Mendengar apa yang barusan Irfan katakan. Ivander tidak bisa menahan diri lagi. Dia rasanya ingin membunuh adiknya sendiri sekarang. Ivander pun langsung membabi buta menghajar wajah Irfan dengan sekuat tenaga. Bahkan darah pun sampai mencurat keluar dari wajah Irfan. Namun, Irfan hanya bisa tersenyum, “kak lihatlah dirimu sendiri. Bagaimana rasanya? Sakit bukan? Kau pasti sangat mencemaskan Lysia, begitupun yang aku rasakan. Apalagi aku yang sampai kehilangan dia di depan mataku sendiri. Bisa terbayangkan bagaimana rasanya aku merasa tidak berguna saat itu!” Setelah mendengar perkataan itu, Ivander pun terdiam. Dia tidak boleh sampai membunuh Irfan. Karena Irfan adalah adiknya sendiri yang masih terjerumus ke dalam kesalahpahaman dan tidak bisa melihat kebenaran. Ivander pun langsung saja berhenti menyerang. Dia menunjuk David untuk menyalakan sebuah Video di depan Irfan. Video yang membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Bukti ini sudah disimpan cukup lama, tapi tidak ada wakt
Irfan masih terdiam dengan tatapan kosongnya. Dia sama sekali tidak berniat untuk mencari informasi tentang Saquina yang ternyata seorang mafia, dan sekarang dia menjadi sangat terkejut. Irfan sungguh tidak mempermasalahkan jika Saquina sudah menipu dia dengan berbagai cara. Juga ingin menghancurkan keluarganya sendiri, tapi yang dia sayangkan adalah. Saquina adalah cintanya dan dia malah sudah tiada, sungguh itu yang Irfan sesalkan. “Irfan, sekarang kau sudah melihat sendiri semua buktinya. Saquina memang merencanakan adegan pembunuhan yang dilakukan oleh ku agar kau membunuhku. Namun, dia sendiri tidak tahu kalau adegan itu akan menjadi kenyataan karena Braqi yang telah menukar senjatanya,” jelas Ivander. “Aku serahkan semuanya kepadamu, jika memang kamu ingin menentang ku dan tidak percaya dengan semua bukti. Maka itu adalah masalahmu. Juga, jika kamu ingin menghukum Braqi atas semua yang telah terjadi, maka pergilah karena aku telah mengurung Braqi di markasnya sendiri,” jelas
Lysia merenung dengan nasibnya. Dia tiba-tiba saja teringat akan perhatian ayahnya Pak Broto kepada Ibunya. Saat ini tatapan Lysia pun menjadi sedikit berbinar ketika melihat perhatian Yandi yang terlihat begitu perhatian seperti ayahnya. “Oh Tuhan, aku merindukan ayah dan Ibu,” gumam Lysia pelan. Sampai saat ini Yandi masih asik dengan pekerjaannya yaitu membantu menyetrika pakaian. “Kamu selalu menyetrika dan mencuci dengan tanganmu sendiri. Padahal kondisi tengah mengandung saat ini, bagaimana kalau kamu mempertimbangkan aku untuk mendampingimu setelah aku berhasil menceraikan Kitty?” tanya Yandi. Lysia tersadar dari lamunannya dan langsung saja berdiri, “jangan sampai berpikir ke arah sana. Karena saya tidak bisa membuka hati terhadap siapapun,” ucap Lysia tegas. Lysia dan Yandi sedang berada di dalam rumah. Tiba-tiba saja datang sebuah mobil BMW 8 di halaman rumah Lysia. Dia adalah Ivander yang datang sendiri kesana. Dia tidak ingin kalau Kylie mendahuluinya untuk menemui L
Setiap tetesan air hujan menemani kesunyian malam seorang pria yang sedang patah hati. Dia terdiam sendiri di sebuah taman malam ini. Terlalu sakit dan benar-benar terluka dengan keadaan yang harus membuat dia melepaskan cinta yang pertama kali dia rasakan. Sebelumnya, dia tidak pernah menyangka kalau dia akan mengalami sesuatu yang dinamakan dengan patah hati. Rupanya hal itu terasa dan benar-benar membuat dia rapuh. Beberapa kali dia bertempur di Medan perang gelap dengan berbagai macam marabahaya dan bisa melewatinya dengan kemenangan. Sekarang, hanya karena satu wanita yang tengah mengandung, akhirnya dia mengaku kekalahan. Dia benar-benar kalah dan menyerah.Seorang Ivander Brixian Dxel merasa kalah hanya karena satu wanita lemah yang bahkan tidak mengakui bahwa dia adalah ayah yang mengandung benihnya. “Ivander Brxian Dxel, kau adalah pria yang memang tidak ditakdirkan untuk memiliki cinta. Itulah dirimu …,” ucap Ivander dengan guyuran hujan yang terus membasahi tubuhnya. Dia
Ivander mulai tersadar. Dia pun mendengar suara Omelan seseorang. Ivander dengan cepat langsung saja membuka mata dan melihat Lysia yang sedang mengomel dengan lucu sambil melihat perutnya sendiri. Namun, Ivander tersentak ketika mendengar bahwa Lysia tidak akan membiarkan dia menemui anaknya sendiri. “Apa yang kamu katakan, Lysia?” tanya Ivander dengan mata yang terbelalak.Lysia tergagap, terbongkar sudah kalau dia memang mengandung anak Ivander. “Tidak, memangnya apa urusannya denganmu? Maksudku memang aku tidak akan mempertemukan anakku dengan ayahnya Yandi, karena aku sedang kesal dengannya,” ucap Lysia masih terus mencoba untuk mengelak.Ivander rasanya ingin tertawa, dia merasa sedang berhadapan dengan anak kecil yang polos. Bagaimana bisa Lysia terus berbohong kepada orang seperti dia. Namun, Ivander pun malah ingin berpura-pura bodoh. “Baiklah, kalau begitu. Jadi, kamu kesal sama suamimu?” tanya Ivander, beringsut duduk. Lysia mengangguk, “bukan hanya kesal, tapi aku san
“Dia hanya mengatakan bahwa dia hidup sendiri, hanya itu,” jawab Ibu-ibu itu. Lalu, dia menoleh ke dalam rumah dan melihat tirai gorden tertutup. “Apakah neng Lysia ada di dalam?” tanyanya. “Dia ada di dalam, dia masih marah kepada saya sampai-sampai mengunci pintu dan menutup gordennya. Padahal saya sudah berusaha untuk meminta maaf, bahkan saya akan tetap diam disini sampai dia mau membuka pintu,” jelas Ivander. Ibu-ibu itu terharu mendengar bahwa Ivander akan terus berjuang sampai Lysia mau membuka pintu.Sementara itu, Lysia mengintip dari dalam rumah. Dia menggerutu melihat Ivander yang berbicara dengan pelanggannya. “Mereka berdua berbicara apa? Jangan sampai Ivander berkata macam-macam,” gerutu Lysia. Dia pun langsung saja mengambil pakaian ibu-ibu itu dan membuka pintu. Dia melangkah menghampiri Ivander dan ibu-ibu itu yang masih mengobrol. “Ibu, ini pakaiannya,” jelas Lysia. Ibu-ibu itu langsung saja menoleh dan tersenyum, dia mengambil kresek pakaiannya yang sudah ber
“Ya ampun, Ivander. Ada apa, Nak?” ucap Kylie yang langsung memegangi wajah Ivander. Rupanya dia baru sadarkan diri. Keyla datang dengan terburu-buru saat mendapatkan kabar bahwa Ivander di rawat di rumah sakit. Ivander membeku, dia masih memikirkan Lysia, “Ma, Lysia mana?” tanya Ivander. Kylie mengerutkan kening, “Lysia?” Kylie menoleh ke seluruh ruangan dan sama sekali tidak menemukan siapapun. “Lysia tidak ada, Ivan. Ada apa?” Ivander menelan rasa sakit hatinya, “Lysia sudah mencintai pria lain, Ma. Aku hanya bisa memohon untuk meminta maaf saja darinya. Juga, aku ingin agar dia mau mempertemukan aku dengan bayiku nanti,” jelas Ivander. Kylie merasa kesal, “kamu ini lelaki bukan Ivan? Jangan sampai menyerah dan putus asa seperti ini! Kejar Lysia sebisa mungkin,” tekan Kylie. “Tapi, Ma. Aku sudah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta, jadi aku tidak ingin kalau Lysia merasakan sakit seperti apa yang aku rasakan ketika jauh dari cinta yang kita harapkan!” ***Dorr!!! Irfan mene
Wajah Ivander begitu geram, dia melihat Lysia yang sudah hampir kehabisan tenaga karena terus mengejan di dalam mobil. “Bagaimana ini, kenapa mobilnya tidak bergerak juga?” teriak Ivander murka. Rasanya dia ingin menghancurkan setiap mobil yang berbaris. Padahal rumah sakit ada di depan, tapi kemacetan terjadi dan tidak bergerak sama sekali. “Sabarlah, Tuan. Entah mengapa macetnya begitu lama,” jawab supir, dia begitu gugup melihat amarah Ivander dan rasanya ingin langsung bersembunyi saking takutnya melihat amarah di mata atasannya. “Sial!” gerutu Ivander, lalu dia menatap Lysia yang terlihat begitu lemas. Ivander langsung saja menarik pedal pintu mobil, lalu membopong tubuh Lysia keluar dari mobil. Dengan gagah Ivander membawa Lysia berlari untuk membawanya ke rumah sakit. Lysia yang masih memiliki kesadaran, langsung saja tersentuh dengan sikap Ivander yang sampai rela menggendongnya pergi ke rumah sakit. Jaraknya tidak begitu jauh dan dalam lima belas menit pun bisa sampai ka