Share

Malam bersama Liam

Author: Arsyla Adiba
last update Huling Na-update: 2025-04-21 00:01:14

Pov Alexa

Setelah menerima pesan dari Gavin, Alexa hanya bisa termenung di kamar. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan yang tak terjawab.

“Padahal sekarang hari libur,” gumamnya pelan sambil menatap layar ponsel di tangannya. “Pekerjaan apa sih, Vin, sampai kamu nggak pulang malam ini?”

Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Suara pintu kamar yang terbuka pelan membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Ia segera menoleh, mengira Gavin sudah pulang. Namun, yang muncul di ambang pintu justru Liam.

“Kak Liam?” tanya Alexa.

“Gavin belum pulang?” tanya Liam, memecah keheningan malam.

Alexa mengangguk sambil menghela napas. “Iya, Kak. Katanya ada pekerjaan mendadak,” jawabnya pelan, nada suaranya terdengar lelah dan sedikit ragu.

“Kalian kan sekantor. Apa Kak Liam tahu pekerjaan apa yang dimaksud Gavin?” tanyanya.

Alexa menatap Liam, seolah berharap menemukan jawaban yang bisa menenangkan hatinya. Namun, Liam hanya menggeleng pelan. “Aku nggak tahu, Lex,” ucapnya dengan na
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Bayangan Masa Lalu

    Gavin menuruni anak tangga dengan dasi biru langit yang sudah terikat rapi di lehernya. Ia menatap layar ponselnya tanpa sedikit pun melirik Alexa yang sibuk menyiapkan sarapan di meja makan."Pagi," katanya singkat, tanpa usaha untuk terlihat ramah.Alexa tersenyum tipis meski hatinya terasa perih. "Pagi juga, Gavin," balasnya sambil menata pancake hangat, telur orak-arik, dan secangkir kopi hitam favorit suaminya di meja makan.Gavin duduk di kursi, langsung melanjutkan mengetik pesan di ponselnya tanpa melihat sarapan yang telah tersaji. Alexa mencoba mencairkan suasana. "Kamu pulang larut lagi malam ini?" tanyanya pelan, berharap setidaknya mendapat sedikit perhatian.Tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya, Gavin hanya mengangguk. "Ya, ada kerjaan." Jawabannya terdengar datar, seolah itu hal yang tidak perlu didiskusikan.Alexa terdiam, berusaha menyembunyikan rasa kecewanya. Jawaban itu sudah terlalu sering ia dengar. Keheningan mengisi ruang makan, hanya diiringi suara sendo

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Makan Malam Tanpa Gavin

    Sore telah tiba, dan Alexa baru saja selesai mandi. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil berjalan ke arah kamar. Tubuhnya terasa segar setelah berkeringat habis memasak untuk makan malam. Ia melirik jam dinding di ruang tengah. "Kak Liam pasti akan sampai sebentar lagi," gumamnya. Alexa memastikan dirinya sudah rapi, mengenakan dress sederhana berwarna pastel yang nyaman namun tetap terlihat sopan. Ia melangkah ke dapur untuk mengecek kembali masakannya. Aroma sup ayam yang hangat dan lauk-pauk lainnya masih memenuhi ruangan. Alexa merasa lega semua sudah siap. "Semoga dia merasa nyaman makan malam pertama di sini," ucap Alexa sambil menyusun piring-piring di meja makan. Suara bel pintu tiba-tiba terdengar, menghentikan aktivitas Alexa yang sedang sibuk memastikan semua meja makan sudah tertata rapi. Ia langsung bergegas menuju pintu depan. Saat membuka pintu, Alexa melihat seorang pria tinggi dengan rambut hitam rapi, mengenakan jas kasual dan membawa koper besar

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Kerinduan

    Setelah selesai makan, Alexa mulai membersihkan dapur. Liam, yang awalnya diminta untuk tidak ikut membantu, tetap bersikeras ikut membereskan. "Kak Liam, nggak perlu repot-repot. Saya bisa sendiri kok," ucap Alexa, berusaha mencegah. Namun Liam hanya tersenyum. "Alexa, aku nggak bisa diam saja melihat kamu kerja sendirian. Anggap saja ini bagian dari rasa terima kasihku atas makan malam yang enak tadi." Alexa menyerah dan membiarkan Liam membantunya. Bersama, mereka mencuci piring, mengelap meja, dan merapikan peralatan makan yang sudah selesai digunakan. Suasana dapur terasa tenang, hanya diiringi suara piring dan sendok yang beradu lembut. Saat selesai, Alexa membuka pembicaraan untuk mengisi keheningan. "Katanya Kakak mau kerja bareng Gavin, ya?" tanyanya sambil melipat kain lap dan meletakkannya di sudut meja. Liam mengangguk sambil menyeka tangannya dengan handuk. "Iya. Gavin bilang dia butuh bantuan untuk beberapa proyek besar di perusahaan. Aku pikir, ini juga kesempatan b

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Kesunyian Yang Mengusik

    Suara dering ponsel Gavin memecah keheningan kamar, membuatnya langsung menghentikan aktivitasnya. Gavin menghela napas pelan, lalu bangkit dari ranjang untuk mengambil ponselnya yang tergeletak di meja.Alexa yang sedang berbaring menatapnya sekilas, merasa jengkel. "Ponselmu lagi?" tanyanya dengan nada datar, mencoba menyembunyikan rasa kesalnya."Ya," jawab Gavin singkat tanpa menoleh. Ia melihat layar ponsel dan wajahnya berubah serius."Siapa?" tanya Alexa lagi, suaranya sedikit menuntut."Klien," jawab Gavin dingin sambil mengangkat telepon. Ia berjalan menjauh tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.Alexa menatap punggung Gavin dengan perasaan campur aduk. Dari tempat tidur, ia bisa mendengar potongan percakapan Gavin yang terdengar formal dan penuh perhatian, seperti biasa saat berbicara dengan klien.Setelah beberapa menit, Gavin kembali ke kamar dengan ekspresi datar. Ia meletakkan ponselnya di atas meja tanpa berkata apa-apa."Serius, Gav? Bahkan di rumah, kamu masih sibu

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Bayang-bayang Masa Lalu

    Pov Liam Suara mobil yang terdengar dari luar jendela membangunkan aku dari lamunan. Aku mendekat ke jendela kamar dan melihat Gavin baru saja tiba, tampak lelah namun tetap sigap dengan pekerjaannya. Aku menggelengkan kepala, tak heran dengan sikapnya yang selalu gila kerja. Berbeda denganku, yang lebih memilih menikmati hidup dan waktu yang ada. Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu kamar tertutup. Aku tahu, Gavin pasti sudah masuk ke kamar bersama Alexa. Sesaat, aku merasa canggung, entah mengapa, meski aku tak tahu harus merasa apa. Bagaimana pun juga, aku adalah kakak ipar, dan Alexa adalah istrinya. Aku menghela napas pelan dan berbalik dari jendela. Jika sudah seperti ini, mungkin lebih baik aku keluar untuk mencari udara segar. Aku turun ke lantai bawah, berusaha mengusir ketegangan yang ada di tubuhku. Aku ingin membuat secangkir teh atau kopi, sesuatu yang bisa menenangkan pikiranku. Malam ini aku tidak bisa tidur, mungkin karena di pesawat tadi aku sudah tertid

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Awal baru di hari yang sibuk

    Pagi mulai menyinari rumah, cahaya lembut menembus tirai jendela, dan Alexa terbangun dari tidurnya yang tidak terlalu nyenyak. Mata yang masih mengantuk, ia menghela napas panjang sebelum bergegas bangkit dari sofa ruang tamu. Ia merasa sedikit canggung, mengingat malam sebelumnya, tetapi mencoba menepis perasaan itu. Dengan langkah pelan, ia berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri.Setelah selesai mandi, Alexa mulai menyiapkan sarapan. Sebagai istri Gavin dan tuan rumah yang baik, ia ingin memastikan hari pertama Liam bekerja bersama Gavin di rumah ini berjalan lancar. Ia membuatkan dua cangkir kopi panas, roti panggang, dan telur dadar yang sederhana namun lezat. Sambil mempersiapkan makanan, ia melirik ke jam dinding, memastikan semuanya siap sebelum mereka turun untuk sarapan.Ketika sarapan sudah siap, Alexa meletakkan piring-piring di meja makan, memastikan semuanya tertata rapi. Ia mendengar suara langkah kaki dari lantai atas, tanda bahwa Gavin dan Liam sudah bangu

    Huling Na-update : 2025-03-24
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Hari yang menyenangkan

    Setelah mereka pergi bekerja, Alexa mulai membereskan meja makan yang masih penuh dengan sisa sarapan. Piring-piring bekas digunakan Gavin dan Liam ia kumpulkan dengan hati-hati, lalu dibawa ke wastafel.Ia melirik ke jam dinding di dapur, memastikan masih ada waktu sebelum ia pergi ke gym bersama sahabatnya, Naomi. Rutinitas ke gym setiap pagi Rabu adalah hal yang selalu dinantikannya.Setelah selesai mencuci piring dan memastikan dapur dalam keadaan rapi, Alexa melangkah ke kamar untuk berganti pakaian. Ia memilih setelan olahraga favoritnya—kaus longgar berwarna pastel dan legging hitam—kemudian mengambil botol minum dan handuk kecil dari rak di sudut kamar.Saat Alexa hendak masuk ke mobil, ponselnya yang diletakkan di atas dashboard berdering. Nama Naomi muncul di layar, membuat Alexa segera mengangkatnya."Udah berangkat belum, Lex?" suara ceria Naomi terdengar dari seberang."Baru mau berangkat," jawab Alexa sambil membuka pintu mobil."Jemput aku di rumah, ya? Mobil aku lagi d

    Huling Na-update : 2025-03-28
  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Pertengkaran di malam sunyi

    Malam telah tiba, dan keheningan menyelimuti rumah. Alexa duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong, sesekali melirik ke arah jam dinding. Jarum panjang menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi Gavin belum juga pulang.Liam sudah tiba di rumah sejak dua jam lalu. Namun, Gavin masih saja belum terlihat batang hidungnya. Alexa mencoba mengusir kecemasan dengan membuka ponselnya, tetapi pikirannya tetap tak bisa lepas dari rasa gelisah yang menghantuinya."Mungkin dia lembur lagi," gumam Alexa pelan, mencoba memberi alasan pada dirinya sendiri.Namun, di sudut hatinya, Alexa tahu ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan Gavin. Masalah-masalah yang akhir-akhir ini terus mengendap di antara mereka tak lagi bisa dibiarkan begitu saja.Alexa menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia tahu pembicaraan ini tidak akan mudah, tetapi ia merasa perlu melakukannya demi hubungan mereka. Sambil menunggu, ia merapikan selimut dan memastikan kamar dalam keadaan rapi, seolah itu bisa mengu

    Huling Na-update : 2025-03-28

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Malam bersama Liam

    Pov AlexaSetelah menerima pesan dari Gavin, Alexa hanya bisa termenung di kamar. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan yang tak terjawab.“Padahal sekarang hari libur,” gumamnya pelan sambil menatap layar ponsel di tangannya. “Pekerjaan apa sih, Vin, sampai kamu nggak pulang malam ini?”Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Suara pintu kamar yang terbuka pelan membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Ia segera menoleh, mengira Gavin sudah pulang. Namun, yang muncul di ambang pintu justru Liam.“Kak Liam?” tanya Alexa. “Gavin belum pulang?” tanya Liam, memecah keheningan malam.Alexa mengangguk sambil menghela napas. “Iya, Kak. Katanya ada pekerjaan mendadak,” jawabnya pelan, nada suaranya terdengar lelah dan sedikit ragu.“Kalian kan sekantor. Apa Kak Liam tahu pekerjaan apa yang dimaksud Gavin?” tanyanya.Alexa menatap Liam, seolah berharap menemukan jawaban yang bisa menenangkan hatinya. Namun, Liam hanya menggeleng pelan. “Aku nggak tahu, Lex,” ucapnya dengan na

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Rahasia Gavin

    Pov GavinGavin duduk di dalam mobil, matanya menatap jalanan yang berlalu begitu cepat di depannya. Ia merasakan kegelisahan yang terus menghantui sejak pagi tadi. Dengan tergesa-gesa, ia menghentikan mobilnya di depan rumah dan segera keluar.Pintu rumah dibuka dengan cepat, langkah Gavin terdengar berat namun penuh kecemasan. “Amara! Di mana Zain?” serunya, suaranya penuh kekhawatiran.Amara muncul dari ruang tengah, wajahnya terlihat lelah dan cemas. “Zain di sini, Gavin. Dia masih panas,” jawabnya sambil menggendong bayi mereka yang baru berusia satu bulan.Gavin mendekat, melihat Zain yang terbaring lemah di pelukan ibunya. Wajah kecil itu terlihat pucat, matanya setengah tertutup. Gavin perlahan mengulurkan tangan, membelai kepala Zain dengan lembut.“Zain…” panggilnya pelan, seolah tak ingin mengganggu kenyamanan anaknya. Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri, meski hatinya terasa mencelos melihat kondisi putranya.Amara memandang Gavin, lalu berkata, “Kita harus segera bawa

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Ikatan yang tak terucap

    Inara, Baskara, Gavin, Liam, dan Alexa berkumpul di ruang tamu. Di sudut ruangan, koper milik Inara dan Baskara sudah siap untuk dibawa. Suasana terasa sedikit hening, seakan semua orang merasa berat untuk berpisah.“Ibu sama Ayah pamit pulang ya, Alexa,” ujar Inara dengan nada lembut. Ia mendekati Alexa, menunduk, lalu menyentuh perut menantunya dengan penuh kasih. “Nenek pamit dulu, ya. Nanti nenek kapan-kapan ke sini lagi.”Alexa tersenyum tipis, matanya mulai berkaca-kaca. “Padahal Alexa senang banget ada Ibu sama Ayah di sini. Jadi ada teman ngobrol dan nggak kesepian.”Inara melirik tajam ke arah Gavin, matanya menyorotkan teguran. “Tuh, denger ucapan istri kamu, Gavin. Dia itu kesepian di rumah sendirian. Apa kamu nggak kasihan?”Gavin menghela napas panjang, mencoba membela diri. “Kan aku kerja, Bu. Bukannya sengaja ninggalin Alexa sendirian.”Inara mendesah, mengangkat alisnya dengan ekspresi penuh sindiran. “Alasan terus. Kalau kamu memang sibuk kerja, setidaknya pikirin jug

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Pintu yang terkunci

    Malam telah tiba ketika Gavin akhirnya pulang ke rumah, sekitar lima menit setelah Liam tiba lebih dulu. Suasana di ruang makan terlihat sibuk. Inara sedang mengatur hidangan di meja makan, sementara Baskara membantu istrinya dengan membawa piring tambahan.Di dapur, Alexa yang terlihat sedikit lebih segar setelah istirahat turun dari tangga dan langsung menghampiri Inara."Bu, aku bantu, ya?" ujar Alexa lembut, menawarkan diri.Inara menoleh dan menggeleng sambil tersenyum tipis. "Gak usah, Alexa. Kamu masih perlu banyak istirahat. Duduk saja, biar Ibu yang urus semuanya."Alexa ragu sejenak, tapi akhirnya menurut. Ia melangkah pelan ke meja makan dan duduk di kursi yang biasa ia tempati. Liam yang sedang menuangkan air ke gelas menoleh ke arah Alexa.“Kamu udah mendingan, Alexa?” tanyanya penuh perhatian.Alexa mengangguk kecil. "Udah lebih baik, Kak. Makasih." Tak lama kemudian, Gavin masuk ke ruang makan, meletakkan tas kerjanya di sudut ruangan. Matanya sekilas menyapu suasana d

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Kecurigaan Inara

    Liam keluar dari kamar Alexa dengan langkah pelan, memastikan pintu tertutup rapat tanpa suara. Sesaat ia berdiri di depan pintu, menarik napas panjang untuk menenangkan pikirannya yang kalut. Kemudian, ia menuruni tangga menuju dapur, di mana aroma masakan memenuhi udara.Inara terlihat baru saja selesai memasak. Ia menoleh ketika mendengar langkah kaki Liam mendekat. "Gimana Alexa?" tanyanya dengan nada lembut, meski wajahnya jelas memancarkan kekhawatiran.Liam membuka kulkas, mengambil segelas air putih, lalu meneguknya perlahan untuk meredakan tenggorokannya yang terasa kering. "Dia sudah tidur, Bu," jawabnya singkat.Inara mengangguk pelan, tapi ekspresinya berubah menjadi serius. "Seharusnya suaminya yang jaga dia, Liam. Kenapa malah kamu yang repot? Bukannya kamu juga punya kehidupan sendiri?"Liam terdiam sejenak, menggenggam erat gelas yang ada di tangannya. Pandangannya menatap kosong ke arah dapur sebelum akhirnya ia menjawab. "Itu juga gak sengaja, Bu. Aku ketemu Alexa di

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Perhatian Liam

    Alexa dibaringkan di ranjang pemeriksaan, sementara Liam berdiri di sampingnya dengan ekspresi khawatir. Dokter, seorang pria paruh baya dengan kacamata bulat, mulai memeriksa tekanan darah Alexa dengan teliti.“Bagaimana, Dok?” tanya Liam, suaranya terdengar cemas.Dokter menatap Alexa yang tampak pucat sebelum menjawab, “Kondisinya cukup stabil sekarang, tapi tekanan darahnya sedikit rendah. Ibu Alexa, apa Anda sering merasa pusing atau lemas belakangan ini?”Alexa mengangguk pelan. “Iya, Dok. Beberapa hari terakhir, saya sering merasa pusing. Tapi saya pikir itu hanya kelelahan biasa.”Dokter mengangguk, mencatat sesuatu di buku catatannya. “Ini bisa jadi karena tekanan darah rendah yang dipengaruhi oleh stres atau kurangnya asupan nutrisi. Mengingat Anda sedang hamil, hal ini perlu mendapat perhatian khusus. Saya akan memberi resep vitamin tambahan untuk membantu menjaga stamina Anda. Dan, tolong hindari stres, ya.”Liam menyela, “Jadi, tidak ada yang serius, Dok?”“Tidak ada yang

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Antara dua hati

    Saat aku tiba di parkiran mobil, aku terdiam sejenak, memandangi setir dengan pikiran yang berputar-putar. Udara terasa berat, dan aku menarik napas panjang untuk mencoba menenangkan diri. Tanpa sadar, langkah seseorang mendekat dan suara familiar memecah keheningan.“Alexa, kamu di sini?” suara itu membuatku terkejut. Aku menoleh dan melihat Liam berdiri di dekat mobilku, wajahnya penuh perhatian.“Oh, Kak Liam,” ucapku sambil mencoba tersenyum kecil. Aku menegakkan tubuh, berusaha terlihat tenang meski dalam hati masih bergejolak.“Kamu melamun?” tanyanya lembut, alisnya sedikit terangkat.“Tidak, hanya saja…” suaraku menggantung. Aku tidak tahu harus menjelaskan apa.Liam berjalan mendekat, matanya menatapku dengan sorot serius. “Ada apa? Bicara saja padaku. Kamu tahu aku selalu ada kalau kamu butuh seseorang untuk mendengar,” katanya, suaranya penuh perhatian yang tulus.Aku mengeluarkan lipstik itu dari tas dan menggenggamnya erat. "Aku menemukan ini di saku Gavin, Kak," ucapku p

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Bayangan di balik lipstik 2

    Alexa tiba di kantor Gavin, para pegawai yang sudah mengetahui bahwa dia adalah istri atasan mereka segera menyambutnya dengan hangat."Selamat siang, Ibu Alexa," sapa salah satu resepsionis dengan senyum ramah begitu aku melangkah masuk ke lobi.Aku membalas senyuman itu dengan anggukan kecil. "Selamat siang. Gavin ada di kantornya, kan?" tanyaku, mencoba terdengar tenang meskipun pikiranku sedang kalut."Benar, Ibu. Pak Gavin sedang ada di ruangannya. Apakah perlu saya hubungi terlebih dahulu untuk memastikan beliau tidak sibuk?" tanya resepsionis itu dengan nada sopan.Aku menggeleng pelan. "Tidak perlu, terima kasih. Saya langsung ke sana saja."Dengan langkah tegap, aku berjalan melewati lorong kantor yang terasa begitu sepi. Beberapa pegawai yang berpapasan denganku menyapa dengan ramah, dan aku berusaha membalas mereka meski senyumku terasa berat.Setibanya di depan pintu ruangan Gavin, aku berhenti sejenak. Dadaku terasa sesak, dan tanganku gemetar saat hendak mengetuk pintu.

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Bayangan di balik lipstik

    Setelah selesai mandi, aku mengeringkan tubuh dengan handuk, lalu mengenakan pakaian santai. Pikiran tentang lipstik itu terus menghantui, tapi aku memutuskan untuk menyimpannya dalam hati, setidaknya untuk sementara waktu. Aku harus terlihat normal di depan ibu.Aku menuruni tangga perlahan, merasa sedikit bersalah karena ini kali pertama ayah dan ibu mertuaku menginap di rumah, tapi aku malah kesiangan dan tidak sempat menyiapkan sarapan. Saat aku sampai di dapur, pemandangan itu langsung membuat hatiku terasa hangat.Ayah mertua, Basakra, duduk di kursi ruang tengah dengan koran di tangannya, sementara ibu mertua, Inara, sibuk mencuci piring di wastafel. Ibu membalikkan badan dan menatapku.“Kamu sudah selesai mandi?” tanya Inara dengan senyum lembut.Aku mengangguk, tersenyum kecil, dan merasa sedikit canggung. “Iya, Bu. Maaf, ini pertama kalinya kalian menginap di sini, tapi aku malah kesiangan dan tidak menyiapkan sarapan untuk Ayah dan Ibu.”Inara menggeleng pelan, menatapku de

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status