Share

Pengakuan Arnes

Author: She Sheila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ke mana Sheila?" tanya Mia yang masuk ke dalam ruang praktik suaminya tanpa ijin.

Wajah terkejut sang suami nampak jelas, setelah tadi keduanya berpisah. Namun wanita itu memilih untuk duduk manis di kursi pasien, memandangi ketampanan yang tak pernah ia miliki secara utuh. Hatinya begitu sakit, mengingat lembar adegan dalam video dari Nina. Tapi semua tertutupi dengan senyum cantik di wajahnya.

"Di rumah," jawabnya berusaha setenang mungkin.

Melawan Sheila, mungkin adalah hal mudah bagi Arnes. Gadis lugu itu masih gampang diberi nasihat. Walau sedikit keras kepala, namun ia selalu mempercayakan semua hal padanya. Tak seperti sang istri yang selalu memiliki pemahaman sendiri.

Menikah tanpa cinta dan kepercayaan, seolah membuat keduanya hidup dengan saling mencurigai. Bukan tentang perselingkuhan, karena sudah jelas Arnes tak akan pernah cemburu dengan siapapun Mia berhubungan. Masalahnya ada pada kekuasaan yang sering membuat sang istri gelap mata hingga membabi-buta. Hal ini yang se
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Sang Pendosa

    "Sedang apa?" tanya Mia yang membuka pintu kamar anak angkatnya tiba-tiba.Sheila langsung beranjak dari tempat tidurnya. Tubuh mungil itu sudah berdiri tegak di samping ranjang. Senyumnya nampak kaku, seperti tubuh yang ikut menegang."Boleh aku masuk?" tanyanya masih di ambang pintu."S-silakan!" Wanita itu melangkah masuk bersama sepatu hak tinggi yang senada dengan gaun pendek merahnya. Tanpa permisi, ia duduk di kursi belajar Sheila. Sementara sang gadis masih berdiri tegap sambil memandanginya."Duduk!" perintahnya yang langsung dipatuhi sang gadis.Tangan lentik itu menyentuh buku-buku kedokteran yang baru dibeli oleh Sheila. Senyumnya terangkat begitu melihat ada tanda tangan Arnes dan juga sebuah kalimat penyemangat dari sang dokter. Rasanya begitu hangat, seolah kata-kata itu keluar langsung dari hati suaminya."I-itu pemberian Paman Arnes, agar aku lebih semangat belajar dan...""I know!" potong Mia seraya menutup buku itu kasar.Tatapan tajam langsung terarah pada sang ga

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Menyusun Rencana

    "Kenapa semua diam? Apa masakanku tidak enak?" tanya Mia dengan senyum manis yang dibuat begitu menggoda.Siapapun yang melihat keluarga kecil mereka malam itu tak akan menyangka bahwa telah terjadi peperangan dalam diam. Ya, tak ada suara yang muncul di meja makan, kecuali peraduan antara sendok dan piring. Semua mulut terkunci, hanya wanita cantik bergincu merah terang yang berani bersuara."Astaga... kalau kalian diam terus, rumah ini jadi membosankan!" serunya setengah kesal.Tapi baik Arnes ataupun Sheila tetap menutup mulut. Keduanya tak bisa lagi berkata-kata. Makan malam yang harusnya enak, terasa hambar di lidah. Suasana yang hangat, berubah dingin dengan semua sikap Mia."Baiklah, kalau begitu... aku akan pergi dari sini! Ku beri kalian waktu untuk menikmati suasana," katanya seraya mengambil tas mewahnya dan pergi meninggalkan rumah.Suara deru mobilnya kembali terdengar. Sayup-sayup menghilang, lalu disusul bunyi gerbang yang kembali ditutup oleh petugas keamanan. Namun su

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Amukan Mia

    "Kenapa rumah sepi?" tanya Mia yang baru saja kembali ke rumah mewahnya.Wanita cantik itu melenggang anggun ke setiap ruangan yang kosong melompong. Tatapannya tajam ke arah seorang pengurus rumah yang hanya bertugas membersihkan hunian mereka. Gelengan kepala sebagai jawabannya membuat Mia naik pitam."Brengsek!" serunya membantung sebuah vas hingga pecahannya tersebar nyaris di seluruh lantai dua. Wajahnya kesal bukan main karena mendapati kamar Sheila yang sudah kosong tanpa barang. Lemarinya pun sudah tak terisi. Buku-buku yang sebelumnya tertata rapi di meja belajar juga raib entah ke mana. Tangannya dengan cepat merogoh ponsel di dalam tas jinjing. Ada rasa sesal yang singgah karena sudah meninggalkan suaminya bersama gadis itu. Namun pikirannya bergerak lebih cepat."Cari anak itu sampai dapat!" perintahnya seraya pergi meninggalkan rumah.Tak perlu waktu lama hingga roda mobilnya bergerak menuju klinik tempat suaminya bekerja. Ia sudah mendapatkan informasi bahwa pria itu s

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Berita dari Mia

    "Kamu yakin ini lokasinya?" tanya Mia pada seorang pria berkacamata hitam yang mengangguk cepat. Wanita itu terus memandangi sebuah pintu kamar yang disinyalir menjadi tempat persembunyian simpanan sang suami. Hatinya sudah terbakar amarah setelah pertemuan penuh emosi antara ia dan Arnes. Keduanya enggan mengalah dan hanya saling menyakiti satu sama lain. Apalagi kini sudah ada perlawanan yang diberikan."Yakin, Bu. Tadi pagi ada yang melihat anak itu keluar untuk beli makanan," katanya menegaskan semua perkiraan.Mia mengangguk senang. Diserahkannya amplop cokelat tebal yang berisi uang tunai kepada orang suruhannya. Baru setelah itu ia bergerak menuju ke rumah kecil berpagar putih yang letaknya tak jauh dari tempat mobilnya terparkir.Kakinya tak lagi seberat saat masuk ke ruangan Arnes. Namun api di hatinya belum juga temaram. Panasnya masih terus terasa, yang tergambar jelas melalui tatapan tajam."Siapa?" seru sebuah suara lembut dari dalam kamar.Ketukan yang baru saja Mia lak

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Dosa Besar Sang Dokter

    "Sial!" seru Arnes sambil membanting ponselnya. Ia barus aja membaca sebuah berita yang didapat dari Mia. Seolah tak ingin menyerah, sang istri melakukan segala cara demi mendapatkan semua yang ia ingin. Dan kini Arnes-lah tujuan utamanya.Menyembunyikan Sheila sepertinya sebuah kesalahan besar yang pernah dilakukan oleh sang dokter. Karena ia tak hanya memantik api di hati istrinya. Tapi juga membakar seluruh cinta yang kini berubah jadi benci. Wanita itu, benar-benar ingin menghancurkannya sampai akhir."Kamu ke mana sih, Shei?" tanya Arnes yang sejak tadi sudah menghubungi nomor gadisnya.Sayang sekali, tak ada jawaban dari remaja cantik yang kini sudah menjelma sebagai wanita di matanya. Kekhawatirannya bertambah begitu telepon masuk dari Mia datang, tanpa harap. Ibu jarinya ingin sekali memilih tanda merah yang berarti menolak panggilan itu. Tapi entah mengapa ia begitu penasaran dengan semua rencana istrinya."Ada apa?" tanyanya tanpa basa-basi."Kosan Sheila bagus juga," jawab

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Bersama Lebih Baik

    "Murahan!" geram Mia begitu melihat sepasang kekasih yang tengah berpelukan di depan pintu. Tangannya terkepal, memukuli setir yang terus menjadi korban. Ia tak menyangka bahwa hal ini tak bisa memisahkan Arnes dan Sheila. Keduanay nampak baik-baik saja setelah nyaris seharian, suaminya berdiri di depan kamar gadis itu."Kalian berdua memang tak bisa diberi hati," bisiknya seraya menyalakan mobil dan pergi dari tempat itu.Mia sudah muak melihat kemesraan yang kini bisa ditebak ke mana arahnya. Keduanya masuk ke dalam kamar dan tak lagi keluar, membuat pikiran kotor bergerilya di otak istri sah Arnes."Tunggu pembalasanku!" katanya dengan air mata mengalir deras.Sementara di dalam kamar, Sheila masih terus memeluk sang paman dokter. Gadis itu akhirnya menyerah dengan semua ego dan kemarahan yang ada. Butuh waktu berjam-jam baginya untuk berpikir tentang semua yang terjadi padanya hingga detik itu.Kehilangan sang ayah, dibawa Arnes ke dalam rumah mewahnya, lalu jatuh cinta dan masuk

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Balas Dendam Mia

    "Berita apa lagi ini?" tanya seorang pria tambun dengan setelan jas mahal yang dikenakannya.Arnes menunduk malu sekaligus bingung. Ia tak menyangka bahwa berita tentangnya akan datang silih berganti. Setelah beberapa hari lalu tentang malpraktik yang nyaris membuat hubungannya dengan Sheila berakhir, kini ada lagi berita sekaligus video dirinya dan sang gadis yang tengah memadu kasih.Tentu saja ia sudah tahu siapa tokoh utama di balik semua itu. Selain sang pemilik video, Nina dan Reno, tentu saja ada penggeraknya. Dan sang istri adalah tersangkanya. Arnes bahkan yakin seribu persen, tanpa cela."Mau sampai kapan kau membuat masalah, hah? Katanya mau klinik maju, tapi malah seperti ini caramu!" seru seorang pria lain yang kini menjabat sebagai komisaris di klinik tersebut.Sang direktur utama hanya bisa menunduk dalam. Ia tak bisa lagi berkata-kata. Semua ucapannya hanya akan dimentahkan, karena bukti lebih nyata dari pada kiasan belaka. "Lebih baik kau membuat pernyataan, sebelum

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Perubahan Arnes

    "Paman dari mana saja?" tanya Sheila yang masih duduk manis di ruang tamu kediaman rumah Arnes.Kedatangan sang paman dokter nampak sudah dinanti sejak siang tadi. Rumah kosong melompong tanpa penghuni lain. Mia yang mampir sebentar sudah pergi lagi entah ke mana. Sheila seorang diri, bersama semua kesedihan karena beasiswanya dicabut."Pekerjaanku sedang banyak!" jawab Arnes yang langsung naik ke lantai dua.Pria itu nampak lelah, terlihat jelas dari kantung mata yang menggantung. Wajahnya kusut, dibarengi dengan pakaian yang berantakan. Padahal tadi pagi ia pergi dengan kondisi segar bugar, bahkan masih bisa tersenyum menyemangati Sheila yang berniat untuk belajar.Keadaan di klinik yang tengah genting membuatnya harus pulang larut. Semua unit kerja tengah membicarakan mitigasi yang harus dilakukan guna mempertahankan kondisi saat ini. Karena berita miring tentang sang direktur ternyata berdampak cukup besar tak hanya pada kepercayaan pasien tapi juga pendapatan rumah sakit.Tak han

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Mengakhiri Semua Drama

    "Dan kau merahasiakan ini semua dariku?" Arnes bertanya dengan tatapan tajam ke arah manik cokelat kekasihnya. Sesekali diliriknya perut Sheila yang mulai membesar. Tanda-tanda kehamilan tak keduanya rasakan saat bersama terakhir kali. Sehingga pria itu masih tak percaya jika wanita di hadapannya benar tengah mengandung."Aku hanya tak ingin merepotkan Paman!" jawab Sheila dengan penuh penekanan.Semua yang ia lakukan tiada lain karena ingin membantu kekasihnya itu. Semakin Arnes fokus, semakin masalah mereka akan selesai, dan pada akhirnya akan bertemu tanpa ada masa lalu yang perlu diurus. Dengan begitu keduanya akan hidup damai sejahtera, seperti mimpi yang pernah dirajut bersama."Kau boleh menyimpan semuanya, tapi tidak dengan informasi sepenting ini! Apa kau pikir aku tega meninggalkanmu berdua saja menjalani hari dengan kondisi begini? Laki-laki macam apa yang tega membiarkan wanita yang dicintainya menderita, Sheila?" cecar Arnes yang diakhiri dengan adegan menjambak rambutn

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Merindukan Arnes

    "Aku akan kirimkan uang untuk kebutuhanmu sebulan ini. Kau tak perlu khawatir tak ada pasien."Sheila mendengarkan celoteh dan juga nasihat-nasihat Arnes yang tak bisa ia rasakan kehadirannya. Sudah berbulan-bulan lamanya dan ia mulai merasa jengah. Ucapan yang sama selalu ia dengar, mulai dari jaga diri, jangan telat makan dan bergembira.Kata terakhir sungguh menyiksanya. Ia harus hidup tanpa pria yang sudah menghamilinya. Dan yang paling menyebalkan adalah, Arnes belum tahu jika Sheila mengandung. Semua disembunyikan sedemikian rupa hanya untuk membuat fokus sang dokter tertuju pada rumah sakit. Harapannya tentu saja penyelesaian masalah menjadi cepat dan keduanya segera bertemu."Tapi sampai kapan aku harus menunggu di sini?" tanya Sheila dengan nada yang begitu rendah, nyaris tak terdengar.Wanita yang tengah mengelus-elus perutnya yang mulai membesar itu hanya bisa meratapi nasib ditinggal berdua dengan sang bibi, tanpa kejelasan dari sang kekasih. Jangankan mengajak ke pernikah

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Kehidupan Baru

    "Hari ini enggak ada pasien?" tanya Sheila sembari keluar dari ruang praktinya dengan wajah penasaran.Wanita paruh baya yang duduk manis di meja pendaftaran menggelengkan kepalanya, menjawab pertanyaan dari sang keponakan. Nina menoleh ke arah teras klinik kecil yang biasanya ramai. Tapi entah mengapa sudah beberapa hari terakhir nampak sepi pengunjung.Sudah beberapa bulan terakhir masyarakat Desa Waduk menghampiri klinik sekaligus tempat tinggal Sheila dan Nina untuk berobat. Hal ini dikarenakan Puskesmas yang letaknya cukup jauh. Jika menggunakan motor saja bisa satu jam lamanya. Itupun belum tentu mendapatkan antrean, karena keterbatasan tenaga kesehatan dan membludaknya pasien yang meliputi beberapa Desa."Tumben ya, Bi?" tanya Sheila sembari mengelus perutnya yang mulai membesar.Nina tersenyum kecut. Wanita berbedan besar itu sebenarnya tahu betul apa yang membuat masyarakat enggan pergi ke tempat mereka. Tapi bibirnya kelu, tak sanggup menjelaskan alasan itu pada Sheila. Ia t

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Pilihan Sulit

    Sheila menatap bayangannya di cermin. Pakaian dan tangannya masih penuh darah, bersama air mata yang mengalir penuh sesal. Tangisnya pecah, menunduk dalam. Tubuhnya bergetar hebat setelah mengalami sekaligus menjadi saksi sebuah kejadian yang tak akan pernah ia lupakan seummur hidup."Sheila!"Suara bariton yang cukup ia kenal memanggil dari balik pintu kamar mandi. Tubuhnya begitu berat untuk bergerak. Tapi ia tetap melakukannya, sembari memutar kenop pintu pelan."Polisi bilang kita sudha boleh pulang," katanya sembari melepaskan jas putih dokter miliknya dan meletakkannya di bahu Sheila. "Aku akan mengantarmu pulang, setelah itu...""Aku ingin ke rumah sakit!" katanya setengah merengek. "Aku ingin tahu kondisi Paman Reno dan Andrew," tambahnya melemah.Entah apakah Sheila masih pantas menyebut dua nama itu ketika semua masalahnya malah membawa kedua orang itu ke dalam derita. Tapi ia hanya ingin melihat dua orang yang kini menjadi korban dari tembakan brutal Mia."Kau tak perlu ke

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Serangan Mendadak

    "Kenapa Paman baru angkat teleponku?" tanya Sheila dengan kesal.Sudah sejak 30 menit yang lalu ia menghubungi pria paruh baya itu. Namun baru kali ini teleponnya dijawab. Rasa khawatir dan panik muncul setelah muncul beberapa video Arnes yang muncul di beranda sosial medianya."Apa yang kau lakukan? Kau ingin hancur sendirian, hah? Apa begini caramu memulai hidup denganku?" cecarnya berapi-api.Sheila belum melihat secara utuh hasil konferensi pers yang baru saja dilakukan paman dokternya itu. Tapi dari potongan-potongan yang beredar saja, ia sudah bisa memastikan bahwa Arnes berniat mengarahkan semua amarah padanya. Padahal kenyataannya tak demikian."Temui aku sekarang atau kau tak akan pernah bertemu denganku lagi!" ancamnya seraya menutup telepon.Emosinya meletup-letup, tak terima dengan semua pernyataan yang tentu akan menghancurkan nama baik Arnes. Padahal selama puluhan tahun ia memupuk rasa percaya pada pasiennya, memberikan pelayanan terbaik, berusaha untuk mengembangkan il

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Perpisahan

    "Jadi kau akan memilih perempuan itu, hah?" Mia memandang ke luar jendela, di mana langit biru dengan terik sinar mentari yang mulai tinggi. Panasnya menjalar ke hati yang kini membara setelah mendengar keputusan sang suami. Sementara jari-jarinuya sudah sejak tadi mencengkeram tas tangan yang sejak tadi ia bawa."Kau benar-benar akan membuang semua yang kau miliki saat ini? Demi dia?" cecarnya memaksa Arnes untuk menjawab pertanyaan itu di depan wajahnya langsung.Pria paruh baya itu memandang wanita cantik yang sampai saat ini tak pernah berubah sejak pertama kali ia temui. Tanda-tanda penuaan mungkin nampak, tapi tak terlalu jelas bagi seorang Mia yang memiliki banyak waktu dan uang untuk mengalokasikan kecantikannya sebagai tujuan utama. Kakinya melangkah maju, mendekati istri yang sudah lebih dari dua puluh tahun menemaninya."Aku tak bisa menjadi Arnes yang terus berada di belakangmu untuk mendapat apa yang dia inginkan. Aku harus berusaha dan sedikit berkorban untuk tahu rasan

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Akhir Sandiwara

    "Pernikahan yang kami jalani, berbeda dari pernikahan kebanyakan," kata Arnes membuka ceritanya dengan sebuah kalimat yang membuat semua mata tertuju kepadanya.Beberapa media semakin mengarahkan kamera ke arahnya. Mulai dari tampak depan, samping kanan dan kiri, semuanya tak lepas dari sorot yang menunjukkan ekspresi wajahnya kini. Kejujuran itu nyata, tanpa ada lagi sandiwara seperti biasa.Para pewarta sibuk menuliskan keterangan penuh kontroversi yang disebutkan oleh direktur sekaligus suami dari pemilik rumah sakit tersebut. Berbagai macam pasang mata menyaksikannya dengan tatapan yang berbeda-beda. Mulai dari mencemooh, sedih, kecewa bahkan marah, hadir di sana.Aula yan dipenuhi dengan banyak orang itu mulai riuh. Ada beberapa pertanyaan yang mereka bisikkan satu sama lain. Namun tak ada satupun dari mereka yang mengangkat tangan untuk bertanya secara langsung kepada Arnes yang mash berdiri tegak di atas panggung. Mereka semua menunggu penjelasan lanjutan yang disampaikan penuh

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Keputusan Besar Arnes

    "Paman!"Sheila bangun dalam keadaan tak ada orang di sisinya. Sinar mentari masuk dari balik jendela yang sudah terbuka. Tapi matanya langsung berkeliling mencari seseorang yang harusnya sejak semalam ada di sana, bersamanya. "Paman!" serunya lagi, berharap pria itu bisa mendengar suaranya yang mulai kencang.Tapi beberapa menit berselang, tak ada tanda-tanda bahwa Arnes ada di sana. Hingga akhirnya Sheila memutuskan untuk bangkit dan bergerak menuju keluar dari kamar. Tujuan utamanya langsung ke arah dapur yang nyatanya kosong melompong."Kok enggak ada?" tanyanya pada diri sendiri.Kakinya mulai menjelajahi setiap sudut di rumah sederhana yang dibangun sang ayah dengan penuh cinta. Mulai dari kamar mandi, kamar tamu sampai halaman depan. Namun tak ada tanda-tanda kehadiran Arnes di sana. Bahkan mobil pria itupun tak nampak.Sheila mulai mengerutkan kening. Tangannya memutar-mutar ponsel yang sejak tadi diam tanpa suara. Tak ada tanda-tanda akan ada pesan atau telepon masuk dari sa

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Rencana Rahasia

    "Jangan bergerak!" seru Sheila yang masih sibuk dengan kegiatannya mengobati seorang pasien yang nyatanya begitu menyebalkan.Sudah hampir setengah jam Sheila berkutat dengan obat-obatan dan tak ada tanda-tanda akan segera selesai. Kali ini pasiennya terlalu banyak mengeluh, menolak dan mengelak setiap kali ia mendekatkan kapas ke arah lukanya."Kapan aku bisa selesai kalau Paman terus begini?" gerutunya kesal.Arnes memanyunkan bibir, tak suka ketika gadisnya mulai memarahi dirinya yang tentu lebih tua banyak tahun dari Sheila. Sementara tak ada tatap mengalah dari manik cokelat yang terus melotot tajam. "Kalau enggak cepat diobati nanti jadi berbekas, belum lagi kalau infeksi, terus..."CUP!Arnes memberikan sebuah kecupan yang akhirnya mampu membuat Sheila berhenti mengoceh. Itu adalah satu-satunya cara yang ada dalam kepalanya. "Kau tak lupa kalau aku juga seorang dokter, kan?" tanyanya merasa dipermainkan.Namun dengan wajah galak, Sheila melipat kedua tangannya di depan dada. I

DMCA.com Protection Status