap salam pada bosnya yang baru menunjukkan batang hidung pada pukul 10 pagi. Padahal tim marketing sudah menunggu sejak satu jam yang lalu.Morgan ditemani Alfa segera menuju ruang meeting.“Maaf, saya terlambat,” ucapnya sambil berjalan menuju seliri yang telah disediakan.“Langsung saja, ya. Secara garis besar mungkin sudah disampaikan oleh manajer kalian. Dengan pembagian tugas yang jelas ini saya harap kinerja tim pemasaran bisa lebih baik lagi.” Netra Morgan memerhatikan dengan saksama semua peserta meeting yang terlihat tegang.“Saya sudah menerima laporan penjualan perusahaan selama beberapa bulan ini dan tidak ada perubahan signifikan. Hasilnya ya, segitu-segitu aja.” Morgan menarik napas dalam.“Sebuah perusahaan jika ingin maju harus menaikkan angka penjualannya. Saya rasa tim pemasaran tahu betul akan hal itu. Jadi, saya ingin setiap minggu manajer ada laporan pro

    Last Updated : 2024-09-02
  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 7

    "Mood Bapak udah baikan?” sindir Purple seraya menutup rancangan gambar yang masih harus direvisi lagi. Morgan memilih bungkam.Semilir angin berembus dari air conditioner yang mengarah ke tempat duduk mereka membuat suasana makin canggung dan kaku. Sesekali tercium wangi lavender dari pengharum ruangan yang tergantung pada alat pengatur suhu ruangan itu.Melihat Morgan yang tetap bungkam, Purple memiringkan kepala, menatap lekat-lekat pria itu. Memerhatikan dengan saksama setiap sentuhan Tuhan pada makhluk yang sangat tampan itu. Semua masih sama seperti dulu. Mata almond yang membuat lawan bicaranya bertekuk lutut serasi dengan alis tebal di atasnya. Dan jika diperhatikan dalam-dalam, hidung buttonnya selalu menjadi bagian paling manis di antara bagian lainnya.“Kenapa?” Purple menggeleng.“Bibir Bapak seksi.”Deg!“Ehem ….” Sungguh sebuah kalimat di luar dugaan. Entah sejak kapan wanita yang dulu dikenal kalem jadi sevulgar ini. Apa karena dia sudah menikah jadi bebas bicara hal-hal

    Last Updated : 2024-09-03
  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 8

    “Kamu cemburu?” Purple berjalan pelan menuju meja Morgan yang pura-pura serius dengan pekerjaannya.“Mau gak dengerin penjelasan aku dulu?” Wanita itu memberanikan diri menyentuh jari kelingking kiri Morgan.Deg! Hati Morgan kembali goyah hanya dengan sentuhan kecil seperti itu.“Pria yang semalam menjemputku namanya Rudra. Dia teman masa kecilku sekaligus tetangga.” Morgan menghentikan tangan kanannya yang sedari tadi sibuk dengan mousenya. Sambil mengatakan itu Purple kembali menyentuh jari manis Morgan.“Sejak kecil kita selalu main bareng, sekolah pun berangkat dan pulang bersama. Dia juga suka kumintain tolong buat jemput kalau aku pulang malam. Kadang juga berangkat kerja bareng.” Kali ini jemari Purple sudah menyentuh jari telunjuk Morgan.“Nanti kalau ada waktu aku kenalin sama dia biar kamu gak cemburu lagi.” Purple berhasil mengenggam jemari Morgan seluruhnya lalu mengenggamnya. Membuat pria itu mati kutu.“Aku bisa ceritain lebih banyak lagi tentang dia kalau kamu mau. Yang

    Last Updated : 2024-09-05
  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 9

    Suasana di dalam mobil begitu hening hingga membuat kedua orang yang baru selesai mengisi perut di sebuah restoran seafood itu merasa canggung. Tak ada topik yang bisa dijadikan bahan obrolan.“Kapan kekasihmu akan ke Indonesia?” Morgan mengangkat bahunya.“Kalian gak ada niat buat putus?” Hampir saja Morgan menginjak pedal rem mendadak mendengar pertanyaan mengejutkan itu. Benar-benar gadis random yang tak bisa ditebak isi pikirannya sama sekali. Dia pikir dengan berpura-pura memiliki pacar, gadis di sampingnya ini akan berhenti menggodanya dan cemburu, ternyata pemikirannya justru sebaliknya.“LDR itu berat, lho. Mending cari yang lain aja, yang sudah teruji kesetiaannya. Nanti kalau di sana dia selingkuh juga gimana? Kamu gak takut?”“Mana mungkin keponakanku yang masih balita itu bisa selingkuh?” batin Morgan menahan tawa.“Aku lebih takut pada wanita yang sudah kudampingi bertahun-tahun tiba-tiba berkhianat dan akan menikah dengan pria lain.”Purple merapatkan bibirnya, sebelum a

    Last Updated : 2024-09-08
  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 10

    “Al, reschedule meeting dengan supplier kopi di Lampung. Kalau bisa besok.” Instruksi bosnya saat jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam. Entah ada apa dengan atasannya itu, tapi sejak bersua kembali dengan mantan pacarnya yang bikin gagal move on, mood-nya naik turun tak menentu. Seperti wanita yang lagi PMS.Padahal kemarin saat dirinya mengajukan jadwal pertemuan dengan supplier lebih cepat dengan tegas bosnya itu menolak karena berbagai alasan. Sekarang tiba-tiba memberikan perintah yang tak masuk akal. Ingin sekali rasanya berteriak jika tak ingat sudah tengah malam.Dia kembali meraih telepon genggam yang tadi sempat dilemparkan ke tilam sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Membuka aplikasi chat lalu mengetikkan sebuah nama yang beberapa hari lalu dia hubungi untuk mengatur ulang jadwal pertemuan dengan bosnya. Saat menemukan kontak wanita itu dan masih berstatus online, Alfa merasa Tuhan menyelamatkan dirinya dari teriakan maut bosnya besok pagi andai reschedule gagal.“Malam Ibu

    Last Updated : 2024-09-09

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 27

    Selangor, Malaysia – 09.00 pagi“Sial!” umpat Morgan setelah mematikan sambungan telepon dari sang kekasih. Walau tadi dia berusaha tenang dan menyembunyikan rasa cemburunya tetap saja dia merasa was-was jika sudah menyangkut sahabat kecil dari kekasihnya itu.Alfa yang berdiri di sampingnya tak berani menanyakan apa yang tengah membuat bosnya mendadak kesal saat meeting akan dimulai beberapa menit lagi.“Al, kita usahakan meeting ini selesai secepat mungkin. Ga usah terlalu banyak basa-basi. Jika pihak mereka banyak permintaan kita cari investor lain.“Baik, Pak.”Ting.Bersamaan dengan itu pintu lift terbuka, keduanya menuju ruangan ujung sebelah kanan, tempat berlangsungnya meeting yang akan menguras banyak waktu.Samarinda, IndonesiaSaat Purple akan membuka pintu mobil hitam yang mengantarkannya sampai depan rumah, Rudra bertanya, “Akankah hubungan kita berubah?”“Kalau udah tahu hubungan kita gak akan sama seperti dulu lagi, bukankah sebaiknya gue ngak perlu tahu gimana perasaan

  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 26

    Chapter 26Tin … tinSuara klakson dari sebuah mobil hitam yang terasa sangat familiar menarik perhatian Purple yang tengah berdiri di pinggir jalan menunggu taksi dengan tangan menenteng sebuah koper. Dia akhirnya memilih pulang sendiri karena Alfa hari ini sakit dan pacarnya mendadak harus ke Malaysia untuk negoisasi harga dengan customer barunya.“Masuk,” perintah laki-laki dari dalam mobil setelah kaca bagian penumpang terbuka. Sebelum memutuskan untuk mengikuti perintah laki-laki itu, Purple mengangkat kopernya. Sebagai kode minta tolong agar supir ganteng itu mau menaruh kopernya di bagasi. Begitu sang supir keluar dari mobil dan mengambil alih koper dari tangan Purple, sang pemilik justru dengan santainya masuk ke dalam mobil.“Lo habis dari mana?” tanya Purple seraya memakai sabuk pengamannya.“Abis service monitorku rusak.”“Oh ….” Setelah mengucapkan sepatah kata itu Purple menyandarkan kepalanya dan perlahan menutup mata.“Lo habis dari mana? Berhari-hari ngak bisa dihubungi

  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 25

    Chapter 25Lebih baik dari perkiraan, ternyata tak sampai seminggu luka Morgan sudah mengering. Lima hari berlalu begitu saja tanpa terasa. Seperti sebelumnya, Purple tetap tekun dengan pekerjaannya. Sama sekali tak goyah dengan rengekan Morgan tiap kali wanita itu ingin berangkat kerja. Dan entah disengaja atau memang benar sibuk, Purple selalu pulang malam. Itulah yang ada di pikiran Morgan tiap kali pacarnya pulang jam 19.00 WITA.Aktivitasnya yang begitu padat membuat rumah Morgan hanya jadi tempat persinggahan untuk tidur. Tiap selesai memberikan obat dan mengganti perban, mereka mengobrol ringan. Kadang Purple tertidur saat obrolan mereka belum berakhir. Dan seperti biasa Morgan hanya dapat menahan hasratnya selama beberapa hari itu dengan amat tersiksa. Apalagi saat wanita itu tertidur di bahunya dengan hanya mengenakan tank top dibalut outer tipis. Outer berbahan satin yang kadang terbuka tanpa sengaja seakan terus mengejek dirinya ya

  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 24

    Chapter 24Selepas kepergian Desi yang berhasil membuat mood-nya berantakan, Purple membereskan sisa sarapan yang baru dia makan setengah. Dia buang sisanya karena nafsu makannya hilang seketika. Menutup jatah sarapan Morgan dengan tudung saji di atas meja makan, lalu pergi ke kamar mandi.30 menit kemudianKeluar dari kamar mandi Purple merapikan sedikit bagian dapur yang berantakan. Membuang sampah yang berserakan di meja, menaruh beberapa makanan dan minuman ke dalam kulkas, terakhir dia manyapu dan mengepel lantai agar terlihat bersih. Kemudian menuju kamar tidur mengambil shoulder bag-nya. Mengeluarkan beberapa buah peralatan make up yang akan dia gunakan untuk merias diri.Merasa penampilannya sudah sempurna dengan baju kasualnya, Purple menghampiri Morgan yang masih tertidur. Mengecup kening pria itu sambil berkata, “Aku berangkat kerja, ya.” Diikuti senyuman tipis di bibirnya yang berwarna peach.

  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 23

    Samarinda-Sinar baskara yang menerobos gorden putih di kamar tidur Morgan membuat mata Purple terasa silau. Dia mengerjap untuk sesaat. Berusaha menyadarkan diri bahwa ini adalah kali pertama dia tidur di rumah seorang pria yang bahkan tidak pernah terpikir sedikit pun mereka akan bertemu lagi setelah sekian lama. Sebuah takdir yang sulit dipercaya. Di tengah keputus asaannya dulu mencari cinta yang hilang ternyata Tuhan sudah mengatur waktu yang paling tepat bagi mereka untuk bertemu kembali. Entah takdir atau kebetulan, dia tetap merasa bersyukur.Purple memiringkan badannya ke kanan. Mengamati dengan saksama durja rupawan seorang pria yang menemaninya tidur semalam. Setiap pahatan indah dalam diri pria itu seakan tak memiliki cela di dalamnya. Dalam tuturnya yang lembut dan setiap perlakuan terhadap dirinya penuh dengan perhatian serta pertimbangan. Agar tak menyakiti atau melukai. Menggambarkan dengan jelas perasaan takut kehilangan dan ditinggalkan seperti dulu.S

  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 22

    Ruangan yang semula dipenuhi suara erangan Purple mendadak berubah hening karena kepergian dua manusia itu ke tempat yang berbeda. Purple memutuskan untuk membersihkan diri, sementara Morgan memilih untuk menahan gairah yang tadi sempat membara dengan menyulut sebatang tembakau di teras rumah. Hanya itu satu-satunya pelarian yang tersisa mengingat dia sudah bertekad untuk tak menjadi pecandu alkohol lagi dan hidup lebih baik demi wanita yang dicintainya.“Kenapa merokok? Kondisimu kan lagi ngak baik.” Suara lembut wanita yang muncul di belakangnya membuat Morgan kaget. Buru-buru dia membuang rokok yang baru terisap setengah itu dengan asal, lalu menyeka bibirnya agar tidak terlalu bau.“Apa ada hal buruk sampai kamu merokok lagi?” Morgan menggeleng.“Aku hanya sedang melampiaskan hasrat yang tak tersalurkan. Kamu tahu, kan aku ini pria dewasa dengan usia yang tepat untuk menyalurkan hasrat.”Deg!Purple tahu betu

  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 21

    Peringatan: Konten ini mengandung adegan dewasa, seperti pakaian minim, konsumsi minuman keras, rokok, adegan intim, adegan lainnya yang tidak sesuai untuk pembaca di bawah umur. Bagi pembaca di bawah umur, atau tidak nyaman dengan hal tersebut, tidak dianjurkan untuk membacanya.Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WITA. Langit yang semula terang perlahan meredup. Diiringi matahari yang berangsur membenamkan diri. Usai membantu Morgan merapikan diri, Purple kembali ke dapur. Memanasi sisa sayur tadi siang yang masih banyak, lalu memasukkan baju-baju kotor ke keranjang di samping mesin cuci.“Sayurnya udah kupanasin, nanti kalau mau makan tinggal ambil aja.”“Memang kamu mau pergi ke mana?”“Aku mau beresin barang-barangku dulu, besok pagi baru ke sini lagi.”Raut wajah Morgan terlihat tak senang mendengar pernyataan kekasihnya.“Aduh …,” teriak Morgan tiba-tib

  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 20

    Belum puas dengan ciuman yang berlangsung hampir 20 menit, Morgan dengan terpaksa mengakhirinya.“Jika aku tak berhenti sekarang mungkin akan terjadi hal di luar batas kendaliku. Sebab aku sudah tak bisa menahannya lebih lama lagi. Apa kamu tetap ingin meneruskannya?”Purple terlihat kebingungan dan terdiam untuk beberapa saat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menggeleng. Morgan justru tersenyum melihat reaksi Purple yang tampak malu-malu.“Aku tahu kamu akan menolak, maka dari itu aku menanyakannya terlebih dulu. Karena aku sangat menghormatimu, jadi aku tak akan melakukan hal-hal yang nantinya akan membuatmu membenciku. Terima kasih sudah membantuku keramas.” Purple mengangguk. Entah kenapa dia berubah jadi lebih kalem.“Ka…mu ngak ma…rah?”“Marah? Ngak, tuh. Marah kenapa?”“Karena aku ….”“Justru aneh kalau kamu mau melakukannya sekarang seba

  • Terjerat Pesona Sang Mantan   Chapter 19

    Selesai memasak bersama keduanya duduk di ruang makan. Satu persatu Purple meletakkan makanannya di atas kenap. Sementara Morgan tak sabar ingin menyantap makanan yang dibuat Purple seraya memegangi sendok dan garpu di kedua sakalnya. Terakhir, tak lupa Purple mengambil air mineral dingin beserta dengan dua buah gelas untuk mereka minum.Usai berdoa, kedua serempak berucap, “selamat makan.”Piring yang berisi tumpukan nasi mulai dihiasi dengan lauk pauk dan sayur yang baru saja matang. Purple memutuskan memasak baby buncis bumbu bawang putih dan ayam goreng terasi.“Hmmm ….”“Gimana rasanya? Enak ga?” Morgan tak bisa menjawab pertanyaan Purple karena mulutnya dipenuhi makanan. Dia hanya bisa memberikan isyarat dengan mengacungkan jempol.“Khas Purple sekali. Aku kangen banget masakanmu.” Pernyataan Morgan itu entah mengapa membuat Purple merasa terharu.“Makan yang banyak,

DMCA.com Protection Status