“Ya ampun, Ivander. Ada apa, Nak?” ucap Kylie yang langsung memegangi wajah Ivander. Rupanya dia baru sadarkan diri. Keyla datang dengan terburu-buru saat mendapatkan kabar bahwa Ivander di rawat di rumah sakit. Ivander membeku, dia masih memikirkan Lysia, “Ma, Lysia mana?” tanya Ivander. Kylie mengerutkan kening, “Lysia?” Kylie menoleh ke seluruh ruangan dan sama sekali tidak menemukan siapapun. “Lysia tidak ada, Ivan. Ada apa?” Ivander menelan rasa sakit hatinya, “Lysia sudah mencintai pria lain, Ma. Aku hanya bisa memohon untuk meminta maaf saja darinya. Juga, aku ingin agar dia mau mempertemukan aku dengan bayiku nanti,” jelas Ivander. Kylie merasa kesal, “kamu ini lelaki bukan Ivan? Jangan sampai menyerah dan putus asa seperti ini! Kejar Lysia sebisa mungkin,” tekan Kylie. “Tapi, Ma. Aku sudah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta, jadi aku tidak ingin kalau Lysia merasakan sakit seperti apa yang aku rasakan ketika jauh dari cinta yang kita harapkan!” ***Dorr!!! Irfan mene
Wajah Ivander begitu geram, dia melihat Lysia yang sudah hampir kehabisan tenaga karena terus mengejan di dalam mobil. “Bagaimana ini, kenapa mobilnya tidak bergerak juga?” teriak Ivander murka. Rasanya dia ingin menghancurkan setiap mobil yang berbaris. Padahal rumah sakit ada di depan, tapi kemacetan terjadi dan tidak bergerak sama sekali. “Sabarlah, Tuan. Entah mengapa macetnya begitu lama,” jawab supir, dia begitu gugup melihat amarah Ivander dan rasanya ingin langsung bersembunyi saking takutnya melihat amarah di mata atasannya. “Sial!” gerutu Ivander, lalu dia menatap Lysia yang terlihat begitu lemas. Ivander langsung saja menarik pedal pintu mobil, lalu membopong tubuh Lysia keluar dari mobil. Dengan gagah Ivander membawa Lysia berlari untuk membawanya ke rumah sakit. Lysia yang masih memiliki kesadaran, langsung saja tersentuh dengan sikap Ivander yang sampai rela menggendongnya pergi ke rumah sakit. Jaraknya tidak begitu jauh dan dalam lima belas menit pun bisa sampai ka
“Ada apa dengan, Lysia?” bentak Ivander menatap tajam ke arah dokter. “Nyonya Lysia kehabisan banyak darah, kita harus segera menghentikan pendarahannya,” jelas Dokter dan langsung mengambil tindakan. “Ayo, Pak, Bu, mari keluar dulu agar kami bisa langsung menangani pasien,” ucap perawat kepada Ivander. Ivander tidak ingin keluar ruangan dan ingin menemani Lysia. Namun, dia tahu hal itu hanya akan mengganggu konsentrasi dokter yang akan menangani. Sehingga Ivander pun dengan langkah yang berat langsung saja pergi meninggalkan ruangan. ***“Lysia,” panggil Yandi. Dia mengetuk pintu dan ingin memberikan jus segar untuk Lysia seperti biasanya. Namun, setelah mencoba memanggil nama Lysia sambil mengetuk pintu, rupanya Yandi tidak mendapatkan balasan apapun dan rumah itu terlihat kosong. “Kemana Lysia? Biasanya jam segini dia sedang menyetrika pakaian,” gumam Yandi. Dia mencoba untuk mengintip dan melihat ke dalam rumah yang isinya benar-benar sepi. “Sepertinya Lysia memang tidak ada
“Fathan Alberto,” jawab Lysia. Dia memang sudah menyiapkan nama untuk putranya sendiri selama ini. Ivander mengangguk dan tersenyum, “nama yang bagus, ‘Fathan Alberto Dxel,” balas Ivander. Lysia tidak menjawab dan memilih diam. Dia tahu kalau nama Ivander tidak bisa dihilangkan dari putranya dan hal itu tidak ingin dia perdebatkan. Yang terpenting, putranya tidak diambil oleh Ivander. Seketika, Fathan menangis dan mengejutkan Ivander serta Lysia yang sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Oek … Oek … Oek ….“Ya ampun, Nak. Ada apa, Sayang?” tanya Ivander menyentuh kepala Fathan yang mengenakan kupluk lucu. “Dia pasti ingin minum susu, lebih baik Nyonya Lysia memberikannya asi eksklusif,” timpal perawat yang masih ada disana. Lysia hendak membuka bajunya, tapi dia melirik Ivander. “Ada apa?” tanya Ivander yang melihat tatapan tajam dari Lysia. “Keluarlah, tidakkah kau dengar bahwa aku akan memberikan Fathan asi eksklusif?” geram Lysia. “Ow, baiklah kalau begitu,” jawab
Yandi datang membawa sebuah bunga dan kado. Dia terlihat begitu rapih dengan tampangnya yang pas-pasan. Begitu jauh jika dibandingkan dengan Ivander. Namun, Yandi begitu percaya diri bahwa dia akan segera menikah dengan Lysia. “Selamat siang, Lysia,” sapa Yandi memasuki ruangan rawat dan tersenyum ke arah Lysia. Ivander yang tadinya sedang duduk langsung saja bangkit dari tempatnya dan menghampiri Lysia. Rupanya walaupun dia bertekad untuk melepaskan Lysia. Hati kecilnya sungguh tidaklah rela. “Ya, Siang ….” Lysia menjawab dengan ramah. Yandi mendekati ranjang dan menyerahkan buket bunga serta kado yang begitu besar. “Kapan kamu melahirkan? Kenapa baru kabari aku sekarang?” tanya Yandi. Ivander menjentik-jentikan jarinya di besi penyangga selang infus. Dia berpura-pura bersikap tenang, padahal rasanya ingin sekali untuk meninju bibir Yandi yang pandai berkata manis. “Aku sudah melahirkan dari tiga hari yang lalu,” jawab Lysia. Yandi langsung mengarsir rambutnya dan bergaya sok
Dunia Lysia terasa runtuh. Dia sungguh merasa frustasi karena Fathan yang menghilang. Lysia menangis di ruangan rawatnya dengan histeris.Ivander datang dengan tergesa-gesa, pihak rumah sakit langsung menghubungi Ivander dan menyampaikan kabar tentang hilangnya Fathan. Suster Isil yang sudah bisa dihubungi rupanya mengatakan bahwa dia menyimpan Fathan di box bayi samping Lysia dan saat ini pihak rumah sakit sedang menyelidikinya. Ivander langsung merangkul tubuh Lysia yang terlihat begitu rapuh. Lysia mendongak dan dengan refleks mendorong tubuh Ivander. Serta langsung menarik kerah kemejanya dengan cekatan. “Dimana putraku? Dimana Fathan?” tanya Lysia berteriak dengan marah. Ia masih mengira kalau Ivander ada di balik semua ini. Sungguh ironi yang begitu kejam. “Lysia, aku disini untuk mencari putra kita, kamu yang tenang. Aku akan menemukannya,” jawab Ivander tulus. Dia langsung memeluk tubuh Lysia dan mendekapnya dengan erat. Dia begitu geram dengan apa yang telah terjadi. Ken
Yandi memasuki mini market dan mengambil satu kotak susu formula dan membelinya. Namun, pada saat dia keluar dari minimarket tersebut. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik kerah kemejanya dan membawanya ke suatu tempat. “Heh siapa kalian?” teriak Yandi. Dia menjadi pucat karena telah dikepung oleh orang-orang yang terlihat menakutkan dengan wajah sangar dan badan yang berotot. “Diam! Sialan, Tuan kami yang akan menghajarmu,” desis orang yang berada di samping Yandi. Keringat dingin muncul di seluruh wajahnya, Yandi tidak menyangka tiba-tiba saja dia bisa dikepung serta ditawan oleh orang yang terlihat seperti anggota gengster ini. Apa yang telah terjadi? Hal apa yang dia buat sehingga bisa sampai menjadi seperti ini? Pikir Yandi. “Apa salahku?” tanya Yandi masih tidak mengerti. Seketika, sosok Ivander muncul di depannya. Dia terlihat begitu gagah dengan wajah yang terlihat murka, Yandi terbelalak melihat penampakan Ivander dengan orang-orang yang berada di belakang Ivander,
Sebuah mobil berjejer di halaman rumah sederhana di tepi jalan raya. Mereka keluar dari mobil dengan pakaian serba hitam dan terlihat tampak sangat menakutkan. Ivander dan kelompoknya sampai di tempat Kitty untuk mengambil Fathan. Tubuh Yandi yang terlihat hancur dengan luka memar dan wajah bengkak yang tidak beraturan itu langsung di banting keluar oleh David. Ivander keluar dan langsung bergegas menghampiri pintu dan melangkahi tubuh Yandi yang terbaring lemah di atas teras. David terus mengetuk pintu dan rupanya tidak ada respon apapun. “Tuan, kayaknya tidak ada orang di dalam rumah,” jelas David. “Dobrak!” suruh Ivander dingin. Brak!!! Pintu pun akhirnya didobrak, dan ketika semua orang memasuki rumah. Mereka tidak menemukan siapa-siapa. “Rumahnya kosong!” jelas David. Wajah Ivander semakin merah, dia jadi cemas dengan kondisi putranya yang baru berusia beberapa hari itu kenapa-napa. “Cepat geledah rumah ini, apakah ada tanda-tanda tentang keberadaan putraku!” titah Iva
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s