“Membunuh? Apa maksudmu?!” Adeline mendecak dengan manik selebar cakram. Bukannya menjelaskan, River malah merengkuh dagu Adeline dan menatapnya sangat tajam. “Jangan pura-pura bodoh, Adeline! Kau bertanya soal Freya, kau membuntutiku ke Medital dan kau ada di lokasi kejadian Freya meninggal. Kau, kau adalah orang terakhir yang mengunjunginya!” dengus River dengan ekspresi berang. “Jadi kau menuduhku pembunuh hanya karena aku mendatanginya?!” sambar Adeline dengan gigi terkatup. Sengatan amarah menderanya, dia tak menyangka bahwa River berpikiran sempit karena cinta pertamanya lenyap. Pria itu mengangkat sebelah alisnya, lalu menyahut, “lalu apa tujuanmu mengunjungi Freya?!” Ada jeda di antara mereka. Adeline yang bungkam membuat situasi kian tegang. ‘Aku tidak mungkin jujur padanya,’ batin wanita itu resah. Dia pun menajamkan pandangan seraya menjawab, “aku hanya penasaran!” Sekejap, seringai berbahaya merayapi bibir River. Panas naik ke wajahnya saat mendengar alasan selepe
“Jadi dia?!” River bergumam sinis saat memandangi foto Sabrina.Siegran yang sedari tadi berdiri di hadapannya pun membalas, “kami mendunga Nyonya Sabrina menyamar sebagai perawat, lalu menyakiti Nona Freya karena putranya di penjara, Tuan.”“Itu sudah jelas!” sahut River memicing tajam.Pria itu meletakkan foto ibu mertuanya, lalu menatap Siegran. “Segera selesaikan Sabrina. Dia sangat mengganggu. Dia turut andil dalam kasus Freya, jadi sudah seharusnya dia mendekam di penjara bersama putranya!”“Benar, Tuan. Tapi mungkin akan sulit karena lagi-lagi tidak ada saksi ataupun bukti langsung untuk menangkap Nyonya Sabrina,” balas Siegran was-was.River juga tahu itu, melawan Sabrina tanpa persiapan sepertinya cukup merepotkan. Namun, dirinya tak bisa menunggu lebih lama jika itu menyangkut Freya.‘Apapun yang terjadi, aku harus melempar wanita itu ke penjara!’Seringai River mendadak muncul saat dia mengingat seseorang.***Hingga esok harinya, Sabrina yang sedang berkunjung di galeri s
‘Sabrina membunuh Ibu kandung Adeline?!’ batin River tertegun.Sejak tadi pria itu mengawasi Mickey dari balik kaca hitam ruang interogasi. Dia tak menyangka akan mendengar kebusukan mertuanya sedalam ini. Rahang River mengeras, kini dia mengerti bahwa Adeline sangat membenci Sabrina.‘Hah … sialan! Apa Adeline tahu hal ini?’Tanpa sadar, River mencemaskan perasaan sang istri.Bahkan setelah interogasi itu, River meminta Siegran untuk membawa Mickey padanya. Dia ingin mendengar lebih banyak tentang kejahatan Sabrina.River menungu di mobil. Tak sampai lima menit, Siegran pun datang bersama Mickey. Alih-alih masuk ke sedan mewah itu, Mickey malah mengetuk jendela dari luar.Begitu River menurunkan jendela, Mickey lantas berkata, “pertemukan saya dengan Nona Adeline.”Seringai sinis tersungging di sebelah bibir River. Mata elangnya melirik Mickey amat tajam.“Bicaralah denganku!” decaknya dingin.“Tidak, saya harus mengatakannya langsung pada Nona Adeline.” Mickey menyahut dengan tampan
“Mengapa kau bersama Ibuku, Mickey?!” Adeline mendecak sinis.Tangannya gemetar memegang pinggiran foto sang ibu dan Mickey yang terlihat intim. Namun, lawan bincangnya malah menyeringai tipis seolah menikmati rasa penasaran Adeline.“Bagaimana menurut Anda, Nona?” sahut Mickey tersenyum tipis. “Atau sekarang saya harus panggil Adeline?”“Berhenti omong kosong dan jelaskan!” sambar Adeline mulai emosi. “Apa hubunganmu dengan mendiang Ibuku?!”“Claudine adalah Adikku,” sahut Mickey yang sontak memicu alis Adeline menyatu.Wanita itu mengerjap, kembali menilik foto di tangannya. “A-adik? Tidak mungkin, Ibu tidak pernah cerita tentang itu.”“Lebih tepatnya kami saudara kembar, tapi aku dan Claudine berpisah setelah orang tua kami cerai. Aku masih berhubungan dengan Claudine di awal pernikahannya dengan Heinry. Tapi aku berhenti menghubunginya saat masuk akademi militer di luar negeri.” Mickey menjelaskan semuanya.Adeline hanya bungkam mendengar itu. Dia menatap Mickey tanpa mengatakan a
“Tolong beri jalan!” Seorang Polisi memekik saat mendorong brankar Sabrina.Ya, wanita itu tampak lemas usai mencoba gantung diri. Dia tak sepenuhnya pingsan, tapi wajahnya sangat pucat.“Apa ambulance sudah datang?” sambung Polisi tadi tampak buncah.Seorang rekannya pun menyambar saat melihat para medis datang. “mereka tiba, Opsir!”Sementara Adeline, kini merapat ke dinding saat brankrar Sabrina melewatinya. Tanpa diduga, ibu tirinya itu menyeringai tipis saat melihatnya.Dengan kening mengernyit, Adeline membatin, ‘ah … sial. Ternyata ini hanya trik murahan!’Adeline paham benar, bahwa Sabrina yang terbiasa hidup di mansion mewah tak akan betah sedetikpun di lantai penjara yang kotor. Sebab itulah Sabrina melakukan segala hal untuk terbebas dari tempat itu.Dan benar saja, Sabrina segera dilarikan ke rumah sakit ibu kota. Dia mendapat perawatan penuh dan siuman usai beberapa jam.“Anda sudah sadar, Nyonya?” tutur Mickey yang duduk di sofa ruang rawat itu.Sabrina mengernyit, ekspr
***“Kau sudah bangun?” tutur River saat melihat alis Adeline berkedut dan perlahan membuka matanya.Kepala wanita itu terasa berat karena alkohol semalam. Dia mengerjap saat menyadari bahwa kini ada di kamar River.“Ugh … mengapa aku di sini?” gumamnya mengernyit lemas.River yang duduk di sofa seraya memandangi tab untuk melihat pekerjaannya, kini menyilangkan tangan ke dada.“Kau tidak ingat?” Dia balik bertanya.Adeline tertegun, maniknya kembali terpejam rapat saat mengingat sesuatu.‘Oh, shit!’ batinnya merutuki diri sendiri.River menyeringai tipis sembari berkata, “sepertinya kau mengingatnya, istriku?”“A-aku mabuk, tentu saja aku tidak ingat apapun.” Adeline menyambar cepat.“Sudah aku bilang, kau pembohong yang buruk,” balas River yang lantas menaikkan sebelah alisnya. “Aku ingat jelas saat kau memintaku bercinta denganmu.”Sial, wajah Adeline langsung merona. Dan itu semakin menarik bagi River.“Lihat? Wajahmu tidak bisa berbohong,” tutur River mengejek.Adeline membuang p
“Keluarlah,” tutur Sabrina melirik kuasa hukumnya.Begitu lelaki itu keluar, Sabrina pun bersandar di brankar dengan wajah tertekuk.“Kenapa kau baru datang?!” decaknya sinis. “Aku menyuruh Mickey, ah … tentu saja bajingan itu tidak memberitahumu!”“Jadi Mickey yang kau sebut bajingan dan membuatmu mengamuk?” sahut Heinry menebak.Ya, suami Sabrina itu berjalan mendekat, menatap tampang istrinya yang tampak kesal.Namun, Sabrina malah memicing dan mendengus marah. “Jangan pura-pura bodoh. Kau pasti sudah tahu semuanya!”“Apa maksudmu?” Heinry mengernyit bingung.“Claudine, dia punya saudara kembar ‘kan?!” sambar Sabrina yang membuat suaminya semakin tak mengerti.Dengan alis menyatu, Heinry pun menyahut, “mengapa kau tiba-tiba membahas Claudine? Berhentilah menyinggung orang yang sudah meninggal.”“Jawab saja pertanyaanku!” Nyonya Danieter itu meninggikan nadanya.Heinry sungguh muak, tapi akhirnya dia menjelaskan.“Ya, dia memang punya saudara kembar laki-laki. Namanya Kyle Leister,
‘Apa yang dia bicarakan?!’ Adeline membatin sengit saat lelaki itu masuk ke lift.Gerak-geriknya sungguh mencurigakan. Terlebih caranya menatap Adeline, penuh hasrat tersembunyi.Adeline menjaga jarak beberapa langkah, tapi dia semakin was-was saat mendengar lelaki itu bergumam dengan Bahasa Tiongkok. Bahkan dia berani menyentuh lengan Adeline tanpa sopan!“Apa yang Anda lakukan?!” decak Adeline tersulut emosi.“Oh?!” Lelaki tadi lekas melepas lengan Adeline, lalu mengangkat tangannya menjauh. “Maaf, saya kira budaya di sini lebih terbuka. Bukankah orang-orang menyapa dengan berpelukan atau berciuman? Mengapa baru menyentuh, tapi Anda sudah marah?”‘Dasar gila!’ batin Adeline mencecar.Dia berusaha menahan kesal, lantas bertanya, “Anda orang Tiongkok?”“Hanya itu yang Anda tanyakan? Bukankah saya mirip seseorang? Atau … mungkin tidak?” sahut lelaki tadi menyeringai tipis.Adeline mendapukkan alisnya, dia benar-benar risih.‘Orang aneh, sebenarnya apa yang dia katakan?!’ gerutunya memb