“A-apa yang kau katakan? Jatuh cinta? Jangan konyol. Untuk apa aku jatuh cinta padamu?!” Adeline berkata tajam. Dia mengikat perban River amat kencang lalu membereskan otak obat dengan tergesa-gesa. Namun, saat dirinya hendak pergi, River malah menahan tangannya. “Apa lagi? Aku sudah selesai mengobati lukamu,” tukas Adeline tanpa melirik River. “Itu adalah jawabanku untuk pertanyaanmu malam itu.” River bicara dengan wajah serius. “Kau lihat sendiri, aku hanya binatang mengerikan. Bertahanlah sampai kontrak pernikahan kita berakhir.” Pria itu berdiri, lalu pergi meninggalkan Adeline di ruang tengah. Wanita tersebut hanya diam mengamati punggung River menjauh. ‘Rubah sialan! Kau memperlakukanku seperti wanitamu, tapi kau bilang jangan jatuh cinta padamu? Sebenarnya apa yang kau mau?’ batin Adeline memegang lehernya yang tegang. *** Hari berikutnya, Siegran dan beberapa anak buah River mendatangi club Fantazia. Mereka sempat cekcok dan terlibat perkelahian dengan tim keamanan club
“Berita buruk?” Anais bertanya dengan kening mengerut. Siegran segera membungkuk, lalu membalas, “mohon maaf, Nyonya. Saya sudah lancang.” Dia menatap River, dan mendapat kode untuk tutup mulut. “Bukankah Mommy mau pergi?” tukas River datar. Anais mengangkat sebelah alisnya seraya membalas, “jadi kau mengusir Mommy?” “Saya dan Siegran harus membahas pekerjaan. Saya tidak bisa fokus jika ada Mommy,” sahut River tanpa mengubah ekspresi. “Dasar, berandal. Mommy akan melepasmu kali ini, tapi jangan lupakan janjimu, Reins!” Anais pun keluar dari ruangan tersebut. Siegran menutup pintu, lalu memberi hormat pada River. “Katakan,” tukas CEO Hera Group itu sembari duduk di kursi kerjanya. “Tawanan itu bunuh diri, Tuan!” sahut Siegran yang sontak membuat tatapan River menajam. “Saya baru saja menerima pesan dari orang-orang yang menjaga di markas. Sepertinya gangster itu menelan semacam racun, hingga mulutnya berbusa.” Tangan River mengepal, otot lehernya menonjol seolah akan meledaka
Warning: chapter ini mengandung konten 21+***[Mohon maaf, Tuan. Pelayan Fantazia itu sudah meninggal satu bulan lalu]Sebuah pesan disertai foto makam Benji muncul di ponsel River.Berita itu seketika membakar amarah River. Dia meraih alkohol berkadar tinggi dan langsung meneguknya dari botol.‘Para bajingan sialan! Beraninya mereka mati sebelum aku menangkapnya!’ batin River mendengus.Ya, baik Benji ataupun anggota gangster yang berhasil ditawannya malah mati. River kehilangan semuanya, kini akan sulit untuk menuntut Ludwig dan Alfred.River ambruk ke sofa ruang kerjanya. Walau kepalanya berdenyut, tapi dia tak berhenti menenggak alkohol. Terlebih saat mengingat laporan anak buahnya tentang Benji, malah semakin mengamuk hingga melempar botol alkoholnya ke dinding.Suara pecahan itu, sontak menarik perhatian Adeline yang baru pulang. Dia bergegas naik ke lantai atas untuk mengeceknya.‘Mengapa semua lampu di sini mati? Apakah ada pencuri yang menyusup ke tempat ini?’ geming Adeline
Cairan hangat yang menggenangi tubuhnya, membuat Adeline sadar. Dia bangkit dari dada River yang sedari tadi dibuatnya bersandar.“Kau sudah bangun?” bisik pria itu dengan suara serak.Adeline menutupi payudara dengan kedua tangan seraya mendecak, “kau memandikanku?”Ya, usai membuat Adeline pingsan karena permainan ganasnya, River membawa istrinya itu ke kamar mandi. Dia memangku dan memeluk Adeline dalam bak mandi yang dipenuhi air hangat.“Tidak perlu menutupinya, aku kan sudah melihat dan mengigitnya,” tutur River yang seketika membuat wajah Adeline merona.“Be-berhenti bicara seperti itu!” sahut Adeline canggung.River menyeringai tipis, lalu menjawab, “mengapa? Kau malu? Bukankah tadi kau sangat bersemangat sampai memintaku menusukmu lebih dalam?”“Hei, berhenti atau aku akan—”“Akan apa? Melakukan ronde dua di sini?” sambar River menaikkan sebelah alisnya.Adeline sekejap berpaling dan mencibir, “dasar gila!”Dia berniat bangkit, tapi River segera memeluknya dari belakang.“Kau
“Sa-saat itu Freya mengajakku ke Club Fantazia untuk bridal shower sebelum pernikahan kalian.” Bianca berkata tanpa melihat River.Namun, River justru menajamkan pandangan. Dia mendekati Bianca, kedua tangannya menekan meja seolah mengintimidasi wanita itu.“Freya mengajakmu? Kau pikir aku tidak tahu Freya wanita seperti apa?!” decak River dingin.“Kau tidak percaya padaku? Jika aku berbohong, aku tidak akan menyerahkan rekaman itu, Reins!” sahut Bianca berdalih.River yang tahu kebiasaan Bianca saat berdusta, kini menyeringai samar.“Kau tidak berubah, Bianca. Saat berbohong kau selalu mengigit bibir dan matamu bergetar,” tukasnya yang sontak membuat wanita itu membelalak.“Jujurlah sebelum kau menyesal!” sambung River lebih tajam, ada aura mengerikan dalam ekspresinya.Mendengar ancaman itu, Bianca langsung panik. “Ti-tidak, Reins. Mengapa kau meragukanku?”“Baiklah, lupakan kerjasama Hera Group dan—”“Ya, aku berbohong!” sambar Bianca cepat. “Aku yang mengajak Freya datang ke Fanta
Harusnya Saya Membunuhnya***“Kau sudah siap?” tutur River di depan kamar Adeline.Tak ada sahutan, jadi River pun mengetuk pintu itu.“Adeline? Aku akan masuk.”Sementara di dalam, Adeline tak mendengar River karena terlalu fokus memakai dress. Dia kesulitan mengikat tali di bagian punggungnya.“Aish, susah sekali. Mengapa rubah itu memberiku gaun seperti ini?!” gerutunya kesal pada River.Ya, gaun merah dengan model telanjang punggung itu, memiliki tali yang cukup rumit. Tentu saja Adeline kesulitan memakainya.“Siapa yang kau panggil rubah, hm?” bisik River dari belakang.Adeline sontak terkejut, lehernya menegang saat menyadari River masuk dan kini tepat berdiri di belakangnya.“Sejak kapan kau ada di sini?” tukas wanita itu menatap River dari cermin.“Kalau susah, harusnya kau minta bantuan, istriku,” bisik River meraih tali dress Adeline.Dia membongkar simpulnya, mengikat ulang tali itu lalu menarik pinggul sang istri hingga merapat padanya. Sial, desiran aneh mengalir saat t
***“Argh, sialan! Beraninya dia menangkap putraku!” Sabrina melempar vas ke dinding.Usai tau bahwa River melaporkan Ludwig ke polisi, Nyonya Daniester itu murka. Bahkan yang membuatnya terkejut adalah saat Mickey memberitahunya bahwa River dulu nyaris menikah dengan Freya.Dengan wajah memanas, Sabrina mendecak, “menarik, ternyata anjing Herakles itu sengaja mendekati keluarga Daniester dan menikahi Adeline hanya untuk membalas dendam kekasihnya. Aku tak akan tinggal diam!”Saat itu, seseorang mengetuk pintu ruangan Sabrina.“Ini saya, Nyonya,” tutur Mickey yang langsung mendapat ijin masuk.Sabrina menatapnya tajam seraya mendengus, “bagaimana hasilnya?”“Maaf, tuntutan itu tidak dapat dihentikan, Nyonya. Tuan River sudah menyerahkan bukti ke pengadilan,” sahut Mickey yang sontak membangkitkan amarah Sabrina.Wanita tersebut memejam seraya menekan pelipisnya. “Brengsek!”“Tuan River sudah lama bergerak, Nyonya. Sepertinya Tuan Ludwig tidak ada harapan, bahkan Tuan Lazlo tidak bisa
***Seluruh keluarga I&S Group berduka. Freya, yang harusnya mendapat keadilan setelah Ludwig dan Alfred tertangkap, malah ditemukan tak bernyawa. Wanita itu diduga melompat dari lantai atap gedung dan menghebohkan seluruh rumah sakit.“Tidak … kenapa kau meninggalkan Mami, Freya? Semuanya sudah terungkap, harusnya kau bisa sembuh, kau bisa kembali ke duniamu. Mengapa … mengapa kau malah pergi dari Mami?!” Lariat Anne menangis hebat di pelukan Eldhan.Ya, suaminya itu merengkuh bahu Anne. Dia yang juga merasakan kesedihan mendalam, memeluk erat istrinya yang terus meraung di pemakaman. Bahkan saking histerisnya, Lariat Anne sampai tak sadarkan diri. Eldhan buru-buru mengangkat sang istri meninggalkan pemakaman putrinya dengan perasaan hancur.Di sana, River dan kedua orang tuanya juga hadir. Pria itu masih tinggal di depan makam Freya setelah semua pelayat pergi. Dia meletakkan mawar putih di pusara tersebut. Dengan manik gemetar, River memberi penghormatan terakhirnya.‘Maaf, aku gag