Share

Perubahan Sikap Douglass

Bintang menepis segelas teh hangat yang diberikan oleh suaminya. Ia bahkan enggan menatap Douglass.

Douglass memahami perasaan istrinya yang masih sangat marah padanya.

Karena kata dokter ibu hamil tidak boleh merasa tertekan atau mempunyai banyak pikiran, maka Douglass memilih untuk mengalah, sabar, dan menurunkan segala keegoisannya.

"Maaf," kata douglass dengan lembut, seraya menatap Bintang yang terlihat pucat di atas tempat tidur.

"Aku ingin perjanjian pernikahan kita dibatalkan!" Bintang berkata dengan pelan tapi datar.

Ucapan bintang sukses membuat tugas kembali emosi, namun sekuat tenaga ia menahannya karena kondisi Bintang saat ini sangat lemah.

"Perjanjian tetaplah perjanjian sampai kapanpun tidak akan pernah bisa diubah!" Douglass memandang Bintang dengan perasaan berkecamuk di dalam dada. “Kau masih ingat ucapanku dulu? Kau adalah milikku seutuhnya. Kau tidak berhak untuk mengatur hidupku, namun aku berhak mengatur kehidupanmu!" sambung Douglas dengan penuh penekanan.

Situasi di dalam kamar tersebut semakin memanas dan menegangkan.

"Kalau begitu Aku tidak akan pernah memberikan anak ini kepadamu!” ucap Bintang tak kalah menekan, dan penuh keberanian. Ia tahu tidak akan mudah untuk melawan seorang Douglas Jordan pria kaya raya pengusaha dari Prancis yang mempunyai perusahaan mobil di Negara ini. Namun, ia tahu kelemahan pria tersebut, yaitu seorang anak. Douglass sangat mengingjnkan anak di dalam rahimnya ini.

Douglass mengepalkan kedua tangannya, tatapannya semakin ke kelam saat memandang Bintang. Ia tidak pernah menyangka jika gadis itu akan berani berkata seperti itu kepadanya.

"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah merubah perjanjian itu!!” Douglass berkata dingin dan arogant. "Jangan coba-coba untuk menentangku, Bintang!" Douglas kembali mengingatkan Bintang dengan ancamannya.

"Kau menginginkan anak dari rahim seorang gadis muda sepertiku. Kau merenggut masa mudanya dan kebahagiaannya hingga detik ini kau pun masih tetap menguasai hidupnya. Apa salahnya jika kau merubah perjanjian itu. Kau menginginkan anak ini dan aku juga menginginkanmu seutuh!" ucap Bintang dengan lantang dan penuh keberanian kepada suaminya yang kini sudah berdiri di dekat tempat tidurnya.

"Jangan lupakan kalau aku sudah membelimu seharga satu miliar!" desis Douglas dengan suara dinginnya. "Seharusnya kau bersyukur karena aku masih berbaik hati kepadamu memberikanmu hidup yang layak ,tempat tinggal dan segala keinginanmu aku penuhi! Jangan lupa diri bahwa kau hanyalah seorang gadis rendahan yang sangat menjijikan!" Douglas menunjuk wajah Bintang dengan penuh emosi yang membara di dalam hatinya. Kemudian berlalu dari kamar tersebut meninggalkan Bintang yang termangu seorang diri di atas ranjang dengan penuh kesedihan dan penderitaan.

....

Beberapa hari telah berlalu. Douglass masih berada di Jakarta. Ia tidak akan meninggalkan Bintang sebelum keadaan gadis itu membaik. Hubungannya dengan Bintang semakin renggang karena perdebatan yang terjadi beberapa hari yang lalu. Dan sampai saat ini Bintang pun tidak ingin berbicara dengannya.

Bintang berjalan melintasi ruang keluarga, tanpa sengaja ia mendengar percakapan Douglas dengan seseorang di ujung telepon sana. Suaminya berdiri dengan resah mondar-mandir sambil mengusap tengkuk, berbicara menggunakan bahasa Inggris namun Bintang masih bisa memahami.

"Tidak bisa! Aku tidak bisa kembali ke Perancis sekarang. Perusahaan di Jakarta sedang membutuhkanku, mohon pengertiannya sayang,” ucap Douglas dengan penuh kelembutan.

Semenjak menikahi Bintang, Douglass jadi pandai berbohong kepada istri pertamanya. Selalu saja menggunakan alasan urusan bisnis untuk menemui bintang di Jakarta.

Bintang yakin kalau suaminya tengah berbicara dengan istri pertamanya. Perasaan cemburu dan sakit menyeruak dan memenuhi rongga dadanya hingga membuatnya merasa sesak. Bintang berusaha untuk mengabaikan perasaan itu namun semakin diabaikan malah semakin besar rasanya. Salahkah dia menginginkan pria itu menjadi miliknya seutuhnya?

Bintang menggeleng pelan, berusaha keras untuk menepis segala perasaan itu. Sekarang yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya membuat pria itu membatalkan perjanjian pernikahan mereka. Sumpah demi apapun dia tidak ikhlas memberikan anaknya.

"Nyonya Anda mau ke mana?" Bibi pelayan bertanya kepada nyonya yang akan keluar rumah.

“Aku akan jalan santai keliling Taman. Kedua kakiku terlihat bengkak setelah beberapa haro diam di rumah,” jawab Bintang seraya menunjuk kedua kakinya yang terlihat bengkak.

Douglas segera mematikan sambungan teleponnya ketika mendengar percakapan Bintang dan pelayan. Kemudian mendekati istrinya, “aku akan menemanimu!" Douglass berkata dengan tegas sekolah tidak ingin menerima penolakan. Selain itu ia tidak ingin istri mudanya ini didekati Pemuda taman.

Bintang mendengus, menatap kesal pada suaminya, kemudian berlalu keluar dari rumah tersebut tanpa menjawab ucapan suaminya. Douglass segera mengikuti langkah Bintang menuju Taman Perumahan.

"Ingat kata-kataku kau tidak boleh berdekatan dengan pria manapun!" Douglass berkata dengan nada tegas ketika menyadari bahwa di area Taman tersebut banyak pemuda yang menatap kagum pada istrinya.

Aura kecantikan Bintang kian terpancar saat gadis itu mengandung. Meski perutnya membuncit namun tubuh Bintang tetap terjaga, ideal dan menawan. Tak khayal jika banyak pria menatap kagum pada gadis berusia 22 tahun itu.

"Kau tidak mempunyai hak untuk melarangku. Dan sepertinya aku harus mencari pria baru yang bisa memberikanku kebahagiaan setelah kita berpisah!" Kata-kata Bintang begitu menohok dan membuat hati Douglass terbakar cemburu dan amarah yang begitu besar.

Douglass tidak memahami perasaannya, entah kenapa dia tiba-tiba cemburu kepada Bintang, namun dia berusaha untuk meneguhkan hatinya bahwa yang dia rasakan ini bukanlah rasa suka namun hanya kekhawatiran karena bintang telah mengandung calon bayinya.

Douglass mengepalkan kedua tangannya, kemudian menarik istri mudanya itu kembali ke rumah, bersamaan dengan pemuda taman berjalan ke arahnya.

“Hai, ibu hamil, apa kabar?” Sapa Pemuda tersebut dengan ramah dan ceria kepada Bintang. Tatapannya beralih pada pria berparas blasteran yang terdiri di samping wanita hamil itu. Ia yakin kalau pria ini adalah suami Bintang, tapi kenapa tua? Pikirnya.

“Minggir bocah! Jangan pernah mengganggu Istriku lagi!" Kata Douglas penuh peringatan pada pemuda berkulit putih dan bermata sipit itu.

"Oh, jadi Bintang adalah istrinya Om. Aku pikir tadi Om ini adalah ayahnya bintang," balasnya dengan nada mengejek sambil tertawa sinis.

"Kurang ajar!" Douglass ingin melayangkan tinju ke wajah Pemuda tersebut Namun tangannya ditahan Bintang.

"Jangan membuat keributan di sini!" Bintang memperingati, lalu menggiiring suaminya pulang.

Sampai rumah, pasangan suami istri itu kembali bertengkar.

“Jangan seperti anak kecil!" ucap Bintang kepada suaminya dengan tegas. Ia semakin tidak memahami sikap Douglas yang terkadang baik, terkadang juga kejam padanya.

"Aku hanya ingin memberikan pelajaran kepada pemuda yang kurang ajar itu karena sudah berani mengganggu istriku!" Douglass berkata dengan penuh penekanan dingin dan wajahnya tampak menakutkan.

Tapi, karena sudah terbiasa melihat sikap suaminya maka Bintang pun tidak takut. Justru Ia merasa jengah dengan segala sikap Douglas yang suka berubah-ubah belakangan ini.

Bintang tersenyum sinis, menatap Douglass sambil geleng-geleng kepala, "istri? maksudmu istri di atas kertas?" ucap Bintang dengan nada penuh keberanian. sebelumnya ia tidak pernah seberani ini kepada Douglas, ia selalu patuh dan penurut, mungkin lebih tepatnya ia terlalu takut.

"Tutup mulutmu!" Douglass berkata dengan nada dingin dan datar tak lupa memberikan Tatapan yang begitu mematikan kepada gadis tersebut.

Bintang mengelola nafas kasar, pria itu selalu saja menekannya, tapi mulai saat ini ia tidak akan mudah lagi untuk ditindas ataupun diremehkan seperti ini. Demi memperjuangkan bayi yang ada di dalam kandungannya ia mengumpulkan keberanian untuk melawan pria Arogan tersebut.

"Lebih baik kau kembali saja ke Perancis!" Setelah mengatakan hal itu Bintang melenggang pergi dengan perasaan kesal luar biasa kepada suaminya.

"Hei!" Douglass teriak lantang. Ia tidak terima istrinya menyuruhnya kembali ke Perancis.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
19senja Kimpluk87
pengikut setia yg ikut Author sampai kesini..
goodnovel comment avatar
Yoshe
aku dari negri NT kesini menemui bintang thoor...
goodnovel comment avatar
Maryati Yati
udah bitang gak usah bingung toh udah ada cowok yg suka pepet aja terus biar suamimu pusing gak karuan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status