Share

[S2] Janji Dulu!

last update Last Updated: 2025-01-08 19:11:14

"Baiklah, Mama menyerah. Tapi kamu harus janji!"

Nilam tersenyum lebar, tahu dirinya telah menang. "Janji apa, Ma?" tanyanya dengan nada penuh antusias.

"Kamu harus ikuti semua syarat yang Mama tetapkan," jawab Bu Mala dengan tatapan serius.

Nilam mengerutkan kening, sedikit curiga. "Syarat apa dulu nih, Ma? Nanti syaratnya berat lagi."

Bu Mala mengangkat jari telunjuknya. "Pertama, kamu harus selalu laporan sama Mama tentang pekerjaanmu. Kalau ada hal mencurigakan atau kamu merasa tidak nyaman, langsung cerita ke Mama. Jangan dipendam sendiri!"

Nilam mengangguk cepat. "Oke, itu gampang!"

"Kedua," lanjut Bu Mala, "kamu harus jaga jarak dengan Bos kamu. Jangan terlalu akrab, apalagi sampai ada urusan pribadi di luar kantor. Fokus aja sama pekerjaan kamu."

Nilam tertawa kecil. "Tenang aja, Ma. Aku profesional kok!"

"Tunggu dulu—" potong Bu Mala dengan tatapan tajam. "Yang ketiga, kalau sampai ada tanda-tanda kamu terlalu sering dimanfaatkan, entah itu kerjaan yang di luar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
david ginola
Lanjutttt ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Ada-Ada Aja Sih?

    Bu Mala menatap putrinya dengan sorot mata penuh cinta. “Mama tahu, Sayang. Tapi Mama mohon, jangan abaikan kekhawatiran Mama. Kalau kamu mau kerja, Mama izinkan. Tapi biar Surya yang antar kamu. Gak ada motor-motoran, ya?” Nilam terdiam sejenak, menimbang-nimbang. Akhirnya ia mengangguk pelan. “Baiklah, Ma. Aku naik mobil aja. Tapi Mama juga harus janji… Jangan terlalu khawatir lagi, oke?” Bu Mala tersenyum kecil, meski air mata masih membasahi pipinya. “Mama janji…” Surya, yang mendengar percakapan itu, akhirnya menghembuskan napas lega. “Ayo, Mba Nilam. Kita berangkat sekarang,” ujarnya sambil membuka pintu mobil. Nilam mengangguk, lalu melangkah masuk ke dalam mobil. Sebelum menutup pintu, ia menatap ibunya sekali lagi. “Ma, aku sayang sama Mama. Jangan sedih lagi ya…” Bu Mala tersenyum, melambaikan tangan. “Hati-hati di jalan, Sayang…" *** "Sebenarnya Mama itu kenapa sih? Apa-apa selalu berlebihan. Gak pernah percaya sama aku, terus selalu overprotective. Aku kan udah b

    Last Updated : 2025-01-09
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Semobil Berdua

    "Gimana? Daripada bengong di sini ya kan?""Haaa..." Ia menghela nafas. "Ya sudah Pak."Jean tersenyum. "Ayo masuk!" Dengan gentle Jean membukakan pintu mobilnya untuk Nilam.Ia sempat mendekati Surya yang masih berdiri bengong di posisinya. "Nanti saja aku jelaskan semuanya, Surya!" bisik pria itu sambil memberikan uang untuk supir tersebut.Surya mengangguk ragu. "Oke."Setelah itu Jean menepuk pundak Surya dan pamit dari sana. Meninggalkan Surya yang masih meloading semuanya."Astaga, yang barusan itu beneran Jean bukan ya? Penampilannya berubah banget. Dan— apa itu tadi? Jean jadi Bosnya Mba Nilam? Plot twist yang gak terduga." Kali ini Surya tidak hanya pusing karena ban mobilnya, tapi juga karena pertemuannya dengan Jean."Wiii, lumayan dapat sejuta. Kayaknya Jean udah mapan sekarang." Surya menghitung uang yang Jean berikan, mengipas-ngipasnya di depan wajah dan mengecupnya. Happy sekali.Di dalam mobil, suasana terasa canggung terjadi antara Nilam dan Jean. Nilam duduk diam sa

    Last Updated : 2025-01-09
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Merasa Dejavu

    Jean melirik sekilas ke arah Nilam. Wajah perempuan itu terlihat serius, bahkan cenderung gelisah. Alisnya berkerut, dan bibirnya sedikit mengatup. "Kenapa? Kamu kelihatan seperti sedang memikirkan sesuatu," tanya Jean, memecah keheningan.Nilam tersentak dari lamunannya, sedikit gugup. "Eh? Gak, Bos. Cuma... saya merasa aneh saja.""Aneh kenapa?" Jean mengangkat alis, penasaran. "Saya gak tahu, Bos. Tapi rasanya seperti pernah mengalami hal yang sama seperti ini sebelumnya," jawab Nilam jujur, meski suaranya terdengar ragu. Jean mengerutkan kening, lalu tersenyum kecil. "Déjà vu, mungkin?""Mungkin," jawab Nilam singkat, menghindari tatapan Jean.Namun, Jean tidak berhenti di situ. "Kalau déjà vu itu biasanya karena ada sesuatu yang mirip dengan kenangan kita. Kamu pernah kerja bareng bosmu sebelumnya di situasi seperti ini?"Nilam menggeleng cepat. "Gak pernah, Bos. Ini pengalaman pertama saya kerja. Hanya saja...""Hanya apa?""Gak tau kenapa saya seperti pernah melakukan ini sa

    Last Updated : 2025-01-09
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 01

    "Mas, besok sore aku pulang agak telat ya. Soalnya ada tamu penting dari kantor. Jadi aku harus nemenin Bos buat jamu dia." Pria bernama Jean itu tak mengatakan apapun. Dia sibuk menatap layar laptopnya dalam diam. Toh dia juga bingung harus menjawab apa. Sebab ini, bukan pertama kalinya Sang istri ijin untuk pulang terlambat. Bahkan, dia tak ingat ini permohonannya yang ke berapa. Elisha yang sibuk mengoleskan Skin Care Routinenya langsung menengok ke arah sang suami yang duduk bersandar di kepala ranjang. Diamnya pria 30 tahun itu tentu saja membuatnya resah. "Mas!" Ia menatap pria itu, "Kok kamu diem aja? Kamu ngasih ijin kan?" tanya perempuan dengan gaun tidur berbahan satin itu sedikit penekanan. Jean hanya mendengus. "Terus aku harus jawab apa? Ngelarang juga mustahil kan? Toh kamu nggak akan pernah nurut." Jawaban ketus suaminya membuat Elisha jengah. Jika sudah seperti ini pasti ujung-ujungnya hanyalah pertengkaran saja. "Ya gimana pun juga, aku kan butuh restu kamu Mas.

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 02

    Saat pintu rumahnya terbuka, ia malah dikejutkan oleh sosok yang cukup— cantik. "Kamu ini siapa? Sales ya? Maaf ya, aku lagi nggak pengen beli barang apapun." Perempuan cantik berkulit putih itu meremas tas ransel besar yang ia pegang. "Saya bukan sales Pak. Saya Nilam, ART yang dikirim penyalur ke sini." Jean kaget. ART? Mustahil. Mana ada seorang asisten rumah tangga, berpenampilan cantik begini? Kulitnya putih, wajahnya ayu, rambut hitam lurus, dan bertubuh sintal. Belum lagi dress selutut yang dikenakan oleh perempuan muda itu, seolah sedang memamerkan kaki jenjangnya yang indah. "Kamu bercanda ya? Dibandingkan jadi ART, penampilan kamu lebih cocok buat jadi model tau," cibir Jean tak percaya. "Tapi, saya beneran ART yang dikirim ke sini Pak. Kalau nggak percaya, Bapak bisa telfon langsung ke penyalur kok." Jean menelusuri penampilan perempuan di depannya. "Siapa nama kamu tadi?" "Ni— Nilam Pak." "Ya udah bentar." Jean masuk ke dalam. Mencoba menghubungi nomor penyalur

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 03

    "Rasa kopinya kok beda ya? Ini merk-nya baru?" Nilam kaget. "E— enggak kok Pak. Kopinya sama seperti yang Bapak kasih tadi," terang perempuan cantik itu dengan wajah panik. Ia takut rasa kopi buatannya tidak enak. "Masa sih?" Jean terlihat sangsi. "Emangnya kenapa Pak?" "Soalnya, rasa kopi ini lebih enak dibandingkan sebelumnya. Aromanya juga lebih harum. Makanya aku pikir kopi ini beda merk sama yang sebelumnya." Nilam mengusap dada lega. Dia pikir, Jean tidak suka dengan kopi yang ia buat. "Duh, Bapak bikin saya kaget aja. Kirain tadi kopinya nggak enak." Melihat wajah lega Nilam, membuat senyum kecil Jean terkembang. "Sama. Aku juga kaget karena rasa kopinya lebih enak dibandingin pas buat sendiri." Nilam mengulum senyum. "Makasih Pak." "Ya udah, kamu lanjutin masaknya." "Baik Pak. Saya permisi." Pria dengan bahu kokoh itu melihat Nilam yang berjalan meninggalkan tempat kerjanya. Batinnya menggumam, 'Bahkan, Elisha aja nggak bisa bikin kopi seenak buatannya.' Jean mengge

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 04

    "Keterlaluan istri gue. Masa, tiap diajak berhubungan dia nggak pernah mau. Alesan capek-lah, ngantuk-lah. Banyak bangetlah cara dia buat ngehindar." "Sumpah bro, gue sampai sakit kepala gara-gara sering ditolak. Lo bayangin, seminggu aja nggak gituan udah bikin gua stres. Lah ini, hampir tiga bulan gua nggak bisa nyentuh dia." Itulah keluhan Jean siang ini pada teman baiknya. Saka. Pria yang sudah lama jadi kawannya ini adalah tempat curhat yang paling pas untuk menampung segala uneg-unegnya. "Aneh banget istri lo itu, masa suami minta gitu nggak dikasih? Padahal kan lumrah kalau kita sebagai suami minta dilayani soal ranjang." "Nah kan? Giliran jajan di luar dia marah. Tapi pas suami butuh, dia nggak bisa." Jean terlihat kesal. Wajahnya sudah tidak enak sejak semalam. Yah maklum, itu karena dia gagal menyalurkan hasratnya. "Coba deh lo bicarain baik-baik ke Elisha. Gimana pun juga itu kan kebutuhan kita sebagai suami istri. Ya masa, cuma gara-gara capek kita dianggurin gitu aj

    Last Updated : 2024-08-20
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Bab 05

    "Nasinya mau berapa banyak Pak?" Nilam memandangi tuannya yang tampak tertegun saat ia bertanya demikian. Dan bagi Jean, itu cukup mengejutkan baginya sebab setelah beberapa waktu terakhir ada seseorang yang mau repot-repot menuangkan nasi untuknya. Yang bahkan, Elisha saja tidak mau melakukan itu untuknya. "Pak? Bapak kenapa? Kok malah ngelamun?" "Eh— enggak. Ini lho, aku—" Jean garuk-garuk kepala seperti orang linglung. "Nasinya mau berapa banyak Pak?" ulang Nilam lagi. "Segini cukup?" tanyanya sambil menunjukkan nasi yang sudah dia tuang ke atas piring. "Udah," jawab Jean singkat. "Lauknya Pak, silahkan ambil sendiri!" Nilam menaruh piring di depan dada Jean. Sementara dia membantu majikannya tersebut untuk membuka tudung saji supaya pria itu dapat mengambil lauknya dengan sepuas hati. "Gimana Pak? Enak nggak?" Perempuan seksi dengan balutan T-shirt dan rok berbentuk A-line bermotif batik itu menatap tuannya penuh harap. Yah, berharap Jean memuji masakan yang telah di

    Last Updated : 2024-08-20

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Merasa Dejavu

    Jean melirik sekilas ke arah Nilam. Wajah perempuan itu terlihat serius, bahkan cenderung gelisah. Alisnya berkerut, dan bibirnya sedikit mengatup. "Kenapa? Kamu kelihatan seperti sedang memikirkan sesuatu," tanya Jean, memecah keheningan.Nilam tersentak dari lamunannya, sedikit gugup. "Eh? Gak, Bos. Cuma... saya merasa aneh saja.""Aneh kenapa?" Jean mengangkat alis, penasaran. "Saya gak tahu, Bos. Tapi rasanya seperti pernah mengalami hal yang sama seperti ini sebelumnya," jawab Nilam jujur, meski suaranya terdengar ragu. Jean mengerutkan kening, lalu tersenyum kecil. "Déjà vu, mungkin?""Mungkin," jawab Nilam singkat, menghindari tatapan Jean.Namun, Jean tidak berhenti di situ. "Kalau déjà vu itu biasanya karena ada sesuatu yang mirip dengan kenangan kita. Kamu pernah kerja bareng bosmu sebelumnya di situasi seperti ini?"Nilam menggeleng cepat. "Gak pernah, Bos. Ini pengalaman pertama saya kerja. Hanya saja...""Hanya apa?""Gak tau kenapa saya seperti pernah melakukan ini sa

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Semobil Berdua

    "Gimana? Daripada bengong di sini ya kan?""Haaa..." Ia menghela nafas. "Ya sudah Pak."Jean tersenyum. "Ayo masuk!" Dengan gentle Jean membukakan pintu mobilnya untuk Nilam.Ia sempat mendekati Surya yang masih berdiri bengong di posisinya. "Nanti saja aku jelaskan semuanya, Surya!" bisik pria itu sambil memberikan uang untuk supir tersebut.Surya mengangguk ragu. "Oke."Setelah itu Jean menepuk pundak Surya dan pamit dari sana. Meninggalkan Surya yang masih meloading semuanya."Astaga, yang barusan itu beneran Jean bukan ya? Penampilannya berubah banget. Dan— apa itu tadi? Jean jadi Bosnya Mba Nilam? Plot twist yang gak terduga." Kali ini Surya tidak hanya pusing karena ban mobilnya, tapi juga karena pertemuannya dengan Jean."Wiii, lumayan dapat sejuta. Kayaknya Jean udah mapan sekarang." Surya menghitung uang yang Jean berikan, mengipas-ngipasnya di depan wajah dan mengecupnya. Happy sekali.Di dalam mobil, suasana terasa canggung terjadi antara Nilam dan Jean. Nilam duduk diam sa

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Ada-Ada Aja Sih?

    Bu Mala menatap putrinya dengan sorot mata penuh cinta. “Mama tahu, Sayang. Tapi Mama mohon, jangan abaikan kekhawatiran Mama. Kalau kamu mau kerja, Mama izinkan. Tapi biar Surya yang antar kamu. Gak ada motor-motoran, ya?” Nilam terdiam sejenak, menimbang-nimbang. Akhirnya ia mengangguk pelan. “Baiklah, Ma. Aku naik mobil aja. Tapi Mama juga harus janji… Jangan terlalu khawatir lagi, oke?” Bu Mala tersenyum kecil, meski air mata masih membasahi pipinya. “Mama janji…” Surya, yang mendengar percakapan itu, akhirnya menghembuskan napas lega. “Ayo, Mba Nilam. Kita berangkat sekarang,” ujarnya sambil membuka pintu mobil. Nilam mengangguk, lalu melangkah masuk ke dalam mobil. Sebelum menutup pintu, ia menatap ibunya sekali lagi. “Ma, aku sayang sama Mama. Jangan sedih lagi ya…” Bu Mala tersenyum, melambaikan tangan. “Hati-hati di jalan, Sayang…" *** "Sebenarnya Mama itu kenapa sih? Apa-apa selalu berlebihan. Gak pernah percaya sama aku, terus selalu overprotective. Aku kan udah b

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Janji Dulu!

    "Baiklah, Mama menyerah. Tapi kamu harus janji!" Nilam tersenyum lebar, tahu dirinya telah menang. "Janji apa, Ma?" tanyanya dengan nada penuh antusias."Kamu harus ikuti semua syarat yang Mama tetapkan," jawab Bu Mala dengan tatapan serius. Nilam mengerutkan kening, sedikit curiga. "Syarat apa dulu nih, Ma? Nanti syaratnya berat lagi." Bu Mala mengangkat jari telunjuknya. "Pertama, kamu harus selalu laporan sama Mama tentang pekerjaanmu. Kalau ada hal mencurigakan atau kamu merasa tidak nyaman, langsung cerita ke Mama. Jangan dipendam sendiri!" Nilam mengangguk cepat. "Oke, itu gampang!" "Kedua," lanjut Bu Mala, "kamu harus jaga jarak dengan Bos kamu. Jangan terlalu akrab, apalagi sampai ada urusan pribadi di luar kantor. Fokus aja sama pekerjaan kamu." Nilam tertawa kecil. "Tenang aja, Ma. Aku profesional kok!" "Tunggu dulu—" potong Bu Mala dengan tatapan tajam. "Yang ketiga, kalau sampai ada tanda-tanda kamu terlalu sering dimanfaatkan, entah itu kerjaan yang di luar

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Mama Tidak Setuju

    Nilam tersenyum menyeringai, memperbaiki posisi duduknya di kursi dapur, dan mulai menceritakan apa yang terjadi hari ini. "Sebenarnya aku keterima jadi sekertaris pribadi Ma."Jawaban Nilam itu membuat Bu Mala melotot kaget. "Sekpri?"Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan lucu. "Keren kan? Baru ngelamar kerja aja udah dapat posisi bagus," ucapnya penuh rasa bangga.Bu Mala mengerutkan keningnya. Bukannya senang atau bangga, namun wanita paruhbaya itu tampak kurang setuju dengan pekerjaan yang Nilam dapatkan. "Tolak aja Sayang!"Nilam melotot tak percaya. "Ditolak? Kenapa Ma?""Mama tau kamu itu kayak gimana. Takutnya kamu bukannya fokus kerja malah godain Bos kamu," terang Bu Mala. 'Kayak kamu sama si Jean dulu,' imbuhnya dalam hati.Nilam langsung berdiri dari kursinya, menatap sang Mama dengan wajah penuh protes. "Kenapa Mama ngomong kayak gitu? Aku kerja buat cari uang, bukan buat yang aneh-aneh!" Bu Mala mengangkat alis, memandang putrinya dengan tatapan tajam. "Kamu

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Bagaimana harimu?

    "Omong-omong, Nilam. Aku penasaran sama sesuatu nih.""Soal apa?""Gimana wajah Bos kita? Dia pasti bapak-bapak paruhbaya ya?"Nilam hanya tersenyum kecil mendengar pertanyaan Talita, tapi ia tidak langsung menjawab. Ia sengaja membiarkan temannya menebak-nebak.“Eh, gimana, Nilam?” Talita memandangnya dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu. “Dia pasti tipikal bos-bos kebanyakan, kan? Udah agak tua, pakai kacamata, rambut mulai beruban, tapi tetap kelihatan karismatik. Bener nggak?”Nilam terkekeh kecil, lalu menggeleng. “Enggak, dia gak kayak gitu.”“Loh?” Talita memiringkan kepala, semakin penasaran. “Kalau gak kayak gitu, terus kayak gimana? Jangan-jangan dia tipe bos yang galak dan suka marah-marah?”Nilam terdiam sesaat, mencoba merangkai kata-kata. “Dia... gimana ya, Mba? Pokoknya jauh dari bayangan kamu deh. Dia kayaknya sih masih muda, mungkin sekitar 35 tahunan. Gayanya juga santai, tapi kelihatan tegas. Terus...

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Happy, Tapi Bikin OVT

    “Sekretaris pribadi? Maksudmu, sekretarisnya Jean Adrian? Pemilik perusahaan ini?” Nilam mengangguk kecil, mencoba meyakinkan dirinya sendiri meskipun suara Talita membuat semua keraguannya terasa semakin nyata. Talita menatap Nilam dengan campuran rasa kagum. "Kamu keren banget Nilam."Nilam menghela napas panjang, matanya menatap kosong ke lantai. “Keren apanya?"Talita masih memandangi Nilam dengan wajah kagum. “Keren apanya? Nilam, Kamu sadar gak sih? Dari sekian banyak orang di sini, kamu yang dipilih buat jadi sekretaris pribadi! Itu keren banget, loh!”Nilam menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang sejak tadi terasa kacau. “Tapi aku gak yakin aku pantas buat posisi itu, Mba. Aku gak punya pengalaman apa-apa soal jadi sekretaris. Lagian, kenapa harus aku? Masih banyak orang lain yang lebih cocok padahal. Yang lebih pengalaman maksudnya.” Talita memiringkan kepala, bingung mendengar keraguan Nilam.

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jadi Sekpri

    Jean menatap Nilam dengan tatapan tajam yang sulit ditebak, lalu melanjutkan kalimatnya dengan nada tegas namun lembut. "Saya ingin kamu menjadi sekretaris pribadi saya."Mata Nilam melebar, wajahnya dipenuhi keterkejutan. "S-sekretaris pribadi, Pak?" ucapnya, setengah gagap. Ia bahkan tidak yakin apakah ia mendengar dengan benar.Jean mengangguk pelan, matanya masih terpaku pada wajah Nilam yang tampak bingung. "Iya. Sekretaris pribadi. Saya tahu kamu tidak melamar untuk posisi ini, tapi setelah melihat profil kamu dan berbicara langsung denganmu, saya merasa kamu kandidat yang tepat."Nilam menelan ludah, mencoba mencerna situasi ini. "T-tapi Pak, saya tidak punya pengalaman sebagai sekretaris. Saya takut bapak kecewa."Jean menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya berubah menjadi lebih santai. "Tidak perlu khawatir soal pengalaman. Tugas seorang sekretaris pribadi sebenarnya cukup sederhana, Nilam. Kamu hanya perlu membantu saya mengatur jad

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Tawaran Jean

    “Baik, Nilam. Kalau boleh tahu, apa alasan kamu melamar di perusahaan kami? Apa yang membuat kamu tertarik?”Nilam tersenyum lagi, kali ini sedikit lebih canggung. “Saya pikir, perusahaan ini menawarkan peluang yang baik untuk berkembang, dan posisinya juga sesuai dengan yang saya cari.” Jean mengamati Nilam dengan cermat. Matanya yang tajam menangkap kegelisahan kecil di wajah gadis itu “Baiklah,” kata Jean, menutup berkas di depannya. “Nilam, apa yang kamu harapkan dari pekerjaan ini? Selain, tentu saja, penghasilan yang kamu sebutkan tadi.”Nilam tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. “Saya ingin menambah pengalaman dan belajar lebih banyak. Saya percaya, lingkungan kerja yang mendukung seperti perusahaan ini akan memberikan banyak peluang untuk itu.”"Jadi kamu kerja hanya untuk pengalaman saja?""Bukan cuma itu saja sih, Pak.""Lalu?""Saya juga cari penghasil yang lebih baik daripada pekerjaan saya yang sebelu

DMCA.com Protection Status