Share

Kecurigaan Istri Pertama

“Jangan memerintahku kembali ke Perancis!” Suara Douglass datar saat bicara dengan istri mudanya. Mereka sekarang berada di dalam kamar. Ini pertama kalinya Douglass memasuki kamar Bintang setelah menikah selama 8 bulan.

Bintang membalas tatapan pria tersebut. “Bukankah kau sedang resah karena istri tuamu terus-terusan menelepon dan memintamu kembali ke Perancis secepatnya!” sahutnya.

“Kau menguping pembicaraanku dengannya?!”

“Tidak! Tapi, tidak sengaja mendengarnya,” jawab Bintang ketus, tapi jujur.

“Tidak seharusnya kau mendengar pembicaraan kami, meski kau tidak sengaja mendengarnya sekalipun!” tegas Douglass.

Bintang malas menanggapi ucapan Douglass yang sama sekali tidak berarti untuknya. “Silahkan keluar dari sini, aku ingin mandi!” usir Bintang.

Douglass tersenyum kesal, “aku berhak di sini sampai kapanpun aku mau! Kau tidak berhak melarangku atau mengaturku karena aku adalah suamimu!”

“Suami di atas kertas! Pernikahan kita terjadi karena perjanjian!” Skak Bintang dan berhasil membuat Douglass bungkam.

Douglass menatap datar dan tajam pada Bintang, kemudian segera keluar dari kamar tersebut dengan rasa marah yang mulai menyebar ke seluruh hatinya. Bintang yang dulunya gadis penurut dan patuh, sekarang menjadi pembangkang. Tidak pernah sekalipun ia melihat Bintang menatapnya nyalang seperti tadi.

Douglass menyesap rokoknya. Sepertinya ia tidak bisa menganggap remeh ancaman Bintang yang tidak akan memberikan anaknya setelah perjanjian pernikahan mereka selesai. Gadis itu semakin berani dan menentangnya.

“Tuan ada kiriman bunga untuk Nyonya.” Pelayan memeluk rangkaian bunga mawar merah lalu menyerahkan pada Tuanya yang tengah merokok.

Douglass menoleh, alisnya menyatu, menatap tajam pada bunga itu. “Siapa pengirimnya?” tanya Douglass, dingin.

“Tidak ada nama pengirimnya.” Pelayan menyerahkan bunga itu, tapi Douglass menyuruhnya untuk membuangnya.

Douglass yakin kalau pengirim bunga itu adalah pemuda bermata sipit yang menyukai Bintang. Dadanya bergemuruh, rasa tidak suka dan tidak terima mengepung dadanya. Ia tidak rela dan tidak suka jika istrinya disukai oleh pria lain. Douglass sampai saat ini belum menyadari kalau di dalam hatinya sudah terpatri nama Bintang di sana.

...

Bintang sudah cantik mengenakan dress warna navy yang kontras di kulit putihnya. Ia menuruni tangga sambil menyelempangkan tas di pundak. Rambutnya dikuncir kuda memperlihatkan leher jenjangnya yang mulus tanpa cela. Wanita itu hamil itu sangat menawan dan begitu memikat setiap. Bahkan Douglass saja sampai tidak berkedip melihatnya.

“Kau belum siap?” tanya Bintang, menatap suaminya yang masih mengenakan kaos dan celana pendek. “Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kandunganku.”

“Sial! Kenapa kau tidak memberitahuku?!”

“Aku sudah memberitahumu sebelumnya! Dasar orang tua, suka pikun!!!” cibir Bintang sambil menatap sebal pada pria tua tapi masih terlihats sangat tampan itu.

“Hei! Aku masih muda, usiaku baru 40 tahun!” tegas Douglass tidak suka dikatai ‘tua’.

“Ya, terserah! Kau tua tapi kelakuanmu seperti bocah! Cepat bersiap, aku menunggumu di luar!” balas Bintang tidak ada manis-manisnya pada suaminya.

Douglass mendengus kesal, lalu berlalu dari sana menuju kamarnya untuk bersiap. Tidak berselang lama ia sudah berganti pakaian. Rambutnya yang berantakan sudah disisir rapi. Visualnya sangat tampan, dan berwibawa layaknya bapak-bapak pada umumnya.

Mobil mewah berwarna hitam sudah siap dengan sopir di dalamnya.

Bintang segera masuk ke mobil bersamaan dengan Douglass keluar dari rumah. Bintang menatap suaminya sekilas, sejujurnya ia selalu terpesona dengan Visual suaminya yang sangat tampan dan berwibawa. Namun ia harus selalu memberikan sekat di dalam hatinya agar tidak jatuh dalam dekapan pria tersebut untuk selamanya.

“Apa aku kelihatan sudah tua?” Tiba-Tiba Douglass melontarkan pertanyaan kepada sopir yang duduk di balik kemudi.

Sopir menggeser spion tengah, menatap wajah tuannya sambil tersenyum. “Anda masih sangat tampan, Tuan. Tapi, maaf, uban di kepala Anda tidak bisa membohongi umur.” Sopir itu berbicara jujur kepada tuannya.

dengan refleks ia menyentuh kepalanya ,“Tidak masalah, aku bisa pergi ke salon untuk menyamarkannya!” Douglass berkata dengan rasa penuh percaya diri.

Bintang hanya menggelengkan kepala sebagai respons atas sikap aneh suaminya.

Mobil mewah itu melaju, menyusuri jalanan kota menuju rumah sakit.

...

Selesai periksa kandungan. Bintang menyuruh sopir untuk mengantarkannya ke pusat perbelanjaan.

“Kata dokter kau harus banyak istirahat, bukan malah berbelanja!” ucap Douglass dingin, tanpa menatap istrinya, karena pandangannya saat ini fokus pada foto USG yang ada di tangannya. Hatinya menghangat, dan perasaan haru meluluh lantakkan hatinya saat melihat foto calon bayinya yang tumbuh kuat, dan sehat.

"Sebentar lagi bayi ini akan lahir. Aku harus membeli perlengkapannya," jawab Bintang dengan suara lirih yang penuh kesedihan. Hatinya seperti ditusuk belati tajam ketika menyadari bahwa ia akan segera terpaksa berpisah dengan buah hatinya. Air matanya terasa penuh sesak dan menetes, membasahi pipi yang pucat pasi. Sudah sekuat tenaga ia berusaha membujuk Douglass untuk membatalkan surat pernikahan itu, namun Douglass tetap keras kepala tak mau menanggapi.

Sementara itu, Freya - istri pertama Douglass - menuju Jakarta dengan perasaan yang bergolak bak lautan badai. Rasa curiganya terbukti benar, bahwa suaminya ternyata menyimpan selingkuhan. Ia mengeluarkan segala daya dan upaya, bahkan sampai menyewa detektif untuk mengikuti jejak Douglass selama berada di Jakarta. Hatinya hancur berkeping-keping, bagai ditelan bumi saat mengetahui bahwa suaminya ternyata telah menikahi wanita lain, yang bahkan jauh lebih muda darinya. Dua wanita yang tersakiti oleh laki-laki yang sama, kini berada dalam penguasaan perasaan yang sama; hancur, kecewa, dan kehilangan harapan.

Douglass dan Bintang tiba di pusat perbelanjaan, berusaha melupakan perasaan kesal dan emosi yang sempat menghantui hati mereka. Begitu melihat deretan pakaian bayi yang imut dan menggemaskan, seolah mendapati oasis di tengah padang pasir, mereka tidak bisa menahan senyuman. Langkah mereka kompak meraih pilihan pakaian, bergelut dalam semangat kebersamaan. Bintang tersenyum penuh harap sambil menggenggam tangan suaminya. Mereka lantas memilih pakaian berwarna netral, sebab mereka belum mengetahui jenis kelamin buah hati yang akan dilahirkan. Setiap sentuhan lembut pada baju bayi itu, membayangkan kebahagiaan yang akan datang.

“Nyonya, ini ada pakaian khusus untuk menyusui, apakah Anda tertarik untuk membelinya? Lagi promosi loh,” kata pramuniaga yang menawarkan barang dagangannya pada calon kedua orang tua itu.

“Boleh, aku mau membelinya selusin,” jawab Douglass dengan cepat, karena pakaian itu pasti cocok untuk Bintang.

“Tidak perlu. Aku tidak membutuhkan pakaian itu!” Bintang segera menyela.

“Kenapa? Setelah melahirkan kau sangat membutuhkan pakaian ini agar lebih mudah menyusui bayi kita.”

“Apa kau lupa dengan perjanjian kita? Bukankah aku akan pergi setelah melahirkan bayi ini! Jadi jangan membelinya!” jawab Bintang dingin dan sedih seraya mengusap perutnya, di mana bayi di dalamnya bergerak lincah.

Douglass diam. Saking bahagianya membeli pakaian bayi ia sampai melupakan tentang perjanjian mereka.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
❤️MOMMY JEJE 💋💋
weehh bakal terjadi terjadi gencatan senjata ini, antara Freya dan bintang kira² Om Doug dukung yg mana yaa......
goodnovel comment avatar
Maryati Yati
istri hanya diatas kertas tapi dia yg bisa memberikan anak apa tega memisahkanya nanti
goodnovel comment avatar
N.vinata
asli dah...si Raja Tega dia ini....itu Freya kira2 akan marah2 or ngamok2 gak jelas kayaknya sama Bintang.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status