Beranda / Pernikahan / Terjerat Cinta Kakak Ipar / 171). Perempuan Murahan

Share

171). Perempuan Murahan

Penulis: Cacavip
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-15 13:02:55

***

"Mbak dan Mas silakan tunggu di sini, saya panggilkan dulu tahanannya."

"Baik, Pak."

Patuh terhadap perintah polisi, Diandra dan Gian lantas mendudukan diri di kursi panjang ruang besuk. Tak lagi di jalan, keduanya sudah sampai di kantor polisi dan setelah mengungkap tujuan datang, izin untuk bertemu tahanan didapatkan keduanya.

Bukan menemui pria yang sudah memperkosa Diandra, tahanan yang akan ditemui adalah seorang perempuan yang katanya menjadi dalang di balik pemerkosaan.

Bukan orang asing, dia adalah Senada Melodi—mantan sekretaris Juan dan tak membuat kaget Diandra dan Gian memberikan respon yang bisa dibilang biasa, karena sebelum ini dugaan mereka sudah tertuju pada Nada.

"Gue harap lo bisa tenang," kata Gian di sela menunggu polisi membawa Nada. "Jangan kepancing emosi, karena bisa-bisa lo ditahan juga."

"Iya, Gi, tapi marah boleh, kan?" tanya Diandra. "Gimana pun juga Mbak Nada udah jahatin gue dan dia bik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Netty Kurnia
jahat banget ya si Nada...
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
pasti si Gian Mau nikah dia minta direstui
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
kan kayak nya bau bau perjodohan antara juan n azura ya ampun kasian Diandra
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   172). Obrolan Juan dan Gian

    ***"Udah, Mas, udahan aja pijitnya. Kaki aku udah enakkan."Juan yang sejak tadi sibuk memijat kaki Senja, seketika berhenti setelah ucapan tersebut dilontarkan sang istri. Menoleh pada Senja yang kini bersandar pada tumpukan bantal, dia bertanya,"Enggak pegal lagi?"Hamil muda, Senja memang memiliki beberapa keluhan selain mual dan muntah di pagi hari. Kesulitan tidur karena mata yang susah diajak terpejam, pun rasa pegal yang kadang menghampirinya ketika malam, dua keluhan tersebut seringkali datang sehingga sebagai suami siaga, Juan sigap membantu istrinya itu meringankan semua keluhan."Enggak, udah enakan," kata Senja. Beralih sekilas pada jam dinding yang sudah berada di angka sembilan malam, dia berucap, "Kamu juga mau ngobrol sama Gian, kan? Gih sana jangan terlalu malam. Kamu harus kerja besoknya. Jadi jangan begadang.""Enggak mau dielus dulu sebelum tidur?""Enggak usah," kata Senja. "Malam ini aku udah ngan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   173). Rencana Menikah

    ***"Tetap tinggal di sini setelah menikah karena ini rumah kamu juga."Sempat tegang setelah Juan berkata ingin meminta sesuatu sebagai syarat dari sebuah restu, Gian dilanda lega usai ucapan tersebut dilontarkan sang abang.Bukan permintaan aneh atau sulit seperti yang dia duga, Juan hanya meminta hal sederhana sehingga tanpa banyak berpikir, Gian menjawab,"Iya, Mas. Aku bakalan tetap di sini meskipun udah nikah sama Diandra, tapi mungkin enggak akan selamanya karena setelah punya anak, aku pikir aku harus punya rumah sendiri.""Enggak masalah," kata Juan. "Yang penting minimal satu tahun pernikahan, kalian di sini dulu karena Mas pengen tahu kamu sama Diandra bakalan gimana setelah nikah.""Aman," kataa Gian. "Nanti aku sampein ke Diandra dan aku yakin dia mau, karena kan Om Harun juga jarang di rumah. Jadi enggak masalah.""Kapan kamu mau minta restu sama Papanya Diandra?" tanya Juan. "Mas pikir kamu harus ngejar wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   174). Diandra Lemah

    ***"Gian, lo udah tidur?"Membuka mata secara perlahan, itulah yang Gian lakukan setelah suara Diandra terdengar dari depan kamar. Belum terlalu nyenyak, dia baru terlelap beberapa menit lalu sehingga tak sulit, sangat mudah untuk membuatnya terbangun hanya dengan satu panggilan."Diandra," gumam Gian. Tak terus berbaring, selanjutnya dia beringsut secara perlahan dan tak diam, Gian buka suara. "Di, di depan kamar ada lo?""Iya, Gian, gue di sini. Lo bisa keluar enggak?"Merasa suara Diandra berbeda dari biasanya, Gian mengernyit sebelum kemudian beranjak. Melangkah menjauhi kasur, yang ditujunya sekarang adalah pintu hingga ketika tiba dan membuka pintu tersebut, rasa kaget datang karena tak baik-baik saja, wajah Diandra terlihat basah oleh air mata."Di, lo kenapa?" tanya Gian dengan suara yang syatat akan keterkejutan. "Kok nangis? Ada apa?""Gian, Tuhan kenapa nguji gue sampe segininya ya?" tanya Diandra sambil teri

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   175). Harus Kuat!

    ***"Makam Mama bahkan belum sepenuhnya kering, tapi kenapa Papa ninggalin aku? Papa pergi tanpa pamit bahkan pertanda. Padahal, katanya aku anak kesayangan Papa. Kurang dari setahun lagi aku wisuda, Papa enggak mau lihat gitu?"Bersimpuh di samping gundukan tanah merah yang penuh dengan taburan bunga, ucapan lirih tersebut Diandra lontarkan. Mengusap nisan kayu bertuliskan nama lengkap sang papa, Diandra mencurahkan rasa sakitnya karena ditinggal secara mendadak oleh sang papa bukan hal yang bisa dia sepelekan.Perih, hancur, bahkan berantakan, semuanya Diandra rasakan karena mengalami musibah seperti sekarang tak pernah dia bayangkan sebelumnya."Lo harus kuat dan lo pasti bisa," ucap Gian sambil terus mengusap punggung Diandra.Tak ada orang lain lagi, di samping pusara kini hanya tinggal mereka berdua karena memang pukul sebelas siang, pemakaman selesai sehingga pelayat mau pun orang yang mengurus pemakaman sudah membubarkan diri.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   176). Gian Baik

    ***"Saya permisi pulang dulu ya kalau begitu. Terima kasih untuk maaf yang sudah Mbak Diandra beri dan sekali lagi saya mohon maaf dan turut berduka cita yang sebesar-besarnya atas kepergian Bapak Harun. Jika seandainya di kemudian hari Mbak Diandra ada sesuatu, Mbak bisa hubungin saya karena saya pikir tanggung jawab saya masih panjang."Setelah menetap belasan menit, ucapan panjang lebar tersebut diucapkan Harvi pada Diandra mau pun Gian. Bukan orang asing, Harvi adalah orang yang sudah menabrak Harun dan bukan tanpa tujuan, alasan pria itu ke rumah Diandra siang ini adalah untuk memberikan ganti rugi berupa uang.Jika dibanding nyawa, uang yang Harvi berikan mungkin tak seberapa. Namun, meskipun begitu pria itu tetap ingin memberikannya sebagai bentuk tanggung jawab.Tak ada penolakan, Diandra pun menerima uang yang dia beri dan tak hanya itu, kabar baik pun diterimanya. Tak akan dibawa ke jalur hukum, Diandra menyelesaikan kecelakaan sang papa secara kekeluargaan sehingga tak ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   177). Cincin Nikah

    ***"Kenapa berhenti?"Melihat dan mengikuti Gian yang tiba-tiba berhenti, pertanyaan tersebut Diandra lontarkan dengan perasaan yang heran.Tak sedang di sembarang tempat, saat ini Diandra dan Gian berada di salah satu mall besar karena memang sepulangnya dari kampus di hari ini, Gian mengajak Diandra pergi ke mall.Ketika ditanya tujuan, Gian katanya ingin menghibur Diandra dengan mengajak perempuan itu pergi ke tempat ramai, dan karena ucapan Gian cukup menyentuh, Diandra manut sehingga ketika Gian terus membawanya berjalan-jalan, gadis itu tak protes sedikit pun hingga Gian pun berhenti di depan sebuah toko perhiasan."Mau masuk ke sini enggak?" tanya Gian. "Siapa tahu ada cincin nikah yang pas buat kita.""Cincin nikah?" tanya Diandra kaget."Iya," kata Gian. "Inget ucapan gue kemarin yang bilang ke lo mau ajak ke seuatu tempat? Nah, tempat yang gue maksud tuh toko perhiasan.""Gi.""Kenapa?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   178). Pikiran Negatif

    ***"Daritadi gue perhatiin lo banyak diem, kenapa sih? Lagi mikirin sesuatu apa gimana?"Setelah sejak tadi diam, pertanyaan tersebut akhirnya Gian lontarkan pada Diandra. Bukan tanpa alasan, dirinya bertanya demikian setelah sejak meninggalkan mall, sang calon istri banyak diam.Awalnya Gian pikir Diandra mungkin merasa lelah. Namun, karena durasi diamnya perempuan itu cukup lama, dia merasa khawatir karena bisa saja Diandra tengah meratapi sedih seperti kemarin."Enggak kenapa-kenapa kok, gue cuman pengen diem aja," kata Diandra—membuat Gian menoleh sekilas sebelum kemudian fokus kembali pada jalanan."Bohong ah," kata Gian setelahnya. "Kalau cuman pengen diem biasanya enggak lama, sementara sekarang? Lo diem sejak tadi kita ninggalin mall sampai setengah jalan. Ada apa? Kalau ada sesuatu yang lo pikirin, bilang ke gue karena sebagai calon pasangan suami istri, kita harus saling terbuka dalam hal apa pun.""Gue cuman kepikiran

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   179). Sebuah Saran

    ***"Mengundur pernikahan Gian sama Diandra."Mendengar ucapan tersebut dilontarkan Juan, kerutan di kening Senja seketika terbentuk. Heran sekaligus penasaran dengan alasan saran tersebut didapat Juan, selanjutnya itulah yang dia rasakan sehingga tanpa banyak menunda, Senja pun bertanya,"Kok bisa saran itu dikasih, Mas? Apa ada alasannya?""Ada, tapi ayo lanjutin ngobrolnya di kamar biar enak," kata Juan. "Ini obrolan serius soalnya.""Oh oke."Tak banyak membantah, selanjutnya Senja dan Juan kembali melangkah. Sampai di kamar, keduanya masuk dan yang Senja tuju pertama kali adalah sofa. Tak mau lebih lama menunggu, Senja kembali bertanya, "Jadi apa, Mas, alasannya? Eh, apa mau ganti baju dulu?""Enggak usah, aku langsung jelasin aja," kata Juan. Mendekati Senja, dia duduk persis di samping istri dan tanpa banyak menunda, Juan berkata, "Jadi alasannya tuh karena dua minggu dari sekarang, Diandra ada kemungkinan hamil, Nja, sementara kan dalam agama kita menikah dalam kondisi hamil tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   195). Mengunjungi Mentari (Ending)

    ***"Ah, akhirnya acara aqiqah Tian berjalan dengan lancar ya, Mas. Rasanya baru kemarin deh dia lahir, tapi ternyata udah dua minggu yang lalu."Tersenyum sambil memandang para tamu yang kini pergi meninggalkan rumahnya, ucapan tersebut lantas Senja lontarkan pada Juan. Tak berada di dalam, saat ini dia dan sang suami masih berada di teras karena memang setelah acara selesai, keduanya mengantar para tamu seraya mengucapkan terima kasih.Dua minggu pasca melahirkan, Senja dan keluarga sepakat untuk mengadakan acara aqiqah baby Tian. Tak digelar di gedung, Senja dan Juan sepakat mengadakan acara di rumah.Mengundang para tetangga komplek, acara berlangsung dengan lancar dan tak sedikit, tamu yang diundang pun cukup banyak karena dari banyaknya tetangga yang diberitahu, hampir semua datang sore ini ke rumah Juan."Iya, akhirnya acara berjalan dengan lancar," kata Juan. Menoleh kemudian memandang Senja, dia kemudian berkata, "Semoga Tian seh

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   194). Senja Pulang

    ***"Welcome home, Mama Senja!"Membulatkan mata dengan raut wajah kaget, itulah Senja setelah sambutan tersebut didapatkannya dari orang-orang yang siang ini menyambut di ruang tengah.Dua hari menetap, Senja dan sang bayi memang diizinkan pulang hari ini untuk menjalani pemulihan di rumah. Tak dijemput siapa pun, Senja pulang berdua saja dengan Juan dan jujur dirinya sedih, karena dia pikir orang-orang rumah akan menjemputnya, mengingat kepulangan dia bukan di hari kerja melainkan hari libur.Tak menunjukan kesedihan, Senja terus berusaha tersenyum selema di jalan hingga ketika tiba di rumah, kehadiran dua mobil yang tak asing untuknya membuat dia bertanya-tanya.Bukan mobil Juan ataupun Gian, yang dilihat Senja adalah mobil Davion juga kedua orang tuanya sehingga dengan rasa penasaran yang tiba-tiba melanda, Senja bertanya.Namun, alih-alih memberikan jawaban, Juan justru meminta dia untuk masuk sehingga sambil menggendong san

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   193). Kelahiran Bayi Mungil

    ***"Ayo, Bu, coba dorong."Bersandar pada bed, yang sejak tadi dia tempati, Senja menoleh ke arah Juan sebelum kemudian mengambil ancang-ancang. Menutup rapat mulutnya seperti yang disarankan, Senja mulai mengejan sekuat tenaga sambil berpegangan pada sang suami.Bukaan lengkap setelah menunggu selama beberapa jam, persalinan Senja memang segera dilakukan. Aman untuk melahirkan secara normal, Senja membiarkan tubuhnya kesakitan karena gelombang cinta yang beberapa waktu lalu datang, dan sekarang perempuan itu kembali berjuang.Bayi yang dikandung tak langsung keluar dalam sekali ejanan, Senja menjatuhkan punggungnya di bed dengan napas terengah. Beristirahat sejenak, itulah yang dia lakukan sekarang sementara dokter sibuk memeriksa sesuatu."Kuat ya, kamu pasti bisa," ucap Juan yang terus berada di samping Senja. "Doain ya, Mas," pinta Senja yang dijawab senyuman oleh sang suami."Pasti."Waktu istirahat seles

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   192). Kado untuk Gian

    ***"Gi, anak kita lucu."Berdiri persis di samping inkubator, ucapan tersebut Diandra lontarkan dengan perasaan yang terasa begitu hari. Melahirkan beberapa jam lalu, sore menjelang malam Diandra meminta untuk dibawa ke ruang Nicu. Dioperasi menggunakan metode yang cukup bagus, perempuan itu sudah mampu berdiri bahkan duduk sehingga setelah meminta izin pada Dokter, Gian membawa istrinya itu menemui sang putra.Lahir dengan tubuh yang sangat mungil, putra pertama Gian dan Diandra terlihat persis seperti sang ayah, Gian. Memiliki hidung mancung, dua alis yang tak terlalu tebal kemudian rambut hitam, bayi mungil tersebut nampak begitu baik sehingga meskipun harus menetap di inkubator hingga kondisi dan berat badan stabil, Gian mau pun Diandra lega karena sejauh ini, tak ada kelainan yang ditunjukan Pradikta atau yang lebih akrab disapa baby Dikta."Mirip banget sama aku enggak sih?" tanya Gian yang setia di samping Diandra, guna berjaga-j

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   191). Kelahiran Putra Pertama

    ***"Gimana, Dok? Apa istri saya harus lahiran sekarang karena ketubannya udah pecah?"Melihat dokter selesai memeriksa Diandra, pertanyaan tersebut lekas Gian lontarkan dengan raut wajah yang cukup tegang.Mendapat kabar tentang Diandra yang tiba-tiba mengalami pecah ketuban, Gian memang sigap membawa istrinya itu ke rumah sakit terdekat. Meskipun Diandra tak merqsa kesakitan, Gian membawa perempuan itu ke IGD sehingga tanpa perlu menunggu lama, penanganan pun dilakukan dengan cepat."Betul sekali, Pak," kata sang dokter, memberi jawaban. "Karena air ketuban yang tersisa hanya tinggal sedikit, istri Bapak harus segera melahirkan bayinya dan demi mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, kami akan melakukan tindak operasi secepatnya. Apa bapak setuju? Jika iya, nanti berkas-berkasnya disiapkan pun dengan ruang operasi.""Kalau itu yang terbaik, saya setuju, Dokter," ucap Gian. "Tapi usia kandungan istri saya baru dua puluh sembila

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   190). Waktu Berlalu

    ***"Silakan dinikmati basonya ya, Mbak, Kak, Dek, semoga bakso buatan Mamang cocok di lidah kalian."Sambil menyimpan satu persatu mangkuk bakso di atas meja makan, ucapan tersebut lantas Juan lontarkan untuk istri dan kedua anaknya yang sejak beberapa menit lalu menunggu di sana.Tak bisa menolak ngidam Senja yang katanya ingin bakso buatan dia sendiri, Juan mendadak cosplay menjadi mang bakso komplek. Membuat adonan bakso kemudian mengolahnya menjadi bulatan kecil dan sedang, semua dia lakukan sendiri tanpa bantuan siapa pun.Tak hanya membuat bakso, Juan juga berpakaian seperti tukang bakso demi mengabulkan keinginan Senja. Kaos abu pendek, celana pendek juga topi bulat dan handuk, semuanya dia pakai dan hal tersebut membuat Senja bahagia, sehingga meskipun harus menunggu satu jam lebih bakso yang diinginkannya jadi, perempuan itu tak bosan sama sekali."Waw," ucap Kirania takjub. "Udah cocok kayanya Papa jadi tukang bakso. Persis bua

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   189). Siapa yang Hamil?

    ***"Menurut Papa?"Menyipitkan mata dengan emosi yang semakin naik, itulah Juan setelah pertanyaan tersebut dilontarkan sang putri, usai dirinya bertanya tentang testpack yang ditemukan di atas meja belajar Kirania.Tak ada panik, gadis itu terlihat tenang dan hal tersebut jelas membuat Juan penasaran karena jika memang Kirania hamil, seharusnya rqsa panik melanda karena bukan hal sepele, hamil di usia belia terlebih masih pelajar adalah sebuah masalah yang sangat besar."Kamu ditanya tuh jawab, bukan balik nanya," desis Juan. "Mau Papa pukul?""Pukul apa maksud kamu?"Bukan Kirania, yang bertanya adalah Senja yang tahu-tahu berada di ambang pintu. Tak kalah serius dari Juan, perempuan itu kini menatap intens sang suami sebelum akhirnya bertanya,"Kamu lagi ngapain Kiran? Kok pake nyebut pukul segala? Berani emang kamu pukul anak aku?""Aku nemuin tespack di meja belajar Kiran, Senja, dan ini aku lagi nanya," k

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   188). Restu Juan Sepenuhnya Turun

    ***"Halo."Refleks melengkungkan senyuman, itulah yang Kirania lakukan setelah suara berat Davion terdengar dari telepon. Tak lagi di kamar sang papa, saat ini dia memang sudah kembali ke kamarnya dan tak diam saja, Kiranua menghubungi sang kekasih dengan tujuan; mengajak Davion datang ke rumah hari sabtu nanti.Mendapat lampu hijau untuk berpacaran, Kirania tak sepenuhnya bebas karena sebelum melanjutkan hubungan dengan Davion, kebaikan dan ketulusan kekasihnya tersebut harus dipastikan dulu sehingga selain makan siang bersama, sabtu nanti katanya Juan akan mengajak mantan dari istrinya tersebut berdialog empat mata."Halo, Kak, ganggu enggak?" tanya Kirania. "Kali aja Kak Davi lagi nongkrong atau bahkan udah tidur gitu?""Enggak sih, enggak ganggu," kata Davion. "Aku barusan kebetulan lagi main game. Jadi aman.""Lho, keganggu dong itu, Kak?" tanya Kirania. "Kalau ada panggilan pas main game kan nanti gamenya kepause. Iya engg

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   187). Permintaan untuk Putus

    ***"Putus."Kompak memasang raut wajah kaget, itulah Senja dan Kirania setelah ucapan tersebut dilontarkan Juan dengan raut wajah seriusnya.Mengikuti saran Senja, malam ini Kirania jujur tentang hubungannya dengan Davion. Tak ada respon baik, Juan nampak tak suka mendengar kabar yang diberikan sang putri sehingga setelah Kirania menjawab serius tentang hubunganya dan sang kekasih, pria itu meminta sang putri putus."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Senja yang membuat atensi Juan beralih."Ya putus," kata Juan. "Aku mau Kiran sama Davion putus. Apa enggak jelas ucapan barusan?""Enggak bisa gitu dong, Pa," kata Kirania yang membut Juan kembali memandangnya. "Aku cinta sama Kak Davion begitu pun sebaliknya. Jadi enggak ada tuh putus-putus.""Jadi kamu lebih pilih Davion dibanding Papa? Iya?" tanya Juan. "Kamu masih kecil, Kiran, bahkan tujuh belas tahun pun kurang. Bisa-bisanya pacaran sama orang dewasa. Aneh tahu enggak?"

DMCA.com Protection Status