Beranda / Pernikahan / Terjerat Dekapan Om Tampan / Kedatangan Istri Pertama.

Share

Kedatangan Istri Pertama.

Penulis: Lena Linol
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-25 14:59:10

Saat tiba di rumah setelah berbelanja, Bintang langsung berlari menuju kamarnya, mengunci diri di dalam kamar dan tak kuasa menahan isak tangisnya sepanjang hari. Meskipun malam telah menjelang, ia masih terus menyendiri, tak mengizinkan suaminya masuk kecuali saat sang pelayan mengantarkan makanannya.

"Tuan, Nyonya Bintang masih menangis tanpa henti hingga saat ini. Kondisinya sangat mengkhawatirkan," lapor Bibi, pelayan setia mereka, pada tuannya, Douglass, yang sedang duduk tenang di ruang keluarga sambil mengisap rokoknya dengan dingin.

Douglass mendengus, matanya menyala penuh kekesalan, "Biarkan dia menghabiskan air matanya. Setelah semua itu habis, dia tak akan bisa menangis lagi." Ucapnya dengan nada tegas dan arogan, seolah tak ada belas kasihan dalam hatinya.

Bibi pelayan hanya bisa menghela napas panjang, merasa iba melihat nasib majikannya, sebelum mengundurkan diri dari ruangan tersebut. Di balik ekspresi beku yang ditampilkan oleh Douglass, hatinya bersikeras menduga bahwa Bintang merancang segala adegan ini sebagai upaya untuk melelehkan hatinya dan membatalkan perjanjian pernikahan mereka yang penuh intrik. Maka dari itu, dia berusaha keras untuk tak terpengaruh dan tidak peduli dengan tangisan Bintang yang sesungguhnya menjadi lantunan paling hancur dalam hidupnya.

Bintang mengusap air matanya yang jatuh satu per satu, perasaan hancur menyelimuti hatinya. Sambil mengusap perutnya yang semakin membesar, ia berbisik pada janin yang tumbuh di dalam kandungan, "Kamu akan tetap bersama dengan Mama. Mama tak akan membiarkan siapa pun merebutmu dariku. Kuat ya, Sayang. Kamu anak hebat, dan kamu adalah penyemangat Mama dalam menghadapi segala cobaan ini."

Bintang bertekad untuk melarikan diri bersama anaknya jika Douglass tak kunjung membatalkan surat perjanjian pernikahan mereka. Hatinya pilu dan tak sanggup membayangkan jika harus terpisah dari bayi yang sedang tumbuh di rahimnya. Bayang-bayang itu sudah cukup untuk membuatnya terpuruk dan hancur berkeping-keping.

Terjadi kegaduhan di pagi hari di rumah besar itu. Tiba-tiba, Freya hadir menggebrak pintu, membuat jantung Douglass nyaris melompat dari tempatnya. Wajahnya merah padam, dan rasa terkejut terpancar begitu jelas.

"Kenapa? Terkejut?" Freya melempar senyum sinis, penuh emosi yang memuakkan pada suaminya.

"Freya... Bagaimana bisa kau berada di sini?" Douglass menelan ludah, berusaha keras untuk tetap tenang, seolah melawan gemuruh dalam dadanya.

Douglas tidak menyangka bahwa istrinya akan mengetahui semua rahasia yang selama 8 bulan ini ia sembunyikan. Setelah melihat kedatangan istrinya di rumah ini, dan ia menduga kalau Freya telah menyewa detektif untuk memata-matainya selama ini.

"Ha!" Freya tertawa penuh luka, mengejek suaminya yang berusaha tenang. "Sudahlah! Hentikan sandiwaramu itu! Suami yang selama ini aku puja, aku hormati, dan aku cintai ternyata memiliki hati yang serakah!" Setiap kata yang terlontar dari bibir Freya menekankan rasa sakit, pengkhianatan, dan kekecewaan yang menghantui hatinya.

"Tenangkan dirimu dulu, Freya. Aku akan menjelaskan semuanya padamu." Douglass berusaha bernegosiasi dengan istri pertamanya, menahan amukan yang mendalam.

Freya menepis tangan Douglass yang hendak menyentuhnya. "Tenang? Bagaimana aku bisa tenang!" pekiknya dengan emosi yang meluap-luap, kemarahan dan sakit hati bergelayut di nadanya. Suaminya tetap bersikap dingin seolah tak peduli bagaimana perasaannya. "Lepaskan aku, biarkan aku menghadapi wanita jalang itu!!!" Dengan keberanian yang menjulang, Freya mencoba melangkah lebih dalam ke rumah itu.

Namun, Douglass menahannya. "Aku tidak mengizinkanmu menemuinya!" tegasnya, suaranya terasa menusuk bagaikan pedang yang tajam. Wajahnya dingin, dan matanya bersinar penuh tekad. Douglass takut jika Freya akan menyakiti Bintang, terlebih lagi kondisi Bintang saat ini sedang hamil tua. Ia juga sangat memikirkan kesehatan Bintang yang belakangan ini kurang baik.

"Kau ingin melindunginya? Apa secinta itu kau dengan wanita jalang itu!" teriak Freya, emosinya melonjak bak samudra yang berombak tinggi. Air matanya tumpah dengan deras, tiada henti menetes dari pipinya, seperti mencoba menghapus perihnya yang tak tertahankan.

"Kau adalah wanita yang tetap akan kucintai selamanya, Fre!" kata Douglass sambil meraih kedua pundak istrinya, menatap Freya dalam-dalam hingga sampai ke relung jiwanya. Kesungguhan terukir jelas dalam sorot matanya, suara hatinya bergetar tulus dan tak tergoyahkan. "Percayalah padaku," bisik Douglass dengan lembut, seolah membelai hati Freya yang hancur. Tanpa ragu, ia merengkuh Freya dalam dekapan hangatnya, seolah ingin melindungi istrinya dari badai duka yang menghantui.

Freya meronta, dan melepaskan pelukan itu dengan emosi yang membuncah. “Ucapanmu hanyalah omong kosong! Kalau cinta kenapa kau mendua?!” teriak Freya sambil memukul dada bidang suaminya berulang kali.

Douglass menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Suaranya dingin dan tajam, "Karena kau tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan!"

"Apa maksudmu? Aku selama ini sudah berusaha untuk menjadi istri yang sempurna untukmu, Doug!"

Kata-kata Douglass terasa seperti pisau tajam yang mengiris hati Freya, "Apa kau memberikanku keturunan, Freya?!"

Jantung Freya seketika seperti terhantam batu besar ketika mendengar kejujuran suaminya. Bumi yang dipijak seolah akan runtuh mendengar keberanian ini. Air matanya semakin deras mengalir dan membanjiri pipi mulusnya. Wanita cantik dengan lekuk tubuh proposional itu hancur berkeping-keping.

"Bukankah kau tidak keberatan jika kita tidak memiliki anak?" gumam Freya dengan suara lirih dan penuh luka.

"Itu dulu." Jawab Douglass tegas, padat dan jelas, membuat hati Freya semakin tercabik-cabik oleh rasa sakit yang mendalam.

Kemudian, Douglass mencubit dagu Freya, memaksanya untuk menatapnya langsung ke dalam mata. Suaranya kembali lembut bak malaikat, "Percayalah padaku, pernikahan ini hanya sementara. Setelah bayi itu lahir, aku akan segera menceraikannya. Hanya kamu yang selalu ada di hatiku, Fre," ucap Douglass dengan suara lembut, penuh kasih sayang, dan penyesalan.

Freya menggeleng pelan, tentu ia tidak akan mempercayai suaminya begitu saja.

Tanpa disadari oleh mereka, sejak tadi Bintang menguping pembicaraan mereka dari dekat tangga. Wanita hamil itu memeluk perut buncitnya dengan perasaan hancur dan air mata berlinang.

“Nyonya.” Bibi pelayan terkejut saat melihat Nyonya Bintang bersembunyi di dekat tangga.

“Sttt!” Bintang langsung menempelkan jari ke bibir. “Bibi, tolong bantu aku pergi dari sini. Aku tidak mau mereka mengambil anakku.” Bintang memohon dengan suara parau sambil menggenggam tangan Bibi pelayan.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Fanysah Andin
𝘺𝘦𝘴... 𝘱𝘨 𝘭𝘩 𝘺𝘨 𝘫𝘢𝘶𝘩... 𝘥𝘶𝘶𝘶𝘩 𝘵𝘶𝘭𝘪𝘴𝘢𝘯 𝘯𝘺 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘹... 𝘴𝘬𝘵 𝘮𝘵 𝘬𝘶 𝘣𝘤 𝘯𝘺... 𝘥𝘪 𝘤𝘳 𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘶𝘳𝘯 𝘯𝘺 𝘬𝘰𝘬 𝘨𝘬 𝘥𝘢
goodnovel comment avatar
Asie Viera Chueng
ayo cepat pergi bintang biar di Doug ga bisa mengambil anak mu. dan kuharap pemuda bermata sipit itu mau membantu bintang melarikan diri dari rmh itu.
goodnovel comment avatar
N.vinata
YESS Good .. Bintang.. pergilah kau..sejauh mungkin...biarkan Dough hidup dengan Freya...aku yakin kau pasti bisa melalui semuanya..tanpa uang dari dough
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Berlumuran Darah

    "Saya akan membantu, Nyonya, tapi mohon bersabar," pinta Bibi pelayan, menatap sedih dan prihatin, seraya menggenggam tangan Nyonya Bintang dengan erat. Ia dapat merasakan tangan lembut itu berkeringat dingin menandakan ketakutan.Air mata Bintang semakin deras mengalir, dengan berat hati menganggukkan kepala. Sebenarnya ia bisa kabur kapan saja, tapi ia tidak mempunyai tujuan, terlebih lagi kondisinya saat ini sedang hamil tua. Dan sudah lama juga ia putus komunikasi dengan ibu tirinya sejak ia dijual pada Tuan Douglass.Bibi menuntun Nyonya Bintang ke kamar. "Besok pagi saya akan pergi ke pasar. Saya tunggu Anda di dekat gerbang rumah," ucap Bibi pelayan dengan nada pelan."Iya, Bi." Bintang mengangguk cepat.Setelah berbicara dengan Nyonya Bintang. Bibi pelayan segera keluar dari sana, dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.Di lantai bawah. Douglass dan Freya masih bertengkar hebat. Suara lantang Freya menentang keputusan suaminya."Walau kau menikahinya hanya sementara

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Bayiku Tidak Mati!

    "Sabar, sayang. Mama tidak akan meninggalkanmu, dan akan terus berjuang untuk mempertahankanmu dari mereka yang ingin merebutmu," bisik Bintang pada bayinya di dalam kandungan, saat ia mendengar pertengkaran Douglass dan Freya di luar kamar. Bintang menggigit bibir ketika ia merasakan kontraksi begitu kuat di area perut. “Tidak! Jangan sekarang, belum waktunya!” Bintang memeluk perut buncitnya, dan memohon pada bayi di dalam kandungannya agar tidak lahir saat ini. Sekuat tenaga ia menahan, tapi rasa sakit itu semakin kuat menggulung tubuh ringkihnya. Air matanya berderai dan keringat dingin membasahi wajahnya. Ia sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit yang semakin terasa menyiksa. Bintang berjalan pelan menuju tempat tidur. Tapi kedua kakinya tak sanggup lagi untuk menopang yang mengakibatkan dirinya jatuh ke lantai. Rasa sakit yang dirasakan Bintang semakin bertambah, kedua matanya terasa berkunang-kunang, dan kepalanya berat, pandangannya juga mulai gelap, tapi Bintang sekuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Pergi!

    Douglass menatap penuh haru bayi mungil berjenis kelamin perempuan yang sudah tak bernyawa, terbaring di atas tempat tidur kecil. Sebelum dimakamkan, ia diberikan kesempatan untuk melihat anaknya itu. Matanya berkaca-kaca, pipinya memerah, sulit untuk menahan air matanya yang terus mengalir."Bayiku," bisiknya parau, pelan, lalu menggendong bayi mungil itu untuk pertama dan terakhir kalinya. Hatinya terasa remuk, luluhlantak menyaksikan kenyataan pedih ini. Di sudut hatinya, ada semacam harapan bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berlalu.Namun tanpa disadari Douglass, bayi yang tengah ia dekap itu bukanlah bayinya yang sebenarnya. Semua ini adalah rencana Bintang. Dengan berat hati, ibu muda itu melakukan segalanya demi mempertahankan bayinya agar tidak direbut oleh Douglass.Perawat itu datang menghampiri, mengabarkan bahwa bayi mungil itu harus segera dipersiapkan untuk dimakamkan. Douglass, dengan hati hancur berkeping-keping, menatap sejenak wajah mungil yang s

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-03
  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Tangkap dan bawa dia padaku!

    Tampang Douglass sangat mengerikan. Tatapan tajamnya seperti ujung pedang yang siap menghunus lawannya. Ia marah, sangat marah mendengar makian Freya untuk Bintang. Pikirannya semakin berantakan, emosinya siap meledak. Langkahnya semakin maju mendekati Freya yang tengah berdiri di tengah ruangan seolah sedang menantangnya. “Jangan pernah menghina Bintang!” sergah Douglasss penuh penekanan. “Kau membentakku karena membela wanita itu?! Katanya kau akan menceraikannya dan hanya mencintaiku, kenapa kau jadi seperti ini? Apa otakmu sudah di cuci wanita jalang itu!” Freya berteriak dalam keputusasaan dan rasa kecewa yang amat dalam kepada suaminya. Wajahnya merah, air matanya kembali mengalir deras membasahi pipi. Hatinya sakit sekali melihat suaminya bersikap seperti itu padanya. Douglass berkacak pinggang, wajahnya merah padam saat amarahnya semakin membumbung tinggi. “Lebih baik kau kembali ke Perancis!” ucap Douglass pada akhirnya. Ia menekan amarahnya, dan tidak mempunyai tenaga

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Tolong aku, Bu!

    “Ibu tolong aku.” Bintang menangis dan memohon pada wanita paruh baya itu yang membawanya masuk ke dalam rumah. “Iya, kamu tenang saja. Kamu sudah aman di sini. Kasihan sekali kamu, Nak,” ucap wanita paruh baya itu dengan tatapan sendu seraya membantu Bintang merebahkan diri di atas tempat tidur lusuhnya. Lalu memandang bayi merah yang tampak anteng di samping gadis cantik itu, seolah mengerti keadaan ibunya. “Jangan banyak gerak. Bekas operasimu mengeluarkan darah segar. Kamu harus di bawa ke rumah sakit, kalau tidak bisa infeksi,” kata wanita paruh baya itu dengan pandangan prihatin. Bintang menolak keras, ia tidak ingin ke rumah sakit karena tidak mau jika mereka mengambil anaknya. Melihat Bintang yang ketakutan, wanita paruh baya itu pun tidak mau memaksa. Ia segera memikirkan cara membersihkan luka basah di area perut Bintang agar tidak infeksi. Segera ia mengambil kapas, air hangat dan betadine, serta kain kasa. . . “Bodoh! Kenapa kalian tidak mendapatkannya!” Maki Dougl

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Amplop coklat

    Bu Indah, seorang janda lanjut usia, menjalani hidup seorang diri pasca kehilangan suaminya sepuluh tahun silam. Meratapi nasib yang mengepungnya dalam kesendirian tanpa anak, ia mengandalkan penghasilan serba terbatas dari warung kecilnya demi mengais rezeki harian. Namun, takdir mempertemukan Bu Indah dengan Bintang dan bayinya, yang tiba-tiba menjadi sinar kebahagiaan dan harapan baru dalam kehidupannya yang hampa. "Makan, Nak." Bu Indah menyajikan sayur sop dan sepiring nasi untuk Bintang, mengelus lembut rambut Bintang yang terkulai lesu. "Maaf, hanya ini yang bisa aku berikan," gumamnya lirih, suara perlahan seperti tercekat di kerongkongan. Bintang tersenyum menguatkan hati Bu Indah, tangannya gemetar menahan rasa sakit yang membelit perutnya–sisa operasi caesar yang ia jalani seminggu yang lalu masih sangat sakit. "Terima kasih banyak, Bu. Ini sudah lebih dari cukup bagiku. Maaf karena sudah merepotkanmu. Aku berjanji setelah sembuh, aku akan pergi dan membalas semua jasa-

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Foto Erotis

    Freya memungut amplop coklat yang teronggok di dekat kakinya. Ia membuka amplop tersebut dan mengeluarkan isi. Kedua matanya membola sempurna dan tangannya bergetar hebat sehingga beberapa lembar fotonya dengan seorang pria sedang dalam pose erotis di pinggiran kolam renang terjatuh dan terburai di permukaan lantai dingin. Syok! Sudah pasti! Lalu bagaimana bisa suaminya mendapatkan foto-foto ini. Ia masih mengingat jelas kolam renang ini berada di area privasi karena di dalam panthouse milik pria tersebut yang mempunyai keamanan super ketat. Jadi, sangat tidak mungkin suaminya mendapatkan foto ini, kecuali ... jika pria itu yang memotretnya lalu mengirimkannya pada suaminya. Kedua mata Freya bergetar, air matanya berlinang, tubuhnya panas dingin dan jantungnya berdebar-debar tak karuan saat rasa takut dan ketegangan membuncah menguasai jiwa dan raganya. “Dog, ini tidak seperti yang kau lihat.” Di sela rasa panik dan ketakutan ia berusaha menjelaskan kepada suaminya. Tapi, sayan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Melamar Kerja

    Hari demi hari terasa begitu singkat, seakan waktu berlari begitu cepat dihadapannya. Hampir satu bulan penuh Douglas mencari keberadaan Bintang dan bayinya, namun semuanya terasa sia-sia. Dalam kesibukan mencari Bintang, Douglas juga tengah memproses perceraian dengan Freya. Seiring berjalannya waktu, Freya berupaya memenangkan hati Douglas kembali dengan berbagai cara, berharap agar ia tak menceraikannya. Namun, bagai pohon yang tak akan menerima embun lagi, Douglas telah menutup hatinya untuk menerima perempuan yang telah menyakiti hatinya. Bukti perselingkuhan Freya dengan pengusaha ternama di Kota Perancis menjadi ranjang pahit dalam hidupnya. Freya terpuruk dalam kekalahan, menelan getir atas kesalahannya. Nasib semakin menghimpit, ia terpaksa kembali ke negaranya--batas waktu kunjungannya ke Indonesia telah berakhir. Douglas menegaskan pada asistennya agar segera mempercepat proses perceraian dengan Freya. Berbekal bukti perselingkuhan Freya yang kuat, Douglas berhasil te

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17

Bab terbaru

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Dari hati ke hati

    "Aww!" Douglas mengaduh kesakitan sambil berusaha menangkis pukulan Bu Indah. "Hentikan, Bu, hentikan!" pinta Douglas dengan suara memohon.Bintang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menonton tanpa bisa melerai. Sebenarnya ingin melerai sih, tapi ia takut kena pukulan juga, terlebih lagi Bu Indah sangat membenci Douglas sampai ke urat nadinya. "Rasa sakit yang kamu rasakan ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang di rasakan Bintang selama ini!" Kata-Kata Bu Indah seperti belati tajam yang menusuk hati Douglas berulang kali. "Dan rasa sakit dari gagang sapu ini beberapa jam kemudian akan sembuh, sedangkan Bintang ... dia harus menanggung sakit hati dan trauma seumur hidupnya karena ulahmu, PAHAM!" sambung Bu Indah seraya membuang sapu tersebut ke lantai. Nafasnya terengah menandakan amarah masih memuncak di kepala.Douglas terdiam mencerna kalimat yang baru saja terlontar dari bibir wanita paruh baya itu. Yang dikatakannya benar, luka batin yang di derita Bintang akan sulit sirna.

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Aku suaminya!

    Douglas memaksa dengan tatapan mengancam kepada Bintang, agar istrinya itu membawanya ke rumahnya. Dan di sinilah mereka berada, di depan rumah sederhana yang di tempati Bintang selama ini. Pintu kayu tua dan lapuk, memperlihatkan rumah kecil yang mengagetkan Douglas hingga ke tulang. Sempat terbayang dalam memori, ia pernah menjejakkan kaki di tempat ini berdasarkan laporan anak buahnya, mencari-cari keberadaan Bintang, namun malang, terlambat satu langkah dan gagal menemukan sang istri. "Jadi, selama ini kau bersembunyi di sini?" suara Douglas terdengar serak, mata tajamnya menelisik Bintang yang berdiri di sebelahnya. Bintang hanya mengangguk lemah, tanpa suara seraya menggigit bibirnya. Ketukan penyesalan berdengung di dada Douglas, merasuki setiap sudut pikirannya. 'Ah, betapa tololnya aku!' batinnya sambil mengutuk diri sendiri. Andai saja ia tahu lebih dulu bahwa Bintang telah memilih rumah sederhana ini sebagai sarang persembunyiannya, mungkin semua rasa sakit dan penan

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Aku adalah suamimu!

    Pitri menyodorkan laporan ke meja atasannya sambil menyelinap pandangan ke arah Bintang yang sedang sibuk membersihkan rak buku. Dalam hati, Pitri tak henti-hentinya mengagumi kegigihan Bintang yang mampu bertahan bekerja dengan sang atasan, Douglas, yang terkenal memiliki temperamen layaknya harimau. Biasanya tidak ada office girl yang mampu bertahan lama di ruangan ini, karena aura Douglas yang begitu menakutkan. "Kenapa kau masih di sini? Keluar sekarang!" seru Douglas dengan suara menggelegar kepada Pitri yang masih terpaku di depan mejanya. Pitri tersentak, seakan tersambar petir, cepat-cepat meminta maaf dan melangkah keluar dari ruangan tersebut dengan langkah buru-buru. Ketika keheningan kembali menyelimuti ruangan, Bintang menghela nafas dalam-dalam, merasakan keleluasaan sejenak setelah Pitri meninggalkan ruangan. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama, hati Bintang telah dipenuhi keberanian yang meledak-ledak. "Aku mau berhenti bekerja!" ucapnya dengan tegas. "Tidak

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Terjerat dekapan Om Tampan

    Hawa panas menyelimuti ruangan tersebut. Beberapa pakaian berserakan di lantai. Suara decitan sofa bercampur dengan suara desahan terdengar memenuhi ruangan. Douglas bergerak mendominan di atas tubuh Bintang. Meskipun awalnya Bintang menolak dan memberontak tapi tenaganya kalah dengan Douglas. Penyatuan mereka telah usai, Douglas menyemburkan benihnya ke dalam ladang subur Bintang, berharap kalau benihnya segera bertunas subur. Douglas terdiam seraya memandang wajah Bintang yang terpejam dan penuhi keringat. Ia tersenyum puas, akhirnya ia berhasil mendapatkan dan menjerat Bintang ke dalam dekapannya. “Kau tidak bisa lagi kabur dariku, Bintang. Karena aku kembali menyirami rahimmu dengan benihku,” ucap Douglas seraya mengecup bibir Bintang tak lupa menyesapnya sebentar. Bintang menatap tajam Douglas seraya memukul pundak pria tersebut. “Kau adalah lelaki brengsek, Om!” Maki Bintang dengan pandangan kecewa dan berkaca-kaca. “Aku tidak peduli dengan makianmu! Bulan depan aku pastika

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Tidak akan melepaskan

    Douglas menghela nafas panjang ketika melihat Bintang sangat marah. “Kali ini aku membiarkanmu menang!” ucap Douglas pelan, terkesan lembut, jauh berbeda dengan nada bicaranya yang sebelumnya sangat dingin dan arogant.“Di mana pompa asinya?” tanya Douglas pada Bintang.“Aku bisa mengambilnya sendiri!” ketus Bintang, melengoskan wajah.“Untuk saat ini sebaiknya kita jangan berdebat! Lihat bajumu basah!” Douglas menajamkan matanya pada dada Bintang.Bintang menunjuk tasnya, ia pun tidak mempunyai daya lagi untuk berdebat. Rasa sakit di bagian dadanya semakin nyeri dan menjalar pundak karena asinya yang melimpah tak kunjung dipompa.Douglas mengambil tas Bintang yang teronggok di lantai, kemudian membuka tas tersebut dan mengeluarkan pompa asi dari sana. “Sini aku bantu,” ucap Douglas begitu ringan membuat Bintang mendelikkan mata.“Aku bisa sendiri!!” tolak Bintang, seraya merebut pompa asi tersebut dari tangan suaminya. Tapi, sayangnya, Douglas bukan orang yang mudah untuk menerima p

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Telah terbongkar

    Sudah lelah dan kesal, Bintang bergegas meninggalkan ruangan itu menuju pantry. Ia mengambil tasnya di sudut ruangan sebelum mengeluarkan pompa asi, lalu terduduk lemah di lantai sembari mulai memompa. Kesegaran terasa menembus pikirannya ketika keringat dingin di keningnya diusap, dan rasa sakit di dadanya berangsur hilang seiring tetesan demi tetesan asinya berhasil di pompa keluar. Sementara itu, Douglas, dalam kebingungan, menggenggam ponselnya—matanya melebar tak percaya saat pencarian ‘pompa asi’ di internet membawa pemahaman baru tentang apa yang dimaksud oleh Bintang. Pria bule itu, terbakar oleh kekhawatiran yang tiba-tiba, beranjak cepat mencari Bintang, diliputi rasa penasaran dan kecemasan yang menyesakkan dada. “Pitri, di mana Bintang?” seru Douglas dengan suara yang mendesak kepada sekretarisnya yang duduk di balik meja kerjanya. “Bintang? Baru saja dia berlari ke pantry, Pak. Ada yang bisa saya bantu? Ataukah Bintang membuat masalah?” Pitri menjawab sambil menatap at

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Dadaku Basah!

    Bintang buru-buru keluar dari ruangan Douglas pada pagi hari itu sebelum pria itu datang. Tapi, ketika di ambang pintu ia berpapasan dengan Douglas yang akan masuk ke dalam ruangan. Seperti biasa, Bintang selalu memakai masker untuk menutupi sebagian wajahnya agar pria itu tidak mengenalinya. “Maaf, Pak.” Suara Bintang terdengar lirih, sekaligus memberikan kode pada pria tampan dan berkarisma tinggi itu tidak menghalangi jalannya. “Mau ke mana?” tanya Douglas dingin, menatap datar pada Bintang. Tapi, percayalah kalau di balik tatapan datar itu terdapat rasa rindu yang membuncah. Rasanya ia ingin menarik masker yang di kenakan Bintang dan memaksa wanita itu agar mau menatapnya. Tapi, sayangnya, ia harus menahan segala keinginannya itu karena takut jika Bintang kembali kabur darinya, dan kembali membawa pergi anaknya. “Mau keluar, mau mengerjakan yang lain,” jawab Bintang pelan, menundukkan kepalanya dengan dalam. Douglas menarik nafas panjang, menahan rasa kesal yang begitu besar

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Bersyukur

    “Sial!” Maki Tari sambil mengentakkan kedua kakinya. Emosi mengepung dada ketika mendengar jawaban Tuan Douglas. “Gagal dapat uang ratusan juta!” geramnya sambil memasukkan ponsel ke dalam tas. Uang satu miliar yang ia dapatkan dari hasil menjual Bintang semakin menipis. Selain untuk membayar hutang, uang itu juga di gunakan untuk berfoya-foya. Rumah peninggalan mendiang suaminya pun sudah ia jual, dan sekarang dia tinggal di kontrakan satu petak untuk tempatnya berteduh. “Tapi, kenapa ya Tuan Douglas sudah tidak membutuhkan Bintang?” Tari bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Ia harus mencari tahu semua ini, terutama harus menemukan Bintang lebih dahulu. . . Bintang sangat lega ketika sudah masuk ke dalam rumah Ibu Indah. Rumah sederhana ini sudah menjadi rumah ternyamannya, tempatnya berteduh dan juga tempatnya untuk berkeluh kesah. Ibu Indah sedang melayani pembeli di warung kecil yang berdiri di depan rumah sambil menggendong putranya. Bayi mungil dan menggemaskan itu terliha

  • Terjerat Dekapan Om Tampan   Berhasil Lolos

    Douglas membaca berkas yang baru saja dikirim oleh HRD dengan penuh keheranan. Alisnya mengernyit, mata membulat saat menyimak nama "Bintang" yang tertera dengan mencolok di dokumen itu. "Pasti Anda sangat terkejut ‘kan, Pak? Biasanya yang melamar ke sini memiliki berkas yang lebih lengkap, bukan hanya KTP. Saya sendiri sempat ragu, namun Bu Pitri tetap menyetujuinya,” ucap pria berkepala pelontos dan berkumis tebal itu dengan nada khawatir, menunggu reaksi dari sang atasan. Keringat dingin mulai membasahi keningnya, menduga-duga kemarahan yang bisa saja muncul dari ekspresi serius yang tersungging di wajah Douglas. Douglas diam raut wajahnya tampak sangat dingin, ia tidak merespons ucapan pria tersebut, tapi bukan berarti dia tidak mendengarkannya. Douglass menggeram di dalam hati, ‘pantas saja gadis itu tampak berpenampilan aneh, memakai masker dan poninya untuk menutupi wajahnya.’ Douglas mengepalkan kedua tangannya erat saat rasa marah, kesal, senang dan rasa rindu menggelayut

DMCA.com Protection Status