Share

[S2] Nilam Sakit

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-24 20:17:47

“Nilam!” Jean refleks menangkap tubuhnya yang lunglai, memeluknya erat sebelum jatuh menyentuh lantai. Napas Nilam terdengar lemah di dada Jean, kepalanya bersandar di bahu pria itu.

Jean merasakan jantungnya berdetak kencang, bukan karena panik, tapi karena rasa khawatir yang kini memenuhi pikirannya. “Tolong! Dia pingsan!” serunya ke arah tim penyelamat yang segera masuk ke dalam lift.

Seorang petugas medis segera mendekat dengan tandu. “Pak, tenang. Kami akan menangani ini.”

Jean mengangguk, meskipun ia enggan melepas genggamannya di tubuh Nilam. Dengan hati-hati, ia meletakkan gadis itu di tandu, matanya tak lepas dari wajah Nilam yang tampak pucat.

Saat Nilam dibawa keluar dari lift, Jean mengekor di belakang, langkahnya sedikit tertahan karena rasa cemas yang masih membebani dadanya.

Di luar lift, udara segar menyambut mereka. Jean menghela napas panjang, mencoba meredakan ketegangan yang masih terasa di dadanya. Ia berjalan di samping tandu, matanya tak lepas dari Nilam yang ma
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
david ginola
update Donk Min
goodnovel comment avatar
Jean Dwijaya
tanggung ya ... nunggu update nya lg lama .......... harus sabar
goodnovel comment avatar
Lenni Marlina chandra
beran jenuh kepotong trus baca nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Perasaan Apa ini?

    Jean membantu Nilam untuk bangun. Sedangkan Nilam mencoba untuk duduk meskipun kepalanya masih sedikit pusing."Ayo aku antar pulang!"Nilam menatap bosnya dengan pandangan syok. "Enggak perlu, Pak," tolaknya cepat."Kenapa Nilam?"Perempuan itu menggigit ujung lidahnya. "Saya udah terlalu banyak ngerepotin bapak hari ini. Lagipula bapak kan harus segera pulang, pasti istri dan anak bapak juga khawatir kan?"Jean menatap Nilam dengan ragu. “Terus kamu mau pulang dengan kondisi lemes gini? Yang benar saja, Nilam."Nilam tersenyum tipis, meskipun wajahnya masih terlihat pucat. “Saya bisa pesen taksi kok. Ini saya mau chat Surya, supir taksi langganan saya."Jean menghela napas. Jelas ada keinginan dalam dirinya untuk tetap di sisi Nilam, memastikan gadis itu benar-benar sampai di rumah dengan selamat. Namun ia juga bisa sedikit lega jika memang Surya yang akan menjemput Nilam nantinya.“Kalau gitu, biar aku tunggu sampai Surya datang,” ujarnya akhirnya, setengah memaksa. Nilam tertawa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Berhenti Berbohong, Pak!

    Nilam terdiam sejenak, pertanyaan Jean seolah menghantam dinding hatinya yang sudah penuh dengan keraguan. Ia menghela napas pelan, mencoba menenangkan dirinya yang mulai merasa sesak. Apa pria ini sedang mengejeknya? "Saya..." Nilam menatap Jean dengan mata yang tampak bimbang. "Saya gak tahu, Pak. Saya cuma ingin semuanya jelas. Saya gak mau lagi merasa digantung dengan perhatian yang bapak berikan, lalu bapak pura-pura gak ada apa-apa." Jean mengepalkan tangannya erat, perasaan yang selama ini ia pendam terasa semakin berat untuk ditahan. Namun, ia tahu ada batasan, ada sesuatu yang harus ia lindungi—keluarganya, reputasinya, dan juga perasaan Nilam sendiri. Ruangan itu tiba-tiba terasa begitu sunyi. Jean hanya bisa menatap Nilam yang kini berdiri, siap pergi meninggalkannya. "Saya pamit dulu, Pak," ucap Nilam dengan suara pelan, lalu melangkah menuju pintu dengan langkah yang sedikit gontai. "Surya udah sampai." Jean ingin menahannya, ingin mengatakan sesuatu yang bisa mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Aku Gak Apa

    Keesokan paginya, sinar matahari yang hangat masuk melalui celah-celah jendela kamar Nilam. Ia membuka matanya perlahan, tubuhnya masih terasa lemas, tapi jauh lebih baik dibanding semalam. Ia menghela napas panjang, mencoba mengusir perasaan sesak yang masih menggantung di dadanya. Setelah beberapa saat, ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Di ruang tamu, Bu Mala tengah duduk santai di sofa sambil membaca majalah. Melihat ibunya yang begitu tenang, Nilam tersenyum kecil dan langsung menghampirinya. Ia menjatuhkan diri di samping ibunya, lalu menyandarkan kepala di bahu Bu Mala dengan manja. “Ma...” suara Nilam terdengar lembut, nyaris seperti anak kecil yang minta perhatian. Bu Mala tersenyum, tangannya otomatis membelai rambut putrinya. "Nilam... Kamu udah bangun?" tanyanya lembut. "Gimana perasaan kamu? Udah baik kan?"Nilam mengangguk pelan, tapi masih belum ingin menjauh dari dekapan ibunya. "Lumayan."Tanpa bertanya lebih jauh, Bu Mala langsung menarik p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jadi Kepikiran

    “Rina, si Nilam kasih kabar ke kamu atau tidak?” tanyanya dengan nada datar, tapi jelas sekali tersirat rasa khawatir di kedua manik gelapnya.["Beberapa hari lalu dia bilang kalau Pak Jean sudah kasih ijin buat cuti karena kejadian di lift. Jadi saya gak nanya lagi, Pak."]Jean tampak kecewa mendengar jawaban Rina. Itu sama sekali tidak menjawab rasa penasarannya.["Apa bapak mau saya telfon Nilam langsung buat nanyain kapan dia masuk?"]Saran dari Rina itu seperti memberikan angin segar bagi Jean. Tapi dia malah berkata, "Gak perlu. Nanti aku sendiri yang akan chat dia."["Baik Pak kalau begitu."]["Apa ada lagi yang bisa saya bantu Pak?"]"Enggak. Makasih." Jean mengakhiri panggilannya. Ia membuang nafas berat untuk kesekian kalinya.Ia jadi semakin khawatir pada Nilam, apalagi sejak kejadian di rumah sakit. Ia takut perempuan itu sakit hati dan kecewa karena sikapnya dan memilih resign."Mungkin aku harus chat dia langsung."Jean menatap layar ponselnya, jempolnya mengetik cepat p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Dejavu Itu Apa?

    "Aaaarghhh... Stres banget aku..."Nilam mengacak rambutnya, merasa benar-benar stres."Nilam, kamu kenapa?"Nilam menegakkan kepalanya dengan cepat, sedikit terkejut saat mendengar suara Dewa yang tiba-tiba menyadarkannya dari lamunan. Dia hampir lupa kalau sedang bersama pemuda itu sekarang.“Eh... Gak! Aku gak apa-apa kok,” ucap Nilam sambil tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang masih menghantuinya.Dewa menatapnya lekat-lekat, jelas tak percaya dengan jawaban singkat itu. “Yakin?""Iya, Dewa. Beneran." Ia nyengir kecil, berusaha meyakinkan pemuda itu bahwa dirinya baik-baik saja.Dewa menyandarkan tubuhnya ke kursi, menyesap tehnya perlahan. “Kalau boleh jujur, aku ngerasa kamu lagi banyak pikiran.""Uhm?""Iya, Nilam. Kamu ada di sini, tapi pikiran kamu gak tahu ada di mana."Nilam terdiam, jemarinya sibuk memainkan sedotan cappuccino di tangannya. Tatapannya penuh rasa bersalah saat melihat Dewa. "Enggak gitu kok, De. Aku cuma—""It's okay, Nilam. Gak usah pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Duh, si Nana!

    "Iya De, aku baru ingat seseorang.""Oh ya? Siapa?""Nana..." Nilam tersenyum sumringah ketika menyadari jika ada satu orang yang bisa membantunya."Bener juga. Kalian kan temenan udah lama."Nayya tersenyum lebar. Dia merasa bangga dengan otaknya yang bisa berpikir cepat. Namun sayangnya, senyuman Nilam tak berlangsung lama karena teringat sesuatu."Kenapa? Kok kamu kayak bingung gitu?""Aku gak bisa nemuin Nana sekarang, De. Kan dia lagi di Surabaya ikut suaminya." Tubuh Nilam langsung longsor ke sandaran kursi. Wajahnya berubah lesu dan bibirnya menekuk ke bawah."Kan kamu bisa telfon dia, Nilam?""Kamu kayak gak tau si Nana aja. Dia itu sejak punya suami dan anak susah banget di telfonnya.""Ya udah, kita temuin aja dia di Surabaya.""Itu lebih mustahil lagi, Dewaaaa...""Kenapa? Gak diijinin Mama kamu?"Nilam menganggukkan kepalanya. "Umph.""Terus gimana?""Aku coba telfon dia dulu deh. Siapa tau dia senggang kan?"“Coba aja dulu, Nilam. Gak ada salahnya kan?” Dewa menepuk bahu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Mau Taruhan?

    "Mau taruhan?""Taruhan apa?""Taruhan gimana reaksi Pak Jean pas liat kamu udah masuk. Dan aku tebak, dia pasti happy banget liat kamu.""Gak mungkin.""Ya udah sih, ayo taruhan!" Talita tetap maksa. "Yang kalah wajib traktir makan siang seminggu? Gimana?"Nilam menggembungkan pipinya. "Kalau Mba kalah?""Ganti aku yang traktir kamu. Gimana?"Jean bilang dia hanya menganggap Nilam sebagai sekretarisnya saja kan? Jadi Nilam yakin kalau saat mereka bertemu nantinya, Jean akan bersikap acuh padanya dan biasa saja. Lagipula dia juga sudah memperingatkan pria itu agar bersikap sewajarnya kan? So— sepertinya taruhan dengan Talita tidak ada salahnya.Nilam menatap Talita dengan penuh keyakinan sebelum akhirnya mengangguk. "Oke, aku setuju. Kalau aku kalah, aku traktir kamu makan siang seminggu. Tapi kalau aku menang— kamu gak boleh kabur Mba," balas Nilam sambil menyeringai."Deal!" Talita tersenyum lebar, seolah yakin bahwa dirinya akan menang.Dan kebetulan, beberapa detik kemudian, suara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Klien Penting

    Sekitar jam 11 kurang, Nilam menemani Jean menuju hotel tempat pertemuan dengan klien diadakan.Keduanya naik mobil dengan seorang supir di depan sementara keduanya duduk berdampingan di bangku belakang. Situasi di sana cukup canggung. Nilam sibuk mengerjakan sesuatu di tab-nya sementara Jean juga sibuk membalas beberapa chat penting dari kolega.Sekitar 25 menit kemudian mereka tiba di lokasi. Keduanya berjalan menuju lobi hotel tempat makan siang dengan klien Singapura, Nilam melirik sekilas ke arah Jean dan langsung menyadari sesuatu—dasi pria itu agak miring. Ia menggigit bibir, ragu apakah harus mengatakannya atau tidak. Tapi kalau ia diam saja, bisa-bisa klien nanti malah memperhatikan dan itu mungkin sedikit mengurangi kesan profesional Jean. Setelah beberapa detik mempertimbangkan, Nilam akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. “Pak Jean…” panggilnya pelan. Jean yang sedang sibuk mengecek ponselnya menoleh. “Hm?” “Dasi Bapak…” Nilam menunjuk ke arah leher Jean, la

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Makan Berdua

    Sepanjang perjalanan kembali ke kantor, suasana di dalam mobil cukup hening. Jean terlihat sibuk dengan ponselnya, sementara Nilam menatap ke luar jendela.'Ehm, makan bakso enak kali ya?' gumam Nilam saat mobil mereka melewati beberapa warung bakso pinggir jalan. 'Udah lama gak makan bakso abang-abang gitu. Ngebayangin makan bakso urat, sambelnya pedes, kasih kecap plus cuka dikit pasti mantap,' Nilam menelan ludah.'Hmm, jadi lap—'KryuuuukJean yang sedang fokus dengan hapenya tiba-tiba mendengar suara perut Nilam yang keroncongan. Dia melirik ke samping dan menahan senyum. Sedangkan Nilam sendiri langsung memejamkan mata seraya menunduk dalam. Merasa malu."Kamu lapar?" tanya Jean sambil menoleh ke arah Nilam."Enggak!" bantah gadis itu. "Kan tadi udah makan siang, Pak."Jean mendengkus. "Terus barusan bunyi apa?""Gak tau, Pak. Aku gak denger apa-a—"Kryuuuuk'Shit! Perut sialan!' maki Nilam dalam hati."Gak usah sungkan Nilam! Kalau emang kamu masih lapar, kita bisa mampir dulu

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Klien Penting

    Sekitar jam 11 kurang, Nilam menemani Jean menuju hotel tempat pertemuan dengan klien diadakan.Keduanya naik mobil dengan seorang supir di depan sementara keduanya duduk berdampingan di bangku belakang. Situasi di sana cukup canggung. Nilam sibuk mengerjakan sesuatu di tab-nya sementara Jean juga sibuk membalas beberapa chat penting dari kolega.Sekitar 25 menit kemudian mereka tiba di lokasi. Keduanya berjalan menuju lobi hotel tempat makan siang dengan klien Singapura, Nilam melirik sekilas ke arah Jean dan langsung menyadari sesuatu—dasi pria itu agak miring. Ia menggigit bibir, ragu apakah harus mengatakannya atau tidak. Tapi kalau ia diam saja, bisa-bisa klien nanti malah memperhatikan dan itu mungkin sedikit mengurangi kesan profesional Jean. Setelah beberapa detik mempertimbangkan, Nilam akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. “Pak Jean…” panggilnya pelan. Jean yang sedang sibuk mengecek ponselnya menoleh. “Hm?” “Dasi Bapak…” Nilam menunjuk ke arah leher Jean, la

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Mau Taruhan?

    "Mau taruhan?""Taruhan apa?""Taruhan gimana reaksi Pak Jean pas liat kamu udah masuk. Dan aku tebak, dia pasti happy banget liat kamu.""Gak mungkin.""Ya udah sih, ayo taruhan!" Talita tetap maksa. "Yang kalah wajib traktir makan siang seminggu? Gimana?"Nilam menggembungkan pipinya. "Kalau Mba kalah?""Ganti aku yang traktir kamu. Gimana?"Jean bilang dia hanya menganggap Nilam sebagai sekretarisnya saja kan? Jadi Nilam yakin kalau saat mereka bertemu nantinya, Jean akan bersikap acuh padanya dan biasa saja. Lagipula dia juga sudah memperingatkan pria itu agar bersikap sewajarnya kan? So— sepertinya taruhan dengan Talita tidak ada salahnya.Nilam menatap Talita dengan penuh keyakinan sebelum akhirnya mengangguk. "Oke, aku setuju. Kalau aku kalah, aku traktir kamu makan siang seminggu. Tapi kalau aku menang— kamu gak boleh kabur Mba," balas Nilam sambil menyeringai."Deal!" Talita tersenyum lebar, seolah yakin bahwa dirinya akan menang.Dan kebetulan, beberapa detik kemudian, suara

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Duh, si Nana!

    "Iya De, aku baru ingat seseorang.""Oh ya? Siapa?""Nana..." Nilam tersenyum sumringah ketika menyadari jika ada satu orang yang bisa membantunya."Bener juga. Kalian kan temenan udah lama."Nayya tersenyum lebar. Dia merasa bangga dengan otaknya yang bisa berpikir cepat. Namun sayangnya, senyuman Nilam tak berlangsung lama karena teringat sesuatu."Kenapa? Kok kamu kayak bingung gitu?""Aku gak bisa nemuin Nana sekarang, De. Kan dia lagi di Surabaya ikut suaminya." Tubuh Nilam langsung longsor ke sandaran kursi. Wajahnya berubah lesu dan bibirnya menekuk ke bawah."Kan kamu bisa telfon dia, Nilam?""Kamu kayak gak tau si Nana aja. Dia itu sejak punya suami dan anak susah banget di telfonnya.""Ya udah, kita temuin aja dia di Surabaya.""Itu lebih mustahil lagi, Dewaaaa...""Kenapa? Gak diijinin Mama kamu?"Nilam menganggukkan kepalanya. "Umph.""Terus gimana?""Aku coba telfon dia dulu deh. Siapa tau dia senggang kan?"“Coba aja dulu, Nilam. Gak ada salahnya kan?” Dewa menepuk bahu

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Dejavu Itu Apa?

    "Aaaarghhh... Stres banget aku..."Nilam mengacak rambutnya, merasa benar-benar stres."Nilam, kamu kenapa?"Nilam menegakkan kepalanya dengan cepat, sedikit terkejut saat mendengar suara Dewa yang tiba-tiba menyadarkannya dari lamunan. Dia hampir lupa kalau sedang bersama pemuda itu sekarang.“Eh... Gak! Aku gak apa-apa kok,” ucap Nilam sambil tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang masih menghantuinya.Dewa menatapnya lekat-lekat, jelas tak percaya dengan jawaban singkat itu. “Yakin?""Iya, Dewa. Beneran." Ia nyengir kecil, berusaha meyakinkan pemuda itu bahwa dirinya baik-baik saja.Dewa menyandarkan tubuhnya ke kursi, menyesap tehnya perlahan. “Kalau boleh jujur, aku ngerasa kamu lagi banyak pikiran.""Uhm?""Iya, Nilam. Kamu ada di sini, tapi pikiran kamu gak tahu ada di mana."Nilam terdiam, jemarinya sibuk memainkan sedotan cappuccino di tangannya. Tatapannya penuh rasa bersalah saat melihat Dewa. "Enggak gitu kok, De. Aku cuma—""It's okay, Nilam. Gak usah pa

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jadi Kepikiran

    “Rina, si Nilam kasih kabar ke kamu atau tidak?” tanyanya dengan nada datar, tapi jelas sekali tersirat rasa khawatir di kedua manik gelapnya.["Beberapa hari lalu dia bilang kalau Pak Jean sudah kasih ijin buat cuti karena kejadian di lift. Jadi saya gak nanya lagi, Pak."]Jean tampak kecewa mendengar jawaban Rina. Itu sama sekali tidak menjawab rasa penasarannya.["Apa bapak mau saya telfon Nilam langsung buat nanyain kapan dia masuk?"]Saran dari Rina itu seperti memberikan angin segar bagi Jean. Tapi dia malah berkata, "Gak perlu. Nanti aku sendiri yang akan chat dia."["Baik Pak kalau begitu."]["Apa ada lagi yang bisa saya bantu Pak?"]"Enggak. Makasih." Jean mengakhiri panggilannya. Ia membuang nafas berat untuk kesekian kalinya.Ia jadi semakin khawatir pada Nilam, apalagi sejak kejadian di rumah sakit. Ia takut perempuan itu sakit hati dan kecewa karena sikapnya dan memilih resign."Mungkin aku harus chat dia langsung."Jean menatap layar ponselnya, jempolnya mengetik cepat p

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Aku Gak Apa

    Keesokan paginya, sinar matahari yang hangat masuk melalui celah-celah jendela kamar Nilam. Ia membuka matanya perlahan, tubuhnya masih terasa lemas, tapi jauh lebih baik dibanding semalam. Ia menghela napas panjang, mencoba mengusir perasaan sesak yang masih menggantung di dadanya. Setelah beberapa saat, ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Di ruang tamu, Bu Mala tengah duduk santai di sofa sambil membaca majalah. Melihat ibunya yang begitu tenang, Nilam tersenyum kecil dan langsung menghampirinya. Ia menjatuhkan diri di samping ibunya, lalu menyandarkan kepala di bahu Bu Mala dengan manja. “Ma...” suara Nilam terdengar lembut, nyaris seperti anak kecil yang minta perhatian. Bu Mala tersenyum, tangannya otomatis membelai rambut putrinya. "Nilam... Kamu udah bangun?" tanyanya lembut. "Gimana perasaan kamu? Udah baik kan?"Nilam mengangguk pelan, tapi masih belum ingin menjauh dari dekapan ibunya. "Lumayan."Tanpa bertanya lebih jauh, Bu Mala langsung menarik p

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Berhenti Berbohong, Pak!

    Nilam terdiam sejenak, pertanyaan Jean seolah menghantam dinding hatinya yang sudah penuh dengan keraguan. Ia menghela napas pelan, mencoba menenangkan dirinya yang mulai merasa sesak. Apa pria ini sedang mengejeknya? "Saya..." Nilam menatap Jean dengan mata yang tampak bimbang. "Saya gak tahu, Pak. Saya cuma ingin semuanya jelas. Saya gak mau lagi merasa digantung dengan perhatian yang bapak berikan, lalu bapak pura-pura gak ada apa-apa." Jean mengepalkan tangannya erat, perasaan yang selama ini ia pendam terasa semakin berat untuk ditahan. Namun, ia tahu ada batasan, ada sesuatu yang harus ia lindungi—keluarganya, reputasinya, dan juga perasaan Nilam sendiri. Ruangan itu tiba-tiba terasa begitu sunyi. Jean hanya bisa menatap Nilam yang kini berdiri, siap pergi meninggalkannya. "Saya pamit dulu, Pak," ucap Nilam dengan suara pelan, lalu melangkah menuju pintu dengan langkah yang sedikit gontai. "Surya udah sampai." Jean ingin menahannya, ingin mengatakan sesuatu yang bisa mem

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Perasaan Apa ini?

    Jean membantu Nilam untuk bangun. Sedangkan Nilam mencoba untuk duduk meskipun kepalanya masih sedikit pusing."Ayo aku antar pulang!"Nilam menatap bosnya dengan pandangan syok. "Enggak perlu, Pak," tolaknya cepat."Kenapa Nilam?"Perempuan itu menggigit ujung lidahnya. "Saya udah terlalu banyak ngerepotin bapak hari ini. Lagipula bapak kan harus segera pulang, pasti istri dan anak bapak juga khawatir kan?"Jean menatap Nilam dengan ragu. “Terus kamu mau pulang dengan kondisi lemes gini? Yang benar saja, Nilam."Nilam tersenyum tipis, meskipun wajahnya masih terlihat pucat. “Saya bisa pesen taksi kok. Ini saya mau chat Surya, supir taksi langganan saya."Jean menghela napas. Jelas ada keinginan dalam dirinya untuk tetap di sisi Nilam, memastikan gadis itu benar-benar sampai di rumah dengan selamat. Namun ia juga bisa sedikit lega jika memang Surya yang akan menjemput Nilam nantinya.“Kalau gitu, biar aku tunggu sampai Surya datang,” ujarnya akhirnya, setengah memaksa. Nilam tertawa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status