Hari-hari Kaluna berjalan dengan lancar. Sudah lewat satu bulan sejak kepulangannya dari rumah sakit.
Kakinya sudah sembuh, dan ia dapat berjalan dengan normal. Dokter masih menyarankannya untuk tidak memakai sepatu hak tinggi, setidaknya sampai dua bulan ke depan saat kakinya benar-benar sudah kuat seperti semula.
Kaluna tidak mempermasalahkan itu, ia sebenarnya juga tidak begitu suka mengenakan sepatu hak tinggi runcing yang membuat kaki pegal.
Perihal perintah Edgar yang mengharuskan Kaluna menggunakan kursi roda selama seminggu tempo lalu, tidak benar-benar terlaksana.
Pasalnya, Kaluna sudah merasa kakinya baikan setelah tiga hari dan berdebat dengan Edgar untuk tidak menggunakan kursi rodanya lagi. Akhirnya mereka sepakat untuk pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kaki Kaluna.
Biarkan dokter yang menilai, katanya.
Sepulangnya dari rumah sakit wajah Kaluna berseri-seri sedangkan Edgar memasang wajah masam. Ternyata dokter m
Dugaan Kaluna sepanjang jalan menuju salah satu ruang pertemuan di gedung Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya (FBSB) ini ternyata benar. Bapak Edgar Mahawira itu ternyata adalah dosen tamu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Aditama, mengajar salah satu mata kuliah untuk para mahasiswa penghuni gedung pertama yang mereka lewati tadi. Pantas saja semua orang mengenalnya dan menyapa dengan sopan. Kaluna juga tidak menyangka ternyata Edgar cukup populer di kampus ini, karena bahkan banyak mahasiswa dari fakultas lain yang mengenalinya, termasuk di FBSB ini. Edgar meninggalkannya setelah menyapa Pak Galih yang ternyata sudah menunggu kedatangan Kaluna bersama jajaran panitia inti dan beberapa dosen lainnya di ruang pertemuan. Pak Galih ini merupakan Dekan FBSB yang secara khusus merekomendasikan Kaluna sebagai salah satu pemateri untuk acara workshop besok. Pak Galih mengungkapkan bahwa dia adalah salah satu penggemar karya-karya Kaluna.
Di luar perkiraan, pembahasan mengenai detail acara besok selesai lima belas menit lebih cepat dari waktu yang Kaluna sebutkan pada Edgar. Fara, Kalula, dan Mutiara mengajaknya untuk singgah sebentar di kantin. Katanya mereka ingin Kaluna mencoba batagor yang terkenal sebagai salah satu makanan terenak di kampus mereka. Kaluna tentu dengan senang hati menerima ajakan mereka, sudah lama sekali lidahnya tidak merasakan makanan seperti itu, karena tentu saja koki rumah keluarga Mahawira lebih senang menghidangkan menu makanan kelas hotel daripada jajanan kaki lima. Mereka berjalan menuju area kantin yang ternyata terletak di antara gedung FBSB dan gedung FEB, tepatnya di bagian timur taman yang menjadi pemisah kedua fakultas tersebut. Fara mengatakan kalau kampus mereka memiliki lima kantin besar dan masing-masing satu kantin kecil di setiap fakultas. Kantin yang mereka tuju sekarang adalah salah satu kantin besar yang cukup terkenal karena makanannya banyak yang merupakan jajanan kh
Area lobi taman kanak-kanak Alexandra International School mendadak ramai akan bisik-bisik para ibu-ibu muda yang menunggu anaknya keluar dari kelas. Berpasang-pasang mata saling sibuk melirik, siku sibuk beradu untuk saling sikut. Sebuah pemandangan yang belum pernah mereka saksikan sekarang berada di depan mata. Seorang Edgar Mahawira, salah satu taipan muda di dunia bisnis paling diminati di tanah air, tampak sedang menunggu kepulangan anaknya bersama seorang wanita muda yang tak kalah mengesankan, Kaluna Osmond. Ibu-ibu di sana, yang tentunya merupakan para ibu muda dari kaum sosialita ibu kota, sudah cukup familiar dengan sosok Kaluna karena wanita itu tidak hanya satu-dua kali terlihat menjemput cucu pertama keluarga Mahawira. Yang membuat mereka asyik berbisik juga bukan karena kehadiran sosok Edgar, karena pria itu pernah beberapa kali menyempatkan diri menjemput sang anak sebelumnya. Tapi sekarang, kedua orang itu, yang sebelumnya ti
Kaluna menatap lobisalah satu hotel milik Edgar dengan penuh kagum. Ini kali pertama Kaluna mengunjungi lobihotel semewah itu. Sebelumnya ia hanya pernah melihat lobihotel-hotel mewah melalui majalah, artikel, dan video review hotel yang banyak ditontonnya di media sosial. Kalau dipikir-pikir, desain interior hotel ini cukup mirip dengan salah satu hotel bintang lima di dunia Kaluna dulu. Ah, iya. Cukup mirip dengan The Langham Hotels and Resorts di pusat perkantoran ibu kota. Kaluna ingat dengan hotel itu karena dulu ada salah satu grup idola populer asal Korea Selatan yang pernah menginap di sana dan menyebabkan orang-orang dengan uang berlebih berlomba untuk menginap di sana pula. Untuk beberapa saat hotel itu ramai dibicarakan dan diliput, sehingga Kaluna lumayan ingat dengan beberapa desain interior hotel yang sering dilihatnya di ponsel. Hotel milik Edgar ini merupakan salah
Rencana Kaluna yang awalnya akan langsung membawa Damian dan Lavanya pulang usai kedua anak itu puas memakan aneka kue di hotel seketika batal. Semua itu karena Damian ternyata sudah terlalu kenyang untuk menemani adiknya menikmati segala jenis dessert yang tersedia di restoran hotel. Saat sampai di hotel pun Lavanya ternyata masih sibuk merajuk dan kembali mengangtuk. Gadis kecil itu baru tenang setelah beberapa saat ditimang Kaluna dalam gendongannya dan kembali tertidur pulas. Akhirnya Kaluna memutuskan untuk menerima tawaran Adelina di awal untuk istirahat di salah satu kamar hotel yang dipesan oleh Edgar. Dan di sinilah dirinya sekarang, bersama Lavanya yang sudah nyenyak di atas ranjang dengan Damian di sampingnya yang juga ikut tertidur. Hal yang tidak disangka oleh Kaluna adalah bahwa Edgar memesan salah satu kamar suite yang super mewah untuk dirinya dan anak-anak beristirahat. Kaluna tahu kalau kamar sui
"Papaaa!" Kedatangan Edgar diloungetempat biasanya sesiafternoon teadilaksanakan disambut oleh pekikan girang anak perempuannya. Lavanya melompat turun dari sofa yang didudukinya dan berlari-lari kecil sambil merentangkan kedua tangannya. Edgar tersenyum melihat tingkah lucu putri kecilnya itu. Ia segera mengangkat Lavanya untuk digendong dan menghadiahkan ciuman di pipi tembam Lavanya. "Papa, mam kue," Lavanya menunjuk pada meja tempat segala hidanganafternoon tea tersaji di depan Kaluna dan Damian yang melihat ke arah mereka dari tempat duduk masing-masing. Edgar melangkah mendekat dan saat hendak duduk di salah satusingle sofa yang berseberangan dengan milik Damian, Lavanya meronta dalam gendongannya. "Miii, Mamiii," anak itu menunjuk sisi sofa yang kosong di samping maminya, tempat ia duduk awalnya. Edgar mengalah dan pindah duduk ke samping Kaluna. Sofa yang m
Acaraworkshopdi Universitas Aditama berjalan lancar. Saat ini Kaluna sedang menyalami dosen-dosen, Dekan, dan Wakil Dekan yang ikut hadir di acara penutupan. "Bu Kaluna, ini Pak Auriga, beliau adik ipar saya, salah satu dosen dari Fakultas Hukum yang katanya suka sekali dengan karya-karya Bu Kaluna. Makanya saya ajak sekalian di sesi penutupan ini." Pak Galih, Dekan Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya (FBSB) mengenalkan seorang pria sepantaran Edgar saat Kaluna datang menyapa seusai acara. "Halo Bu Kaluna, saya Auriga," pria itu mengulurkan tangan yang yang disambut ramah oleh Kaluna. "Kaluna," kata wanita itu singkat. Ia memang cukup canggung saat berkenalan dengan orang baru. "Pak Auriga ini punya semua buku cerita karya Ibu lho, terakhir saya lihat buku terbarunya Bu Kaluna udah ada di rak buku di rumahnya," Pak Galih mulai bercerita sambil menepuk-nepuk pundak adik iparnya. "Terima kasih Pak Auriga, sudah menyuka
Kaluna masuk ke ruang kerja Edgar dengan sebuah mug ukuran sedang yang menguarkan aroma manis dan pahit. Di kursi kerjanya, Edgar menyambut kedatangan Kaluna dengan senyuman kecil.Saat wanita itu meletakkan gelas yang dibawanya ke hadapan Edgar, pria itu mengangkat sebelah alisnya dan mengulum senyum."Jadi menurutmu cokelat panas lebih enak dari kopi?" Edgar menatap Kaluna untuk melihat reaksinya."Mhm," wanita itu mengangguk dengan senyuman bangga."Well, saya tidak yakin minuman manis ini lebih enak dari kopi hitam kesukaan saya," kali ini Edgar menyandarkan punggungnya ke kursi dan bersedekap, terlihat ingin menantang Kaluna."Coba dulu, pasti lebih enak, soalnya ini minuman cokelat buatanku," Kaluna menekan kata 'ku' di akhir untuk meyakinkan Edgar.Tidak lagi membalas, Edgar memilih meraih gelas di ujung meja kerjanya itu dan meneguk sedikit isinya. Dahinya seketika mengerut saat lidahnya merasakan rasa cokelat yang kuat tapi juga terasa lembut secara bersamaan.Sebelum memberi