Esoknya, setelah mengantar Damian ke sekolah dan memastikan Lavanya aman ditinggal bersama Mbak Lala, Kaluna mulai membongkar seluruh laci meja kerjanya dan meneliti setiap sudut rak buku maupun rak penyimpanan lainnya di kamar.Tidak hanya membongkar kamar, Kaluna juga memastikan seluruh tempat penyimpanan barang di studio lukisnya ia teliti. Laci-laci yang sebelumnya tidak pernah ia perhatikan benar-benar, kini ia amati isinya satu-persatu.Buku-buku catatan, buku-buku bacaan, bahkan sampai tumpukan buku sketsa yang jumlahnya puluhan Kaluna periksa satu demi satu. Ia tidak akan melewatkan satu detail pun terkait perlakuan Liliana pada kedua keponakannya selama ini.Hampir lima jam berkutat di kamar dan studio lukis, sampai melewatkan makan siangnya, usaha Kaluna cukup membuahkan hasil. Karena tidak sempat menjemput Damian, ia juga akhirnya meminta Mbak Mara untuk pergi bersama Pak Rudi untuk menjemput anak itu.Kaluna berhasil menemukan satu buku catatan kecil berisi rincian kejadia
Setelah penemuan 'luar biasa' Kaluna tempo hari, ia memutuskan untuk fokus memulihkan kondisi mental Damian dan Lavanya terlebih dulu. Urusan Liliana akan ia pikirkan lebih lanjut nanti, saat Kaluna sudah punya cukup bukti untuk menuntut gadis itu.Ya, Kaluna memutuskan untuk membawa seluruh tindakan Liliana yang telah dilakukan kepada kedua keponakannya ke jalur hukum. Sepertinya itu juga yang diinginkan Kaluna dulu, hanya saja ia lebih dulu pergi menyusul sang kakak tercinta dan menyerahkan sisanya pada Kaluna saat ini.Tadi pagi ia sudah sempat bertemu dengan Bu Asma, psikolog anak yang ia pilih untuk menangani masalah psikis Damian dan Lavanya dari klinik psikologi Lapsycare. Di pertemuan pertama tadi Kaluna memang memutuskan untuk datang sendiri terlebih dahulu.Kaluna menjelaskan tentang kondisi Damian dan Lavanya, menceritakan secara detail tentang perilaku yang selama ini diterima oleh mereka. Ia memastikan untuk menyampaikan semuanya dan tidak melewatkan detail sekecil apapun
Kaluna diam-diam mengirim pesan pada Sarah untuk datang ke taman samping rumah dan membawa Damian juga Lavanya pergi ke kamar masing-masing. Tidak sampai tiga menit Sarah datang dari arah dalam rumah.Asisten Kaluna itu menyenggol bahu Liliana yang masih berdiri di ambang pintu teras cukup keras. Tubuh Liliana yang tidak siap sedikit tersentak maju.Sarah hanya memberikan lirikan datar pada wajah tak terima Liliana dan melanjutkan jalan menghampiri nyonyanya."Abang sama Adek istirahat dulu, ya. Tidur dulu bentar, tadi Abang pulang langsung main, kan," Kaluna memberi pengertian saat Sarah berdiri di sisinya.Damian dan Lavanya menurut tanpa merengek sedikit pun. Keduanya meraih tangan Sarah dan pergi dari area taman.Saat melewati Liliana, Sarah tidak memberikan kesempatan sedikit pun pada gadis tersebut untuk menyapa tuan muda dan nonanya.Liliana menggeram sambil meremas kencang rok plisket yang ia kenakan. Berani sekali pelayan rendahan macam Sarah mengacuhkan dirinya dan bertindak
Kaluna memantapkan hati sekali lagi sebelum membuka mulutnya. "Ini tentang anak-anak dan... Liliana." Kaluna bisa merasakan suaranya sedikit bergetar dan wajah Edgar berubah menjadi lebih serius. Setelah menghembuskan napas dan menjilat bibir yang tiba-tiba terasa kering, Kaluna melanjutkan kata-katanya. "Aku rasa... anak-anak nggak nyaman sama kehadiran Liliana di sekitar mereka." Mendengar itu Edgar menatap Kaluna lekat-lekat, menelisik apakah ada kebohongan atau kepura-puraan di di mata sang wanita. Tapi yang ia temukan hanya sekelebat rasa takut dan resah. "Lanjutkan," pinta Edgar dengan ekspresi lebih lunak. "... aku mulai sadar waktu kita pergi ke festival bareng-bareng dan ketemu Liliana di sana," Kaluna memeriksa apakah ada perubahan ekspresi di wajah Edgar, tapi ternyata pria itu masih tenang dan mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Kaluna. "Kamu boleh nggak percaya, Mas. Tapi aku bisa rasain tiap ka
Selesai berbicara dengan Kaluna, Edgar memutuskan kembali ke kantor untuk menemui Daniel. Ia harus mengkonfirmasi informasi yang baru saja didapatnya dari Kaluna tadi.Soal dirinya yang selama ini sering kali memberikan barang-barang branded pada Liliana.Karena hari sudah menjelang sore, Edgar butuh waktu lebih lama untuk tiba di kantor. Kemacetan ibu kota di jam pulang sekolah dan pulang kerja memang tidak bisa dihindari siapapun yang berkendara saat sore hari.Jam pulang kantor Edgar sendiri sebenarnya pukul lima sore, tapi biasanya masih banyak karyawan yang bercengkrama di kantin perusahaan, taman, atau rooftop sambil menunggu kemacetan kota mereda setelah matahari terbenam.Di tengah jalan, Edgar sudah mengabari Daniel agar asistennya itu menunggu di dalam kantornya. Edgar juga menyuruh Daniel agar seluruh karyawan yang bekerja langsung di bawah sang asisten agar tidak pulang lebih dulu.Tidak tahu saja Edgar, permintaannya tersebut membuat lima orang karyawan yang selama ini be
Liliana Revalina Johnson bukanlah gadis yang berasal dari keluarga kaya raya, bukan juga dari keluarga miskin yang nyaris tak punya apa-apa. Pendapatan ayahnya sebagai kepala divisi di salah satu cabang perusahaan PT. Mahawira Trans Utama terbilang cukup besar, dan selama ini Liliana tumbuh tanpa merasa kekurangan.Dulunya Liliana merupakan anak yang periang, cerdas, supel dan menyenangkan. Tapi semua berubah saat ia mulai menapaki pertengahan bangku SMP.Perusahaan tempat ayahnya bekerja memberikan fasilitas beasiswa penuh pada para anak kepala divisi yang berprestasi. Ayah Liliana termasuk dalam kepala divisi berprestasi saat itu, karena beliau sangat ulet bekerja.Liliana yang sebelumnya bersekolah di SD swasta kecil dekat rumahnya, setelah lulus melanjutkan ke jenjang SMP di salah satu sekolah elitedengan sponsor beasiswa dari kantor sang ayah. Dan selayaknya sekolah swastaelitepada umumnya, Liliana bergaul dengan anak-ana
Dua hari lagi Liliana akan menghadiri undangan acara malam penghargaan mahasiswa berprestasi yang diadakan oleh kampusnya. Acara tersebut akan diselenggarakan di sebuah hotel bintang lima milik keluarga Mahawira.Saat ini Liliana sedang membongkar seluruh lemari pakaiannya untuk mencari pakaian yang cocok ia kenakan di acara penting besok lusa. Sudah hampir satu jam memilih, tidak ada gaun yang dirasa cukup bagus untuk ia pakai.Liliana butuh gaun baru. Mungkin gaun koleksi terbaru dari brand Miumiu, salah satu poplin dress koleksi musim semi-panas Burberry, atau gaun sutra milik brandCeline.Untuk sepatu Liliana masih memiliki sepasang Mary Jane pump heelsbaru yang belum sempat dipakainya. Sedangkan untuk tas, ia juga masih memiliki duasling bag dari brandGivenchy yang baru datang pekan lalu.Sepatu dan tas mewah tersebut belum lama didapatkannya atas bantuan salah sat
Tidak punya opsi lain, Liliana memutuskan menghadiri acara malam ini dengan mengenakan gaun chiffon bermotif keluaran Zara. Gaun maxi warna hijau army tersebut sudah lama dibelikan oleh ayahnya dan belum pernah ia kenakan. Karena jujur saja, gaun itu bukan tipe Liliana sekali.Selama ini mana pernah Liliana mengenakan pakaian berwarna hijau dengan banyak motif. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak mungkin mengenakan gaun lama yang sudah pernah dipakai untuk malam ini, kan?Liliana datang lebih awal ke lokasi acara, yang diselenggarakan di salah satu ballroom The Royal Sapphire Hotel and Resorts, bersama teman-teman sefakultasnya yang lain. Mereka memang sepakat datang lebih awal agar memiliki banyak waktu untuk menyiapkan diri.Ada sekitar 30 mahasiswa berprestasi yang diundang malam ini, enam mahasiswa berasal dari fakultas Liliana, dan tiga di antaranya dari Prodi Ekonomi dan Bisnis, termasuk Liliana sendiri.Acara ini diselenggarakan bukan hanya sebagai ajang penghargaan saja, melaink