“Klan Rustom! Awas saja kau!” geram Irfan dan langsung pergi meninggalkan markasnya. Dia akan bergegas untuk menemui Ivander dan klan Rustom. Dia sangat murka dan emosi jiwa. ***Ivander sedang duduk di kursi kebesarannya. Dia berada di markas klan Rustom yang ada di Sharklig dan menatap sebuah foto cantik yang terlihat di dalam layar komputer. “Terimakasih karena kalian sudah menemukan keberadaan wanitaku,” ucap Ivander. Rupanya benar dengan apa yang ada di dalam pikirannya itu. Irfan yang selama ini ada di balik hilangnya Lysia dan berusaha untuk menjauhkannya. Entah sampai kapan adiknya itu akan menyerah. Dia terus saja berontak dan membuat Ivander gelengkan kepalanya pelan. Benar-benar tidak mengerti dengan tingkah laku adiknya itu.David yang sedang berdiri di depan Ivander menjadi gugup. Tuannya itu mengucapkan terima kasih dan sungguh membuat dia merasa begitu lebih baik. Lalu, David pun melaporkan hal lain. “Saya sudah membuat anggota Marvori sebelum nya untuk tetap bers
“Lysia, kamu sudah bangun? Ini aku bawakan makanan untuk kamu, aku yakin kalau kamu sedang lapar saat ini,” ucap Yandi yang tiba-tiba muncul di depan Lysia. Bahkan dia tidak mengetuk pintu untuk meminta izin memasuki rumah ini. Membuat Lysia terasa kaku dan begitu tidak nyaman. “Terima kasih, Pak Yandi. Namun, itu tidak perlu, saya akan makan masakan saya sendiri,” tolak Lysia. “Sekarang bapak silahkan pergi, dan jangan melakukan hal yang merepotkan untuk saya,” ucap Lysia mengusir dengan halus.Yandi malah langsung mendekati Lysia dan berbicara dengan tenang.“Jangan sungkan, Lysia. Ibuku sudah menganggap kamu sebagai putrinya sendiri, jadi kamu juga jangan sungkan kepadaku,” jelas Yandi. Dia langsung saja berjalan ke arah meja makan untuk membawakan sebuah piring. “Pak, tolong jangan seperti ini. Saya bisa melakukannya sendiri,” ucap Lysia sambil menatap tidak suka kepada Yandi yang dengan santainya menyiapkan makanan di atas meja. Yandi tidak menjawab perkataan dari Lysia, dia m
Mendengar apa yang barusan Irfan katakan. Ivander tidak bisa menahan diri lagi. Dia rasanya ingin membunuh adiknya sendiri sekarang. Ivander pun langsung membabi buta menghajar wajah Irfan dengan sekuat tenaga. Bahkan darah pun sampai mencurat keluar dari wajah Irfan. Namun, Irfan hanya bisa tersenyum, “kak lihatlah dirimu sendiri. Bagaimana rasanya? Sakit bukan? Kau pasti sangat mencemaskan Lysia, begitupun yang aku rasakan. Apalagi aku yang sampai kehilangan dia di depan mataku sendiri. Bisa terbayangkan bagaimana rasanya aku merasa tidak berguna saat itu!” Setelah mendengar perkataan itu, Ivander pun terdiam. Dia tidak boleh sampai membunuh Irfan. Karena Irfan adalah adiknya sendiri yang masih terjerumus ke dalam kesalahpahaman dan tidak bisa melihat kebenaran. Ivander pun langsung saja berhenti menyerang. Dia menunjuk David untuk menyalakan sebuah Video di depan Irfan. Video yang membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Bukti ini sudah disimpan cukup lama, tapi tidak ada wakt
Irfan masih terdiam dengan tatapan kosongnya. Dia sama sekali tidak berniat untuk mencari informasi tentang Saquina yang ternyata seorang mafia, dan sekarang dia menjadi sangat terkejut. Irfan sungguh tidak mempermasalahkan jika Saquina sudah menipu dia dengan berbagai cara. Juga ingin menghancurkan keluarganya sendiri, tapi yang dia sayangkan adalah. Saquina adalah cintanya dan dia malah sudah tiada, sungguh itu yang Irfan sesalkan. “Irfan, sekarang kau sudah melihat sendiri semua buktinya. Saquina memang merencanakan adegan pembunuhan yang dilakukan oleh ku agar kau membunuhku. Namun, dia sendiri tidak tahu kalau adegan itu akan menjadi kenyataan karena Braqi yang telah menukar senjatanya,” jelas Ivander. “Aku serahkan semuanya kepadamu, jika memang kamu ingin menentang ku dan tidak percaya dengan semua bukti. Maka itu adalah masalahmu. Juga, jika kamu ingin menghukum Braqi atas semua yang telah terjadi, maka pergilah karena aku telah mengurung Braqi di markasnya sendiri,” jelas
Lysia merenung dengan nasibnya. Dia tiba-tiba saja teringat akan perhatian ayahnya Pak Broto kepada Ibunya. Saat ini tatapan Lysia pun menjadi sedikit berbinar ketika melihat perhatian Yandi yang terlihat begitu perhatian seperti ayahnya. “Oh Tuhan, aku merindukan ayah dan Ibu,” gumam Lysia pelan. Sampai saat ini Yandi masih asik dengan pekerjaannya yaitu membantu menyetrika pakaian. “Kamu selalu menyetrika dan mencuci dengan tanganmu sendiri. Padahal kondisi tengah mengandung saat ini, bagaimana kalau kamu mempertimbangkan aku untuk mendampingimu setelah aku berhasil menceraikan Kitty?” tanya Yandi. Lysia tersadar dari lamunannya dan langsung saja berdiri, “jangan sampai berpikir ke arah sana. Karena saya tidak bisa membuka hati terhadap siapapun,” ucap Lysia tegas. Lysia dan Yandi sedang berada di dalam rumah. Tiba-tiba saja datang sebuah mobil BMW 8 di halaman rumah Lysia. Dia adalah Ivander yang datang sendiri kesana. Dia tidak ingin kalau Kylie mendahuluinya untuk menemui L
Setiap tetesan air hujan menemani kesunyian malam seorang pria yang sedang patah hati. Dia terdiam sendiri di sebuah taman malam ini. Terlalu sakit dan benar-benar terluka dengan keadaan yang harus membuat dia melepaskan cinta yang pertama kali dia rasakan. Sebelumnya, dia tidak pernah menyangka kalau dia akan mengalami sesuatu yang dinamakan dengan patah hati. Rupanya hal itu terasa dan benar-benar membuat dia rapuh. Beberapa kali dia bertempur di Medan perang gelap dengan berbagai macam marabahaya dan bisa melewatinya dengan kemenangan. Sekarang, hanya karena satu wanita yang tengah mengandung, akhirnya dia mengaku kekalahan. Dia benar-benar kalah dan menyerah.Seorang Ivander Brixian Dxel merasa kalah hanya karena satu wanita lemah yang bahkan tidak mengakui bahwa dia adalah ayah yang mengandung benihnya. “Ivander Brxian Dxel, kau adalah pria yang memang tidak ditakdirkan untuk memiliki cinta. Itulah dirimu …,” ucap Ivander dengan guyuran hujan yang terus membasahi tubuhnya. Dia
Ivander mulai tersadar. Dia pun mendengar suara Omelan seseorang. Ivander dengan cepat langsung saja membuka mata dan melihat Lysia yang sedang mengomel dengan lucu sambil melihat perutnya sendiri. Namun, Ivander tersentak ketika mendengar bahwa Lysia tidak akan membiarkan dia menemui anaknya sendiri. “Apa yang kamu katakan, Lysia?” tanya Ivander dengan mata yang terbelalak.Lysia tergagap, terbongkar sudah kalau dia memang mengandung anak Ivander. “Tidak, memangnya apa urusannya denganmu? Maksudku memang aku tidak akan mempertemukan anakku dengan ayahnya Yandi, karena aku sedang kesal dengannya,” ucap Lysia masih terus mencoba untuk mengelak.Ivander rasanya ingin tertawa, dia merasa sedang berhadapan dengan anak kecil yang polos. Bagaimana bisa Lysia terus berbohong kepada orang seperti dia. Namun, Ivander pun malah ingin berpura-pura bodoh. “Baiklah, kalau begitu. Jadi, kamu kesal sama suamimu?” tanya Ivander, beringsut duduk. Lysia mengangguk, “bukan hanya kesal, tapi aku san
“Dia hanya mengatakan bahwa dia hidup sendiri, hanya itu,” jawab Ibu-ibu itu. Lalu, dia menoleh ke dalam rumah dan melihat tirai gorden tertutup. “Apakah neng Lysia ada di dalam?” tanyanya. “Dia ada di dalam, dia masih marah kepada saya sampai-sampai mengunci pintu dan menutup gordennya. Padahal saya sudah berusaha untuk meminta maaf, bahkan saya akan tetap diam disini sampai dia mau membuka pintu,” jelas Ivander. Ibu-ibu itu terharu mendengar bahwa Ivander akan terus berjuang sampai Lysia mau membuka pintu.Sementara itu, Lysia mengintip dari dalam rumah. Dia menggerutu melihat Ivander yang berbicara dengan pelanggannya. “Mereka berdua berbicara apa? Jangan sampai Ivander berkata macam-macam,” gerutu Lysia. Dia pun langsung saja mengambil pakaian ibu-ibu itu dan membuka pintu. Dia melangkah menghampiri Ivander dan ibu-ibu itu yang masih mengobrol. “Ibu, ini pakaiannya,” jelas Lysia. Ibu-ibu itu langsung saja menoleh dan tersenyum, dia mengambil kresek pakaiannya yang sudah ber
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s