Share

Chapter 57

Penulis: Vya Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mikhail merasakan sentuhan lembut bibir Astoria di ujung jarinya. Pipinya yang halus dan hangat membuat sesuatu dalam dirinya semakin sulit dikendalikan.

Detak jantungnya berdetak lebih cepat, dan tanpa bisa menahannya, dorongan untuk semakin mendekat pada wanita itu menjadi semakin kuat.

Perlahan, tanpa suara, Mikhail mulai mendekatkan wajahnya. Sedikit demi sedikit, setiap inci jarak di antara mereka semakin menghilang.

Tatapan Astoria yang dalam membingkai ketegangan yang tak terucap, tapi tak ada yang bisa ia lakukan selain tetap berada di sana, di tengah kehangatan yang kini menggantung di udara.

Mikhail tahu bahwa ia tak bisa lagi menghentikan dirinya. Dorongan itu lebih besar dari yang bisa ia kendalikan.

Dan pada akhirnya, tanpa ada jarak lagi di antara mereka, bibir Mikhail akhirnya mendarat dengan pasti di bibir Astoria.

Astoria terhenyak, tubuhnya seakan membeku dalam momen itu. Rasa hangat menyusup dari bibir Mikhail
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 58

    Astoria menunduk, wajahnya memerah karena malu. “Tak apa-apa … maafkan aku juga,” ucapnya lirih, suaranya hampir tak terdengar. Ia berusaha menyembunyikan kegugupannya, meski jantungnya masih berdetak kencang dari perasaan yang barusan meledak di antara mereka.Mikhail, yang juga merasakan kegelisahan yang sama, segera meraih mangkuk dan sendok yang tadi terjatuh.Gerakannya kikuk, seolah tak tahu harus berbuat apa untuk mengisi kekosongan yang canggung itu. “Kau … kau istirahatlah,” ujarnya, tanpa menatap Astoria langsung. “Lalu minum obat.”Suasana kamar terasa sunyi, seakan detik-detik waktu berjalan lambat, penuh dengan perasaan yang menggantung di udara. Astoria hanya bisa menatap punggung Mikhail yang bergerak cepat keluar dari kamar, membiarkannya sendirian dengan perasaan tak menentu.Mikhail, di sisi lain, melangkah tergesa-gesa menuju dapur, seakan mencari pelarian dari ketegangan yang baru saja terjadi.Di dapur, Mikh

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 59

    Mikhail mengepalkan gagang telepon lebih kuat, jemarinya hampir memutih. Kata-kata David terdengar berat, seperti beban yang semakin menghimpit amarah Mikhail."Tuan, seperti yang aku katakan di suratku, aku akan datang lagi menghadap secara satria," suara David terdengar putus asa, namun ada tekad di baliknya. Mikhail diam sejenak, dadanya naik-turun, mencoba mengendalikan perasaannya.Mata gelapnya menatap kosong ke arah jendela, di mana hujan terus turun tanpa henti, seolah mencerminkan kekacauan di dalam hatinya. Kata 'satria' yang dilontarkan David terasa seperti ejekan.Bagaimana mungkin orang yang telah mengkhianatinya dan membahayakan Astoria bisa berbicara tentang kehormatan?"Kau bicara tentang 'satria' setelah semua ini?" suara Mikhail bergetar dengan kemarahan yang ditahan, dingin seperti baja. "Setelah kau membiarkan Astoria dicelakai? Kau pikir kehormatanmu bisa memperbaiki semua ini?"Di seberang sana, David terdiam. Tidak

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 60

    Mikhail meraih tangan Astoria yang masih menyentuh bibirnya, jemarinya menggenggam lembut. Sentuhannya begitu hangat, hingga Astoria tak bisa menahan perasaan aneh yang muncul di hatinya. "Aku hanya memejamkan mata," ujar Mikhail dengan suara rendah, sudut bibirnya naik tipis, seolah menyembunyikan senyum yang ingin lebih lebar. Astoria mengerjapkan matanya, gugup tak karuan. Wajahnya terasa panas, dan dengan cepat ia berbalik memunggungi Mikhail sambil berpura-pura menguap. "Aku sangat mengantuk sekarang," ujarnya, mencoba menutupi rasa malunya. Mikhail, yang mengerti apa yang dirasakan Astoria, hanya tersenyum lebih lebar melihat tingkahnya. Dalam diam, ia mendekatkan tubuhnya ke punggung Astoria, menyusupkan lengannya ke sekeliling tubuhnya yang mungil. Astoria dapat merasakan napas hangat Mikhail di tengkuknya, membuat jantungnya berdetak semakin cepat. "Lebih baik cepat tidur, jangan sampai membuatku begadang," bisik Mikhail men

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 61

    Setelah sarapan, mereka berdua bersiap-siap untuk pergi ke rumah Paman Smith. Mikhail, seperti biasa, mengantarkan Astoria ke kamar mandi terlebih dahulu dan memastikan lantainya tidak licin. Dia selalu memastikan segala sesuatunya aman bagi Astoria yang kakinya masih terluka.Ketika selesai bersiap, mereka berjalan keluar, dan Mikhail memandang kendaraan motor trail yang terparkir di halaman.Khawatir, Mikhail menatap Astoria dengan ragu. Motor trail memang tidak dirancang untuk berboncengan, apalagi dengan seseorang yang sedang cedera seperti Astoria. "Aku tidak yakin ini ide yang bagus. Kalau tidak jadi pergi bagaimana?."Astoria yang sudah bersemangat keluar dari villa, mendengus pelan sambil memalingkan wajahnya sedikit cemberut. "Aku sudah bosan di sini, Mikhail. Aku tidak bisa diam saja seperti ini terus."Melihat ekspresi cemberut Astoria yang memancarkan tekadnya, Mikhail tak bisa menolak lebih lama. Meskipun ia tetap khawatir, ada bagian

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 62

    David melangkah mendekat dengan tatapan penuh penyesalan. "Tuan, aku datang untuk meminta maaf ..., meskipun aku tahu kau tak akan memaafkanku," suaranya terdengar bergetar, tapi ia tetap tegar di hadapan Mikhail, berharap bisa menyampaikan penyesalannya, meski tahu itu takkan pernah cukup.Mikhail berdiri kaku, rahangnya menegang. Tatapannya tajam menusuk, menembus David seperti sebuah pisau dingin yang penuh dengan amarah yang tertahan.Ia merasa percuma mendengarkan permintaan maaf yang tak ada artinya. Seseorang yang begitu dipercayanya, seseorang yang selalu berada di sisinya, ternyata sanggup melukainya sedalam ini.“Serahkan dirimu ke polisi jika kau tahu diri!” bentak Mikhail dengan suara yang dingin dan penuh amarah, sebelum berbalik tanpa memberi kesempatan David untuk membalas.Ia melangkah cepat menuju pintu villa, tak ingin melihat wajah David lagi. Setiap detik di dekat pria itu hanya membuat lukanya semakin terasa perih, seakan pisa

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 63

    Suara sirene polisi memecah keheningan di sekitar villa. Udara yang tadinya sunyi kini penuh dengan ketegangan. Lampu merah dan biru berputar-putar, menciptakan bayangan yang tak nyaman di dinding villa. David berdiri tegak, namun wajahnya menunjukkan kepasrahan. Ia tahu, waktunya sudah tiba.Jhein berdiri di sampingnya, air matanya tak henti-hentinya mengalir. “David…,” bisiknya, suaranya bergetar penuh kesedihan.David menoleh sebentar, menatapnya dengan mata sayu. "Sudah cukup, Jhein. Ini semua salahku. Kau tak perlu menangis untukku." Ia mengusap lembut pipi Jhein yang basah oleh air mata, tapi tatapannya penuh kepedihan.Sementara itu, Mikhail berdiri beberapa langkah di depan pintu villa, diam tanpa ekspresi, menonton segala yang terjadi dengan dingin. Tak ada emosi di wajahnya.Tidak marah, tidak sedih. Hanya hampa, seperti batu yang tak tergoyahkan oleh angin atau hujan.David menarik napas panjang, lalu menghadap ke arah Mikhail.

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 64

    Astoria duduk dengan santai di atas tikar yang digelar di halaman rumah Paman Smith, kakinya diluruskan dengan nyaman. Di tangannya, ia dengan telaten memotong sayuran yang akan dimasak untuk makan siang. Di sebelahnya, Bibi Smith sibuk dengan bahan pelengkap lain, sambil sesekali melemparkan cerita ringan tentang masa kecil Mikhail."Begitulah Mikhail," ujar Bibi Smith sambil tersenyum tipis, “dari dulu dia jarang tersenyum. Malah cenderung menyendiri, lebih suka diam di pojok atau menyibukkan diri dengan buku-bukunya. Tapi kalau di sini, setidaknya dia bisa terhibur. Dia bermain layang-layang di lapangan belakang, Paman Smith yang mengajarkannya naik sepeda."Paman Smith yang sedang membersihkan sayuran juga ikut menyahut. "Ya, benar. Ketika Mikhail mulai remaja, aku ajarkan dia naik motor trail itu. Dia belajar cepat sekali. Tapi, hanya di sini kami benar-benar melihatnya tumbuh seperti anak-anak lainnya, bebas dan tanpa tekanan. Di rumahnya, dia selalu dipaksa

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 65

    Di tepi kolam, suara gemericik air yang tenang mengiringi langkah-langkah mereka. Ikan-ikan kecil berkerumun di permukaan air, berenang dengan riang di antara teratai yang terapung. Mikhail membantu Astoria duduk di bangku kayu tua di samping kolam. Sesaat ia berdiri memandangi kolam, punggungnya menghadap Astoria, tangannya diselipkan ke dalam saku mantel.Meski tak berkata-kata, kehadirannya begitu terasa. Astoria merasakan kenyamanan dari keheningan itu, seolah ada percakapan yang tak perlu diucapkan.Astoria memandangi punggung Mikhail, yang tampak kokoh namun juga menyimpan banyak beban. "Mikhail ..." panggilnya pelan.Mikhail berbalik perlahan, menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dalam sinar matahari yang hangat, wajahnya terlihat begitu tenang, meski sorot matanya tetap dingin. Namun, ada kehangatan di balik dinginnya tatapan itu, sesuatu yang hanya bisa Astoria rasakan."Baru kali ini aku melihatmu tersenyum lebar." uca

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 101

    Enam bulan setelah Jerry ditangkap dan dipenjara, kantor M.J Hotel Group mulai kembali ke rutinitas yang lebih normal. David, setelah dibebaskan dari segala tuduhan, kembali ke perusahaan dan menggantikan posisi Jerry yang kosong. Kehadirannya disambut hangat oleh para eksekutif dan staf yang telah lama menunggu stabilitas kembali dalam perusahaan. Hari itu suasana kantor terasa lebih meriah dari biasanya. Para karyawan berkumpul di ruang rapat, tetapi bukan untuk diskusi bisnis. David berdiri di tengah ruangan dengan senyum penuh kebahagiaan, memegang tangan Jhein yang tampak terkejut tapi juga sangat bahagia. "Jhein, selama ini kau selalu di sisiku, mendukungku, bahkan saat aku terpuruk. Sekarang, aku ingin kau selalu berada di sisiku, bukan hanya sebagai rekan kerja, tapi sebagai pendamping hidupku," ucap David dengan nada mantap, tapi lembut sambil berlutut memberikan cincin untuk Jhein. Ruangan seketika

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 100

    Malam itu, di sebuah sudut yang gelap dan tersembunyi, Jhein berdiri sambil memperhatikan Astoria dan Jerry di kafe dari kejauhan. Matanya tajam mengawasi setiap gerakan mereka, sementara jari-jarinya dengan cepat menggesek layar ponselnya, memotret momen yang dianggapnya penting. Dia menyaksikan percakapan penuh ketegangan itu, tak luput dari satu detik pun."Maafkan aku Astoria, ini bagian dari tugasku pada Mikhail," gumam Jhein dengan suara pelan sambil mengirimkan serangkaian foto itu ke nomor Mikhail. Sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya, menunjukkan bahwa pesan telah berhasil terkirim.Di dalam kafe, Astoria sedang mencoba meyakinkan Jerry untuk merelakannya, sementara di tempat lain, Mikhail yang menerima pesan dari Jhein tidak tahu apa yang sedang terjadi.Ia membuka pesan tersebut saat tengah sibuk di kantornya, foto-foto Astoria dan Jerry dalam satu frame membuat darahnya mendidih seketika. Meski belum tahu konteksnya, perasaan m

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 99

    Malam itu, Astoria merasa lelah setelah seharian bekerja di kantor. Semua kesibukan yang menumpuk di hadapannya mulai mempengaruhi pikirannya. Mikhail masih terjebak dalam dunia kerjanya, dan meskipun Astoria mencoba untuk memahami, ada bagian dari hatinya yang merindukan kehadiran suaminya di sampingnya. Malam ini ia ada janji bertemu dengan Jerry untuk mengakhiri segalanya, dan semoga Mikhail tak salah paham. Astoria berharap semoga pertemuan ini bisa meredakan semua ketegangan yang mengganggu pikirannya. Dengan yakin ia melangkah, Astoria masuk ke sebuah kafe kecil yang terletak tidak jauh dari kantor. Suasana di dalam kafe itu hangat dan nyaman, dengan lampu-lampu redup yang memberi nuansa tenang. Aroma kopi yang segar menyambutnya, dan saat ia melangkah lebih dalam, pandangannya langsung tertuju pada sosok yang dikenalnya dengan baik, Jerry, yang sudah menunggu di sudut kafe dengan ekspresi yang sulit dibaca.

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 98

    Minggu pagi yang cerah. Astoria duduk di sebuah kafe yang tenang. Tangannya gemetar sedikit ketika menggenggam secangkir teh hangat di depannya. Ia menunggu dengan cemas, mengatur napas agar tetap tenang. Tak lama kemudian, sebuah suara berat yang sudah lama tak ia dengar memecah keheningan. "Astoria?" Astoria mendongak, dan di sana berdiri seorang pria dengan rambut yang mulai memutih. Wajah Brandon tampak lebih tua dari terakhir kali ia melihatnya, namun di balik wajah itu, ada gurat penyesalan yang tak bisa disembunyikan. "Ayah..." Astoria tak mampu menyembunyikan rasa canggungnya. Perasaan bercampur aduk antara rindu, marah, dan harapan membuatnya bingung. Ia ingin memeluk ayahnya, namun luka masa lalu masih begitu segar di hatinya. Brandon menarik kursi dan duduk di depannya. "Aku... aku tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi, Astoria, aku ingin minta maaf," katanya lirih, suaranya bergetar. Astoria hanya diam, menunggu penjelas

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 97

    Astoria memandang layar ponselnya, jantungnya berdebar kencang saat melihat foto Mikhail yang tampak rentan.Namun, seolah tak memberi waktu untuk meresapi perasaannya, pesan baru muncul di layar. Ia menatap nama pengirim dengan curiga.Ternyata itu Rose.[Astoria, suamimu mabuk parah, dia di antar pulang oleh supirku.]Mendengar kabar itu, rasa tenang seolah merayap kembali ke dalam diri Astoria. Ia menghela napas lega, Kecurigaan yang sempat terbesit di benaknya sirna seketika. Ternyata Mikhail masih tak seperti yang Jerry tuduhkan, dan yang paling penting, dia baik-baik saja.“Terima kasih, Rose,” balasnya cepat, seolah untuk menegaskan rasa syukurnya. Namun Rose tampaknya memiliki pesan lain yang ingin disampaikan.[Sama-sama, Astoria. Oh iya, ayah kita bilang dia ingin bertemu denganmu, kapan kau siap?]Astoria terhenti sejenak, merasakan aliran dingin di tulang belakangnya. Meski hatinya bergetar mendengar nama itu

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   chapter 96

    Mikhail menarik napas dalam-dalam, seolah menahan gelombang amarah yang masih tersisa di dadanya.Dia mendekat lagi, jarak di antara mereka semakin tipis. Tangannya perlahan mengangkat, jemarinya dengan lembut menyentuh wajah Astoria.Kulitnya terasa dingin di bawah sentuhan Mikhail, namun ada kehangatan aneh yang mengalir dari ujung jemarinya. Astoria terdiam, terperangkap dalam tatapan pria itu, marah, namun tak mampu benar-benar melukai.“Kau tahu, Astoria ...” Suaranya rendah, hampir berbisik, tetapi setiap kata yang keluar terasa berat, seolah penuh dengan emosi yang ia sembunyikan. “Aku masih belum bisa sepenuhnya memaafkan apa yang terjadi. Tapi itu tak berarti aku tak ingin melindungimu.”Tangannya bergerak turun, menelusuri rahang Astoria dengan pelan, nyaris ragu, sebelum berhenti di lehernya, jemarinya mengelus perlahan.“Terkadang, aku ingin marah. Tapi, pada saat yang sama, aku ingin memastikan kau baik-baik saja ... dengan c

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 95

    Astoria melangkah perlahan, mengantarkan Jhein ke kamar yang pernah menjadi miliknya. Setiap langkah terasa berat, seiring dengan pertanyaan yang terus bergulir di benaknya. Jhein berjalan di sampingnya, tanpa banyak bicara, tampak malu dan gugup setelah menandatangani kontrak dengan Mikhail. Astoria dan Jhein akhirnya sampai di kamar yang dulunya milik Astoria. "Ini... kamarmu untuk sementara waktu," ujar Astoria dengan suara lemah, mencoba tetap tenang meski hatinya bergejolak. Jhein menatap sekeliling kamar itu dengan rasa canggung. Meski kamar tersebut sederhana di Penthouse, tapi bagi Jhein itu sudah lebih dari cukup, hingga ia merasa semakin segan. Astoria meletakkan tangannya di gagang pintu, hendak berbalik meninggalkan Jhein sendirian. Namun, sebelum ia melangkah keluar, Jhein memanggilnya. "Astoria … terima kasih," kata Jhein pelan, suaranya dipenuhi dengan rasa bersalah yang dalam. Astoria hanya mengangguk kecil. "Istirahatlah. Kita bisa bicarakan ini nanti," j

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 94

    Pada akhirnya, Mikhail memutuskan untuk tidak mengantar Jhein pulang ke rumahnya. 'Dia tidak bisa kembali ke tempat seperti itu dengan kondisi seperti ini,' pikirnya. Namun, keputusannya bukan hanya soal belas kasihan. Dalam benaknya, Mikhail sudah merencanakan sesuatu. Mobil berhenti di depan penthouse, dan mereka bertiga turun. Mikhail berjalan lebih dulu, langkahnya mantap memimpin di depan Astoria dan Jhein menuju unit Penthousenya. 'Aku tak sebaik itu, tak akan memberinya secara cuma-cuma,' batinnya semakin tegas. Saat mereka tiba di penthouse, suasana terasa sunyi. Mikhail langsung menuju ruang kerjanya tanpa banyak bicara. Sebelum menghilang di balik pintu, ia berbalik dan berkata dengan nada tegas, "Ajak Jhein ke ruang kerjaku," ujarnya pada Astoria. Astoria, meskipun merasa sedikit tak nyaman dengan sikap Mikhail yang dingin, tetap mengikuti instruksi suaminya. Ia meraih tangan Jhein yang terlihat gelisah, menggenggamnya erat sambil berkata lembut, "Ayo, mari ki

  • Terjerat Pesona CEO Dingin   Chapter 93

    Astoria melangkah pelan di trotoar, menikmati hembusan angin sore yang membawa sedikit kedamaian setelah pertemuan yang emosional dengan Rose.Pikirannya masih dipenuhi oleh percakapan barusan, tentang ayahnya dan hubungan yang selama ini tersembunyi. Langkahnya lambat, dan ia berusaha menenangkan hatinya yang masih bergolak.Tiba-tiba, terdengar suara klakson dari arah samping. Astoria terhenti, menoleh dengan cepat ke sumber suara. Sebuah mobil hitam berhenti di dekatnya. Jendela mobil itu turun perlahan, memperlihatkan wajah Mikhail di balik kemudi, tatapannya serius namun terkesan tenang."Masuklah!" ajaknya dengan nada yang tenang namun tegas.Astoria membelalakkan mata. "Mi-Mikhail?" suaranya mengandung keheranan, tak menyangka Mikhail mengikutinya hingga ke sini. Meski terkejut, ia tahu benar bahwa Mikhail bukan orang yang suka diabaikan, terutama ketika ia memerintahkan sesuatu. Tanpa banyak berpikir lagi, Astoria membuka pintu dan segera

DMCA.com Protection Status