Share

[S2] Kamu Itu Milikku

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 20:17:16

"I love you."

Nilam tercekat. Ia berdiri mematung, tak bergerak kecuali matanya yang berkedip beberapa kali, serta mulutnya yang sedikit terbuka itu. "P- Pak Jean? Ke- kenapa tiba-tiba bapak—"

"Kenapa? Aku sedang berbicara apa adanya, Nilam. Aku mencintaimu."

Nilam nyaris menjatuhkan dokumen yang dia pegang. Dia tak punya ekspetasi mengenai pernyataan cinta yang mendadak terlontar dari bibir sang Bos. "T- tapi Pak. Ini..."

"Kamu kaget?"

Nilam mengangguk. "Jelas dong Pak. Saya gak nyangka bapak bakal bilang seperti itu ke saya."

Jean beranjak dari duduknya, menghampiri perempuan itu dan menarik berkas yang ada di tangan Nilam. "Aku sudah lama ingin menyampaikan perasaan ini padamu. Tapi aku berani mengatakannya sekarang."

Nilam menelan ludah. Jarak Jean yang begitu dekat serta kalimat yang pria itu ucapkan nyaris membuat Nilam hangover. "Apa itu alasan bapak baik banget ke saya selama ini?" tanya Nilam pelan.

"Hm."

"Tapi kenapa Pak?" Ia memandangi Jean dengan wajah terharu. "Kenapa bap
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 01

    "Mas, besok sore aku pulang agak telat ya. Soalnya ada tamu penting dari kantor. Jadi aku harus nemenin Bos buat jamu dia." Pria bernama Jean itu tak mengatakan apapun. Dia sibuk menatap layar laptopnya dalam diam. Toh dia juga bingung harus menjawab apa. Sebab ini, bukan pertama kalinya Sang istri ijin untuk pulang terlambat. Bahkan, dia tak ingat ini permohonannya yang ke berapa. Elisha yang sibuk mengoleskan Skin Care Routinenya langsung menengok ke arah sang suami yang duduk bersandar di kepala ranjang. Diamnya pria 30 tahun itu tentu saja membuatnya resah. "Mas!" Ia menatap pria itu, "Kok kamu diem aja? Kamu ngasih ijin kan?" tanya perempuan dengan gaun tidur berbahan satin itu sedikit penekanan. Jean hanya mendengus. "Terus aku harus jawab apa? Ngelarang juga mustahil kan? Toh kamu nggak akan pernah nurut." Jawaban ketus suaminya membuat Elisha jengah. Jika sudah seperti ini pasti ujung-ujungnya hanyalah pertengkaran saja. "Ya gimana pun juga, aku kan butuh restu kamu Mas.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 02

    Saat pintu rumahnya terbuka, ia malah dikejutkan oleh sosok yang cukup— cantik. "Kamu ini siapa? Sales ya? Maaf ya, aku lagi nggak pengen beli barang apapun." Perempuan cantik berkulit putih itu meremas tas ransel besar yang ia pegang. "Saya bukan sales Pak. Saya Nilam, ART yang dikirim penyalur ke sini." Jean kaget. ART? Mustahil. Mana ada seorang asisten rumah tangga, berpenampilan cantik begini? Kulitnya putih, wajahnya ayu, rambut hitam lurus, dan bertubuh sintal. Belum lagi dress selutut yang dikenakan oleh perempuan muda itu, seolah sedang memamerkan kaki jenjangnya yang indah. "Kamu bercanda ya? Dibandingkan jadi ART, penampilan kamu lebih cocok buat jadi model tau," cibir Jean tak percaya. "Tapi, saya beneran ART yang dikirim ke sini Pak. Kalau nggak percaya, Bapak bisa telfon langsung ke penyalur kok." Jean menelusuri penampilan perempuan di depannya. "Siapa nama kamu tadi?" "Ni— Nilam Pak." "Ya udah bentar." Jean masuk ke dalam. Mencoba menghubungi nomor penyalur

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 03

    "Rasa kopinya kok beda ya? Ini merk-nya baru?" Nilam kaget. "E— enggak kok Pak. Kopinya sama seperti yang Bapak kasih tadi," terang perempuan cantik itu dengan wajah panik. Ia takut rasa kopi buatannya tidak enak. "Masa sih?" Jean terlihat sangsi. "Emangnya kenapa Pak?" "Soalnya, rasa kopi ini lebih enak dibandingkan sebelumnya. Aromanya juga lebih harum. Makanya aku pikir kopi ini beda merk sama yang sebelumnya." Nilam mengusap dada lega. Dia pikir, Jean tidak suka dengan kopi yang ia buat. "Duh, Bapak bikin saya kaget aja. Kirain tadi kopinya nggak enak." Melihat wajah lega Nilam, membuat senyum kecil Jean terkembang. "Sama. Aku juga kaget karena rasa kopinya lebih enak dibandingin pas buat sendiri." Nilam mengulum senyum. "Makasih Pak." "Ya udah, kamu lanjutin masaknya." "Baik Pak. Saya permisi." Pria dengan bahu kokoh itu melihat Nilam yang berjalan meninggalkan tempat kerjanya. Batinnya menggumam, 'Bahkan, Elisha aja nggak bisa bikin kopi seenak buatannya.' Jean mengge

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 04

    "Keterlaluan istri gue. Masa, tiap diajak berhubungan dia nggak pernah mau. Alesan capek-lah, ngantuk-lah. Banyak bangetlah cara dia buat ngehindar." "Sumpah bro, gue sampai sakit kepala gara-gara sering ditolak. Lo bayangin, seminggu aja nggak gituan udah bikin gua stres. Lah ini, hampir tiga bulan gua nggak bisa nyentuh dia." Itulah keluhan Jean siang ini pada teman baiknya. Saka. Pria yang sudah lama jadi kawannya ini adalah tempat curhat yang paling pas untuk menampung segala uneg-unegnya. "Aneh banget istri lo itu, masa suami minta gitu nggak dikasih? Padahal kan lumrah kalau kita sebagai suami minta dilayani soal ranjang." "Nah kan? Giliran jajan di luar dia marah. Tapi pas suami butuh, dia nggak bisa." Jean terlihat kesal. Wajahnya sudah tidak enak sejak semalam. Yah maklum, itu karena dia gagal menyalurkan hasratnya. "Coba deh lo bicarain baik-baik ke Elisha. Gimana pun juga itu kan kebutuhan kita sebagai suami istri. Ya masa, cuma gara-gara capek kita dianggurin gitu aj

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 05

    "Nasinya mau berapa banyak Pak?" Nilam memandangi tuannya yang tampak tertegun saat ia bertanya demikian. Dan bagi Jean, itu cukup mengejutkan baginya sebab setelah beberapa waktu terakhir ada seseorang yang mau repot-repot menuangkan nasi untuknya. Yang bahkan, Elisha saja tidak mau melakukan itu untuknya. "Pak? Bapak kenapa? Kok malah ngelamun?" "Eh— enggak. Ini lho, aku—" Jean garuk-garuk kepala seperti orang linglung. "Nasinya mau berapa banyak Pak?" ulang Nilam lagi. "Segini cukup?" tanyanya sambil menunjukkan nasi yang sudah dia tuang ke atas piring. "Udah," jawab Jean singkat. "Lauknya Pak, silahkan ambil sendiri!" Nilam menaruh piring di depan dada Jean. Sementara dia membantu majikannya tersebut untuk membuka tudung saji supaya pria itu dapat mengambil lauknya dengan sepuas hati. "Gimana Pak? Enak nggak?" Perempuan seksi dengan balutan T-shirt dan rok berbentuk A-line bermotif batik itu menatap tuannya penuh harap. Yah, berharap Jean memuji masakan yang telah di

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Gagal 'itu...'

    Jean memandangi istrinya, dia agak ragu untuk mengatakan hal ini. Namun dia memberanikan diri berkata, "Sebenarnya aku..." "Aku apa Mas?" "Kamu mandi aja dulu. Nanti aku kasih tau," balas Jean sambil tersenyum. Elisha menekuk wajahnya. Suaminya ini senang sekali membuatnya penasaran. "Ya udah, aku mandi bentar ya." Sekitar 15 menit kemudian, Elisha sudah keluar dari kamar mandi dengan gaun tidurnya. Wanita itu tersenyum ke arah Jean yang masih terjaga sembari mengeringkan rambutnya. "Kirain, kamu udah tidur." "Kan aku nungguin kamu," jawab Jean sambil menutup laptopnya dan menaruhnya di atas tempat tidur. "Oh iya, kamu tadi mau ngomong apa Mas?" tanya Elisha pada sang suami. Ia tatap pria yang sudah 8 tahun itu dia nikahi melalui cermin di depannya. Meskipun lelah, wanita cantik itu tidak pernah melewatkan rutinitasnya untuk menggunakan skincare. Jean tersenyum. Ia turun dari ranjang dan menghampiri istrinya. Pria tampan tersebut berdiri di belakang Elisha sambil memijat pungg

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Kopi Spesial

    Suara baritone Jean membuat Nilam menatap ke arah tuannya ini. "Mau saya buatin Pak?""Kamu nggak capek emangnya?""Enggak kok Pak. Orang cuma sebentar aja kok.""Oke deh. Minta tolong antar ke depan ya. Sekalian mau ngerokok!" titah Jean disertai senyum tipisnya."Baik Pak. Siap."Tanpa basa-basi, gadis berkulit putih ini langsung menyiapkan kopi sesuai dengan apa yang Jean inginkan. Dan tak kurang dari 5 menit, kopi pun siap disajikan."Silahkan di minum Pak kopinya!" Suara lembut Nilam, membuat lamunan Jean buyar. Ia pandangi gadis ayu itu sebelum melemparkan senyum manisnya."Terima kasih ya. Maaf lo, malem-malem gini masih minta tolong dibuatin kopi.""Nggak masalah Pak. Toh ini juga udah tugas saya kan?"Jean menganggukkan kepalanya. Ucapan Nilam ada benarnya. Tapi bukan berarti, dia akan seenaknya memanfaatkan perempuan itu bukan? Karena pasti Nilam juga lelah karena seharian bekerja."Kamu nggak tidur?""Iya Pak ini mau tidur.""Udah ngantuk?"Nilam bingung kenapa ditanya sepe

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Adu Mulut

    "MAS!" Nada Elisha ikut meninggi, tak terima mendengar ucapan sarkas dari mulut suaminya."APA?!" hardik Jean balik. "Kamu nggak terima kan aku melakukan itu? Tapi apesnya kamu juga nggak bisa puasin aku?"Elisha membeku. Dia benar-benar disudutkan oleh kata-kata sang suami."Udahlah, aku malas debat sama kamu soal ini. Capek tau nggak? Apalagi yang kita bahas hal yang sama dan berulang. Malah bikin aku tambah muak." Dengan langkah menghentak keras, Jean pergi dari hadapan Elisha. Mengabaikan sang ia istri yang mungkin terluka karena kata-katanya.Sementara perempuan berambut hitam itu hanya bisa menangis dalam diam saat menatap punggung sang suami, yang berjalan menjauh darinya. Sungguh dia merasa serba salah menjadi istri Jean. Apapun yang dia lakukan tak pernah dihargai oleh sang suami. Dan itu karena satu kesalahan yang menurutnya kecil."Mas, kenapa kamu kayak gitu sih? Padahal aku kerja juga buat memenuhi semua kebutuhan rumah ini.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kamu Itu Milikku

    "I love you."Nilam tercekat. Ia berdiri mematung, tak bergerak kecuali matanya yang berkedip beberapa kali, serta mulutnya yang sedikit terbuka itu. "P- Pak Jean? Ke- kenapa tiba-tiba bapak—""Kenapa? Aku sedang berbicara apa adanya, Nilam. Aku mencintaimu."Nilam nyaris menjatuhkan dokumen yang dia pegang. Dia tak punya ekspetasi mengenai pernyataan cinta yang mendadak terlontar dari bibir sang Bos. "T- tapi Pak. Ini...""Kamu kaget?"Nilam mengangguk. "Jelas dong Pak. Saya gak nyangka bapak bakal bilang seperti itu ke saya."Jean beranjak dari duduknya, menghampiri perempuan itu dan menarik berkas yang ada di tangan Nilam. "Aku sudah lama ingin menyampaikan perasaan ini padamu. Tapi aku berani mengatakannya sekarang."Nilam menelan ludah. Jarak Jean yang begitu dekat serta kalimat yang pria itu ucapkan nyaris membuat Nilam hangover. "Apa itu alasan bapak baik banget ke saya selama ini?" tanya Nilam pelan."Hm.""Tapi kenapa Pak?" Ia memandangi Jean dengan wajah terharu. "Kenapa bap

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kencan Dengan Dewa

    "Kamu kenapa? Kok dari tadi diem aja?"Nilam tersentak dan buru-buru tersenyum. "Eh, gak apa-apa, kok.""Kamu masih mikirin masalah sama Pak Jean tadi?" tebak Dewa sambil menurunkan standar motor.Nilam menggeleng cepat, tapi raut wajahnya sulit menyembunyikan kegelisahan. "Sedikit sih. Tapi gak usah dibahas deh!"Dewa memiringkan kepala, seolah tak yakin dengan jawaban Nilam. Namun, ia memutuskan untuk tidak memaksa. "Oke. Tapi kalau kamu ada apa-apa, bilang ya. Jangan pendam sendiri."Nilam mengangguk pelan, berusaha tersenyum. "Iya, aku tau kok. Ayo masuk, aku udah laper."Dewa mengangguk, ia mengikuti Nilam di belakangnya. Keduanya melangkah masuk ke restoran bernuansa modern dengan aroma khas makanan Western yang menggugah selera.Beberapa saat setelah keduanya duduk, seorang pelayan berbaju gelap menyambut mereka dan menyodorkan buku menu pada masing-masing.Dewa membuka buku menu sambil melirik Nilam. "Jadi, kamu mau pesan apa? Steak? Pasta? Atau kamu pengen yang lain?" tanyany

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Pilihan Sulit

    "Oh, gitu ya?" cicit Dewa dengan nada yang terdengar kecewa."Enggak kok. Gak juga, De. Namanya tipe kan gak harus 100% sempurna," ucap Nilam mencoba membuat Dewa untuk tidak insecure akibat kata-kata Bosnya barusan.Dewa memandangi Nilam dan tersenyum kecut."BTW, kalian mau kencan naik motor ini?" Jean memperhatikan kendaraan yang dipakai Dewa untuk menjemput Nilam."Iya Pak," balas Dewa, "Ada masalah, Pak?"Pria tampan dengan mata tajamnya yang khas itu mengangguk. "Iya.""Apa masalahnya Pak?" Nilam bertanya karena penasaran."Mana mungkin kamu naik motor dengan rok pendek begitu, Nilam," komentar Jean. "Kamu mau orang-orang gak fokus karena penampilan kamu?""Saya bawa kain. Kan itu bisa dipakai buat—""Kain?" Lagi-lagi, Jean memotong. Alisnya berkerut tanda kurang setuju. "Itu juga bahaya, Nilam. Gimana kalau kainnya masuk ke roda?"Dewa yang mulai merasa jika Bos Nilam ini terus menyudutkan dirinya pun kembali buka suara. "Tenang, Pak. Saya sudah biasa bawa motor ini kok. Lagian

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Oh, Jadi Dia Orangnya?

    "Emang seperti apa tipe ideal kamu?" Talita terkikik kecil, mengabaikan protes Nilam. "Pak Jean, saya kasih tahu ya. Tipe ideal Nilam itu yang tinggi, rapi, tenang, dewasa, humoris, dan mapan. Kayaknya pas banget sama seseorang di sini, deh," ujarnya sambil melempar pandangan penuh arti ke arah Jean. Nilam hampir tersedak mendengar ucapan Talita. "Mba Talita, udah deh! Jangan bocor!" Ia memukul pelan lengan Talita sambil menunduk, wajahnya semakin merah.Jean tampak sedikit terkejut, tapi kemudian ia tersenyum tipis. "Hmm, deskripsinya cukup menarik," katanya dengan nada santai, lalu menatap Nilam sekilas. "Kalau begitu, semoga kamu menemukan orang yang sesuai dengan kriteria itu."Nilam hanya bisa tersenyum canggung. "Ehehehe. Terima kasih do'anya Pak," jawabnya dengan suara kecil, berharap momen itu segera berakhir. Jean mengangguk, lalu melangkah pergi sambil membawa kopi dan dokumen-dokumennya. Walaupun sempat bersikap cool dan santai, namun Jean merasa girang dalam hati kar

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Tipe Ideal

    Nilam berencana tidur sekarang. Namun, sebelum ia benar-benar bisa memejamkan mata, ponselnya kembali bergetar. Ia meraihnya dan melihat nama seseorang muncul di layar. ["Aku baik juga kok, Nilam."]["Seneng banget akhirnya kamu baca chatku."]Nilam menatap pesan itu dengan sedikit rasa bersalah. "Maaf ya, akhir-akhir ini aku sibuk kerja. Tau sendirilah gimana sibuknya anak training."["It's okey. Aku paham kok."]["BTW, kapan kamu libur?"]"Emang kenapa?"["Aku ingin ngajak kamu jalan."]Nilam menggigit bibir bawahnya. Sudah bisa dia tebak sih apa maksud pertanyaan Dewa tadi. "Minggu aku free sih. Tapi aku udah ada acara." Nilam mengetik dengan cepatn jawaban atas pertanyaan Dewa barusan. Dia berharap Dewa mengurungkan niatnya untuk mengajaknya Hangout.["Kalau sabtu?"]"Aku kerja. Tapi cuma setengah hari aja sih."["Oke, sabtu aku jemput ya. Aku traktir kamu makan. Gimana?"]Duh—Nilam memandang layar ponselnya dengan tatapan bimbang. Ajakan Dewa terlihat sederhana, tapi di matany

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Ck, Gak Seru!

    Namun, bukannya menanggapi keluhan Nilam dengan serius, Bu Mala malah tersenyum kecil. "Kamu gak lupa kan janji kamu kemarin?""Janji apa?" Nilam balik bertanya, ia pura-pura lupa."Janji buat selalu di antar jemput sama si Surya kalau mama kasih ijin buat kerja."Melihat tatapan tegas sang Mama, membuat Nilam kehabisan kata-kata. Kalau sudah begini, jelas wanita itu tidak akan bisa dibantah. "Ck, mama gak seru."Bu Mala tergelak melihat putrinya cemberut. "Udah-udah! Mending kamu mandi, ganti baju, terus kita makan. Kamu mau dimasakin apa?""Apa aja deh," balas Nilam sambil meraih tasnya dan bergerak naik meninggalkan ibunya. Dia terlihat BT karena sang mama terlalu overprotective kepadanya.Dan akhirnya, selepas makan malam, Nilam menghabiskan waktu santainya di kamar. Gadis itu sedang duduk di tempat tidur, menikmati waktu santainya setelah hari yang panjang. Ia membungkus dirinya dengan selimut, sambil menonton drama favoritnya di laptop. Tiba-tiba, ponselnya yang tergeletak di me

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Ada apa ini?

    Nilam melangkah keluar dari gedung bersama Talita. Keduanya baru saja ke luar dari gedung berlantai 20 itu karena sempat mampir ke kantin terlebih dahulu."Besok sabtu nongkrong yuk, Mba!""Nongkrong di mana?" tanya Nilam dengan kening berkerut."Kamu tau gultik gak?""Gultik?""Itu looh, gulai tikungan yang lagi viral. Aku pengen makan di sana. Kayaknya enak, Mba.""Seenak itu emangnya?""Yah, aku belum coba sih, tapi banyak reviewer makanan yang bilang kalau rasanya enak. Mana ada yang sampai habis 20 piring," balas Talita dengan nada yang terdengar menggebu.Nilam melotot. "Dua puluh piring? Yang bener aja Mba? Gak meledak perutnya?""Porsinya itu minimalis, Mba Nilam. Makanya banyak yang nambah."Mereka berdua sibuk mengobrol sampai ke arah parkiran. Namun, langkah Nilam tiba-tiba terhenti begitu matanya menangkap sosok Surya dan Jean di kejauhan. Mereka berdiri berhadapan di area parkir, tampak tengah mengobrol serius. Surya tersenyum lebar, sementara Jean terlihat mendengarkan

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Apa Kamu Mengingatnya?

    "Dari mana kamu tahu nama anakku?" Pertanyaan itu membuat Nilam terpaku. Ia tampak kebingungan. Jujur dia juga tidak sadar saat menyebut nama itu. "Loh... Saya... Emm..." "Nilam," suara Jean semakin serius, "Kamu tadi menyebut nama Qila, dan aku yakin belum pernah menyebutkan nama anakku di depan kamu." Jean kembali mengulang kalimatnya. Seolah berharap jika Nilam sedang berpura-pura hilang ingatan dan akhirnya keceplosan. Wajah Nilam langsung memucat. Ia mencoba menjelaskan, tapi lidahnya terasa kelu. "S-serius, Pak... Saya juga bingung kenapa saya bilang begitu. Nama itu keluar begitu saja dari mulut saya." Jean berdiri dari kursinya, perlahan berjalan mengelilingi meja dan berdiri di depan Nilam. Ia menatap perempuan itu dengan penuh rasa penasaran, sekaligus emosi yang ia sembunyikan dengan baik. Daripada terus menerus ditatap begitu intens oleh Jean, Niann memilih untuk menunduk. Jujur dia mulai merasa tidak nyaman dengan situasi itu. Ia menggenggam jas Jean dan menyerahkan

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Darimana Kamu Tau?

    "Nilam..." panggil Jean dengan suara pelan, mencoba membangunkannya tanpa membuatnya terkejut.Namun, Nilam hanya bergumam kecil, masih terlelap. Jean berjalan mendekat, bukannya membangunkan Nilam. Jean justru mengambil kursi yang berada tak jauh darinya dan duduk di hadapan sang sekertaris yang sedang menahan keseimbangan kepalanya agar tidak jatuh ke meja.Jean terkekeh kecil melihat ulah perempuan itu. Dengan cepat ia melipat jasnya dan meletakkannya di depan Nilam. Dengan penuh hati-hati dan kelembutan, Jean menahan kepala Nilam dan menidurkannya di atas jas yang sudah ia lipat menyerupai bantal."Sekarang kamu bisa tidur dengan nyenyak," gumamnya sambil merapikan helai rambut yang menutupi wajah mantan pacarnya tersebut.Jean duduk di depan Nilam, pandangannya tertuju pada wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Campuran kerinduan, cinta, dan kesedihan yang terpendam memenuhi matanya. Hatinya terasa hangat dan hampa dalam waktu yang bersamaan. Nilam ada di hadapannya, t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status