Home / Romansa / Terjebak diantara CEO & Superstar / 4. Manager, Koki dan Pembantu?

Share

4. Manager, Koki dan Pembantu?

Author: Nadayyara
last update Last Updated: 2025-01-27 09:50:08

Eve menghabiskan sebagian besar pagi itu dengan membenahi meja kerja Adam. Dokumen berserakan di atas meja, jadwal yang tidak jelas, dan beberapa kontrak penting yang bahkan belum ditandatangani. Dia bekerja dengan cepat dan efisien, mencoba menata semuanya sebelum Adam selesai dengan naskah di tangannya. Meskipun matanya mulai lelah dan jari-jarinya terasa kaku Eve berusaha keras untuk tetap fokus

Namun belum juga setengah jalan, Adam tiba-tiba muncul di sebelah meja dengan ponsel di tangan. Ekspresinya terlihat tidak senang.

"Nona Eve" panggilnya tajam.

Eve menoleh, entah kenapa merasa gugup. "Ya tuan Adam?"

Adam berjalan mendekat dan menunjukkan layar ponselnya. Di layar itu ada sebuah artikel gosip online yang baru saja dipublikasikan, lengkap dengan foto Adam di sebuah klub malam beberapa hari lalu dengan judul mencolok "Aktor Kontroversional Adam Terlihat Mabuk dan Membuat Keributan di Klub Eksklusif!"

"Ini pekerjaan pertamamu" perintah Adam dengan nada tajam. "Bereskan ini. Sekarang"

Eve menatap artikel itu dengan mulut ternganga. "Tapi saya.... "

Adam mengangkat tangannya, memotong pembelaan Eve. "Saya nggak peduli bagaimana kamu melakukannya. Hubungi media itu, buat mereka menarik artikel ini, atau minimal ubah judulnya. Dan kalau kamu gagal..." Adam mendekatkan wajahnya, menatap Eve dengan dingin. "Kamu tahu di mana pintunya"

Eve merasa seluruh tubuhnya tegang. Dia tahu ini adalah ujian pertamanya. "Baik tuan Adam. Saya akan menyelesaikannya secepatnya"

Setelah Adam kembali ke sofa yang di dudukinya, Eve kembali duduk di kursi, mencoba berpikir. Ini jelas bukan pekerjaan mudah, terutama bagi seseorang yang baru saja masuk ke dunia hiburan seperti dirinya. Dengan napas berat, Eve menyadari bahwa ini bukan sekadar soal pekerjaannya, ini tentang bagaimana bertahan hidup di dunia hiburan yang keras ini. Namun Eve tidak punya pilihan lain selain mencoba.

Eve menghabiskan satu jam berikutnya mencari informasi kontak editor situs gosip itu. Dengan bantuan Clara yang memberikan beberapa nomor kontak, akhirnya dia berhasil menghubungi seseorang yang memiliki otoritas di media tersebut.

Tapi seperti yang sudah diduga, orang di ujung telepon tidak mudah diajak berbicara. "Artikel itu sudah mendapatkan ribuan klik dalam satu jam pertama. Kami tidak akan menariknya" tolak sang editor cepat dengan nada tegas.

Eve mencoba menahan rasa frustrasi yang mulai merambat ke seluruh tubuhnya. "Tapi informasi itu tidak akurat. Adam tidak mabuk dan tidak ada keributan yang dia buat. Ini hanya salah paham"

"Kami punya saksi mata, nona Everalda" balas editor itu datar. "Jika Anda ingin kami menarik artikel itu, tunjukkan bukti bahwa apa yang kami tulis adalah kesalahan"

Eve menghela napas panjang setelah panggilan itu berakhir. Ini lebih rumit dari yang dia bayangkan. Dia tidak punya bukti untuk menyangkal berita itu, ditambah Eve yakin Adam tidak akan mau repot-repot membantunya. Rasa putus asa sempat menguasai dirinya, namun Eve segera mengusirnya. "Tidak ada waktu untuk mundur" pikirnya.

Setelah berpikir keras, Eve mendapat ide. Dia mulai mencari foto atau video yang mungkin diambil oleh pengunjung lain di klub malam itu. Setelah berjam-jam menghabiskan waktu menjelajahi media sosial, Eve akhirnya menemukan sebuah video pendek yang baru diambil semalam. Dalam video itu Adam terlihat sedang berbicara dengan seseorang, dan meskipun dia memegang segelas minuman, Adam terlihat tenang tidak seperti seseorang yang mabuk atau membuat keributan.

Dengan cepat Eve mengunduh video itu dan menghubungi editor kembali. "Saya punya bukti bahwa artikel Anda tidak akurat. Saya akan mengirimkan video ini kepada Anda. Tolong pertimbangkan untuk memperbaiki laporan Anda atau kesalahan anda ini akan saya perpanjang pada pihak berwenang"

Setelah beberapa saat, editor itu akhirnya setuju untuk mengubah judul artikel menjadi sesuatu yang lebih netral "Adam Terlihat di Klub Malam, Penggemar Bertanya-tanya Soal Kehadirannya"

Meski artikel itu tidak dihapus sepenuhnya, perubahan judul sudah cukup untuk meredakan situasi.

Ketika Eve melaporkan hasilnya kepada Adam, pria itu hanya mengangguk singkat. "Setidaknya kamu tidak sepenuhnya gagal" ucapnya dengan nada dingin, sebelum kembali fokus menghafalkan script naskahnya.

Eve melangkah kembali ke meja kerja Adam, merasa lega tetapi juga lelah. Meskipun keberhasilan ini kecil, ada rasa bangga yang mengalir dalam dirinya. Dia berhasil melewati tantangan pertamanya, dan itu memberinya sedikit harapan bahwa dia mungkin bisa bertahan di pekerjaan ini. 'Mungkin pekerjaan ini tak seburuk bayanganku' pikir Eve lega.

*****

Keesokan paginya, Eve baru saja selesai bersiap ketika ponselnya berdering. Nama Adam Valentino tertera di layar, membuatnya tertegun. 'Apa yang membuat atasan barunya itu menelepon sepagi ini?' Dengan rasa penasaran Eve menjawab panggilan itu.

"Eve, cepat ke rumahku sekarang juga! Aku akan mengirimkan alamatnya" begitu panggilan tersambung Adam langsung memerintah lalu menutup telepon begitu saja tanpa menunggu jawaban Eve.

Eve menatap layar ponselnya dengan kening berkerut. 'Apa yang mendesak sekali sampai pria itu memintaku datang ke alamat pribadinya di hari kedua bekerja?' pikirnya. Eve segera menyambar tasnya dan memesan transportasi online menuju alamat yang diberikan Adam cepat.

Ketika tiba di alamat yang dikirimkan Adam sebelumnya, Eve terkejut melihat rumah besar bergaya modern yang tampak megah namun terlihat sunyi. Tidak ada tanda-tanda aktivitas dari luar, hanya halaman yang tertata rapi dan pintu ruang tamu besar yang menjulang tinggi. Dengan ragu Eve menekan bel.

Tidak ada pertanda pintu akan dibuka.

Eve menekan bel lagi, lalu ponselnya berdering dan sebuah pesan masuk muncul dari Adam.

Cepat, Eve memasukkan password pintu yang baru saja dikirimkan Adam padanya.

Eve membuka pintu dan melangkah masuk. Dia disambut dengan interior rumah yang luas dan mewah. Namun rasa kagumnya segera hilang ketika Eve melihat botol air mineral, bungkusan makanan dan pakaian yang berserakan di ruang tamu. Firasat Eve langsung mengatakan ada sesuatu yang tidak beres disini.

Suara gaduh yang terdengar dari arah dapur mengalihkan perhatian Eve, membuat keningnya berkerut dalam.

"Eve! Cepat ke sini!" suara Adam terdengar dari arah dapur, terdengar panik namun dengan nada memerintah seperti biasa.

"Suara piring pecah, suara benda jatuh, lalu.... teriakan?" Eve langsung berlari ke arah suara itu. Begitu sampai di dapur dia terdiam sesaat, mencoba memahami pemandangan di depannya.

Adam berdiri di tengah dapur, mengenakan celemek bergambar kucing yang sama sekali tidak cocok dengan penampilan dan sifatnya. Di lantai ada tumpukan bahan makanan yang berantakan, tepung berceceran, telur pecah, dan... selada yang menempel di langit-langit dapur.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Eve, berusaha menahan tawa sambil memandang kekacauan di hadapannya.

Adam melotot denga wajah merah karena malu. "Aku sedang mencoba memasak omelet. Tapi... mungkin aku sedikit meremehkan tingkat kesulitannya"

Eve menatap bahan-bahan yang berserakan di lantai. "Sedikit?"

Adam mendengus lalu mengangkat wajan yang sudah gosong. "Lihat ini. Bagaimana aku bisa makan benda seperti ini? Ini seperti... sampah yang sedang menyamar sebagai makanan!"

Eve tidak bisa menahan diri lagi dan tertawa kecil, membuat Adam melotot lebih tajam. "Jangan tertawa! Kamu ada di sini untuk membantu bukan untuk mengejek!"

Eve mengangkat tangan, mencoba meredam tawanya. "Oke, oke. Kenapa Anda mencoba memasak? Bukankah Anda punya chef pribadi?"

Adam menggaruk kepalanya, terlihat canggung. "Aku nggak punya chef pribadi. Selama ini managerku yang masak atau pesan makanan. Dan... kupikir karena kamu baru masuk kemarin, jadi aku nyoba masak sendiri. Tapi jelas, itu keputusan yang buruk"

Eve menghela napas panjang, masih tersenyum. "Lalu dimana pembantu anda tuan Adam?"

Adam melipat tangan di dada dan menatap Eve dengan ekspresi datar. "Aku juga nggak mempekerjakan pembantu. Aku nggak suka ada terlalu banyak orang mencampuri area pribadiku. Jadi, manajerku yang biasanya mengurus semuanya"

Eve membelalakkan mata. "Maksud Anda... aku harus membersihkan rumah dan memasak juga?"

Adam mengangkat bahu, seolah itu hal yang wajar. "Iya dong. Apa kamu pikir jadi manajerku cuman ngatur jadwalku doang? Kalau kamu nggak suka, pintunya di sebelah sana"

Eve mengepalkan tangan, mencoba menahan kesal. Dia akhirnya hanya bergumam pelan, "Pantes aja manajernya pada nggak betah. Mereka harus jadi manager, pembantu sekaligus koki juga"

Adam menoleh dan menatap Eve tajam. "Kamu bilang apa tadi?"

Eve tersenyum tipis, berpura-pura tidak terjadi apa-apa. "Oh, nggak ada. Aku akan mulai sekarang. Apa ada hal tertentu yang harus kulakukan lebih dulu?"

Adam menunjuk ke arah dapur. "Kamu bisa mulai dengan masak sarapan. Aku lapar"

"Okay.Tapi pertama-tama, biarin aku bersihin dapur ini dulu. Kalau nggak omelet Anda berikutnya mungkin akan mengandung tepung mentah dan serpihan piring"

Adam mendengus dan melangkah menjauh dari kekacauan yang dibuatnya, mengamati Eve dari sudut dapur.

Sementara Eve menghela napas panjang dan mulai membersihkan dapur yang berantakan meskipun hatinya dipenuhi rasa frustrasi. 'Ini benar-benar gila. Aku dipekerjakan sebagai manajer, bukan pembantu!' pikirnya, tapi Eve sadar dia tidak punya pilihan lain. Setelah selesai membersihkan dapur, dia mulai memasak omelet untuk Adam.

Saat Eve tengah memasak Adam tiba-tiba muncul di belakangnya, mengamati dengan penuh rasa ingin tahu. "Kamu tahu cara memasak kan?" tanyanya.

Eve melirik sekilas tanpa menghentikan gerakannya. "Tahu. Aku udah biasa masak sejak kecil"

Adam hanya mengangguk lalu menyandarkan tubuhnya di meja dapur sambil terus mengawasi. Eve mencoba mengabaikannya, meskipun kehadiran Adam membuat suasana terasa sedikit canggung. Setelah beberapa menit, omelet sempurna akhirnya selesai. Eve meletakkannya di atas piring dan menyajikannya di meja makan.

"Silakan, Tuan Adam" Eve tersenyum sopan.

Adam duduk dan mulai mencicipi. Setelah beberapa suapan, pria itu mengangguk kecil. "Tidak buruk" ucapnya singkat.

Eve mendesah, mencoba menahan diri untuk tidak membalas dengan sindiran, memilih untuk kembali dan merapikan sisa-sisa bahan di dapur. 'Pantes aja semua manager sebelumnya nggak bertahan lama. Kayaknya aku juga nggak bisa bertahan lama disini, semoga aku bisa segera mendapatkan pekerjaan lain secepatnya' gerutunya dalam hati.

Saat Eve kembali ke ruang makan, dia melihat Adam melahap omeletnya hingga habis dengan senyum puas. Sekilas, ada rasa bangga yang muncul di hati Eve. Setidaknya dia berhasil menyelesaikan tugas kecil pagi ini.

Melihat Eve yang kembali ke ruang makan Adam menatap Eve datar. "Setelah ini kamu harus membantuku mengatur ulang lemari pakaian di ruang ganti. Dan jangan lupa, siang ini ada meeting online dengan sutradara. Kamu harus memastikan semuanya siap"

Eve terdiam, lalu bergumam pelan sambil berjalan menuju dapur, "Jadi manager, koki, dan pembantu juga? Sungguh paket lengkap"

Meskipun Eve merasa kesal, dia tahu hanya pekerjaan ini yang tersedia untuknya saat ini, karena itu dia bertekad untuk bertahan, setidaknya sampai dia menemukan pekerjaan lain yang lebih baik.

"Hari ini akan jadi hari yang panjang" gerutu Eve pelan.

Related chapters

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   5. Atasan yang Menyebalkan

    Setelah mencuci piring bekas sarapan Adam, Eve mengeringkan tangannya dengan cepat dan berjalan ke ruang tamu di mana Adam sudah menunggunya di sofa seraya memainkan ponselnya. "Udah selesai?" tanyanya tanpa menoleh, tatapan pria itu tetap terpaku pada ponselnya. Eve menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan rasa jengkelnya. 'Sedikit apresiasi tidak akan membunuhmu Tuan Adam' "Ya, sudah" jawabnya singkat. Tanpa berkata apa-apa lagi Adam berdiri dan berjalan menuju koridor, memaksa Eve untuk mengikuti di belakang. Mereka melewati beberapa ruangan sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah pintu besar dengan ukiran modern. Adam membuka pintu itu dan masuk, sementara Eve berdiri terpaku di ambang pintu, matanya melebar saat melihat isi ruangan di dalamnya. 'Astaga' Ruang ganti Adam dua kali lipat lebih besar dari kamar kos Eve. Di dalamnya ada rak-rak kayu tinggi yang dipenuhi jas, kemeja, celana, dan sepatu yang tersusun rapi berdasarkan warna dan jenis. Di sisi sebel

    Last Updated : 2025-01-27
  • Terjebak diantara CEO & Superstar   6. Tawaran Adam

    Setelah syuting selesai, Eve merasa lelah secara fisik dan mental. Hari ini dia tidak hanya harus menangani permintaan sok perfeksionis Adam, tetapi juga harus menghadapi sikap Zara yang menyebalkan. Di dalam mobil, selama perjalanan pulang suasana terasa hening. Adam duduk di kursi belakang dengan mata terpejam, sementara Eve duduk menyupir di depan. Tak tahan dengan keheningan yang membosankan, Eve akhirnya menghela napas dan bergumam pelan, “Hari ini benar-benar melelahkan…” Adam yang awalnya diam, membuka matanya sedikit dan bergumam membalas. “Kamu memang terlihat payah” Eve melotot ke kaca spion tengah, menatap Adam kesal. “Aku baru bekerja dua hari dan sudah dikerjai oleh rekan aktris anda habis-habisan! Wajar kalau aku lelah” Adam hanya mengangkat bahu cuek. “Itu salahmu sendiri. Kalau sejak awal kamu bilang ‘tidak’, dia nggak akan berani menyuruhmu terus” Eve menggigit bibirnya, menahan diri agar tidak membantah. Dia tahu Adam ada benarnya, tapi tetap saja, bukank

    Last Updated : 2025-01-27
  • Terjebak diantara CEO & Superstar   7. Pindah ke Rumah Adam

    Malam itu setelah sampai di kamar kosnya, Eve langsung mulai mengemasi barang-barangnya. Tidak banyak yang harus dia bawa, hanya pakaian, perlengkapan mandi, dan barang-barang kecil penting lainnya. Dia sudah mempertimbangkan tawaran Adam selama di perjalanan pulang, tawaran pria itu tidak terasa buruk. Eve hanya perlu pindah tempat tidur dan uang yang seharusnya dipakainya untuk membayar kos bisa digunaka untuk menambah transferannya pada keluarga di kampung. Saat dia tengah sibuk melipat bajunya ke dalam koper, ponselnya bergetar di atas kasur. Nama Clara muncul di layar. Eve mengernyit, merasa sedikit aneh karena sahabatnya itu biasanya menelepon hanya jika ada sesuatu yang penting. Begitu dia mengangkatnya, suara Clara terdengar antusias di seberang sana. “Eve! Kamu udah liat berita hari ini? Alex mau nikah bulan depan!” Eve terdiam sejenak. Tangannya yang sedang melipat baju pun ikut berhenti. "Alex?" “Iya! Alex atasanmu dulu! Media lagi heboh banget! Kamu nggak buka

    Last Updated : 2025-01-31
  • Terjebak diantara CEO & Superstar   8. Malam Penghargaan

    Malam harinya Adam dan Eve menghadiri acara penghargaan yang digelar di salah satu hotel mewah di pusat kota. Adam sebagai salah satu nominasi, duduk bersama para aktor lain di barisan depan, sementara Eve ditempatkan di meja staf yang lebih jauh dari panggung utama. Sepanjang acara mereka nyaris tidak berinteraksi. Adam sibuk berbincang dengan rekan-rekan sesama aktornya sambil sesekali tersenyum ke arah kamera, sementara Eve hanya memperhatikan jalannya acara sambil menikmati makanan ringan di mejanya. Acara berlangsung cukup panjang, dengan berbagai kategori diumumkan satu per satu. Adam tidak memenangkan penghargaan malam itu, tapi dia tetap memasang ekspresi santai dan profesional. Setelah acara selesai, para tamu mulai beranjak keluar dari ballroom. Eve yang berjalan menuju pintu keluar bertemu Adam di lobi hotel, tepat saat pria itu baru selesai berbicara dengan beberapa rekannya. Namun sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, seseorang menghampiri mereka. "Adam?" Sua

    Last Updated : 2025-01-31
  • Terjebak diantara CEO & Superstar   9. Pria Menyebalkan

    Pagi harinya, Eve bangun dengan perasaan kesal yang masih membara. Bukan hanya karena Adam telah menciumnya semalam meskipun itu kecelakaan, tapi karena pria itu salah mengiranya sebagai Casey. 'Dasar pria menyedihkan!' batinnya kesal. Setelah mandi dan bersiap dengan cepat, Eve keluar dari kamarnya seraya membawa laptopnya yang terdapat jadwal Adam juga keperluan wawancara dan pemotretan hari ini. Saat menuruni anak tangga dia mendapati Adam sudah duduk santai di sofa ruang televisi, tengah menonton televisi sambil memegang secangkir kopi. Pria itu terlihat segar seperti tidak terjadi apa-apa semalam. Sementara Eve? Dia masih ingin melempar sesuatu ke kepala Adam. Namun Eve memilih diam dan langsung menuju ke dapur. Saat Eve kembali dari dapur dan duduk di meja makan seraya membawa secangkir teh untuk dirinya sendiri, Adam tiba-tiba muncul dan menyodorkan roti panggang yang telah dibaluri selai ke arahnya. "Apa ini?" Eve melirik roti itu curiga. "Roti" Adam menjaw

    Last Updated : 2025-02-01
  • Terjebak diantara CEO & Superstar   10. Bersin di Tengah Hujan

    Setelah melalui serangkaian wawancara dan pemotretan yang melelahkan sepanjang pagi hingga siang hari, jadwal terakhir Adam hari ini adalah syuting dramanya bersama Zara, aktris yang dulu sempat menjahili Eve di hari keduanya bekerja. Eve sebenarnya tidak ingin terlalu banyak berinteraksi dengan Zara, tapi karena dia adalah manajer Adam, suka atau tidak dia harus tetap profesional. Setibanya mereka di lokasi syuting, Eve langsung melihat Zara yang tengah duduk di kursi rias, tengah mengobrol dengan managernya. Tatapannya beralih pada Adam yang sedang berbincang dengan sutradara tentang adegan yang akan mereka lakukan. "Hei, Eve!" Eve yang baru saja duduk di kursi sudut ruangan menoleh. Zara berjalan mendekatinya seraya tersenyum cerah, seolah-olah mereka adalah sepasang teman lama. "Hai, Zara" Eve membalas dengan anggukan kecil. "Santai dong, kamu masih kesal

    Last Updated : 2025-02-04
  • Terjebak diantara CEO & Superstar   11. Adam Sakit

    Ponsel Eve berdering nyaring, membuat Eve yang baru selesai mandi dan tengah merapikan penampilannya meraih benda itu cepat. Saat melihat nama yang muncul di layar, dia mengernyit. Adam 'Bisa-bisanya pria itu memilih untuk menelepon walaupun kami satu atap' Eve berdecak dalam hati. Eve mengangkat telepon dan berucap malas. "Ada apa?" "Aku sakit" suara Adam di seberang telepon terdengar serak dan lemah. Eve menahan tawa. "Aku udah bilang kan semalam?" "Jangan nyalahin aku sekarang Eve. Aku butuh bantuan" Adam mengeluh. "Aku nggak bisa bangun. Badanku panas banget" Eve menghela napas panjang lalu melirik jadwal Adam hari ini. Untungnya tidak ada jadwal penting, hanya meeting dengan tim produksi dan syuting yang bisa ditunda.

    Last Updated : 2025-02-04
  • Terjebak diantara CEO & Superstar   12. Job Desk baru, Suster?!

    Gumaman Adam terdengar sayup-sayup, membangunkan Eve dari tidurnya yang gelisah. Eve membuka mata dan mendapati Adam masih terbaring dengan mata terpejam. Tubuh besarnya bergetar hebat di balik selimut. Eve mengumpulkan kesadarannya lalu bangkit dari kursinya dan menyentuh dahi Adam cemas. "Astaga, panasmu tinggi banget" ujar Eve panik. Adam hanya menggumam pelan, sepertinya terlalu lemah untuk merespons. Tanpa pikir panjang, Eve mengambil kain basah dan mulai mengompres Adam. Dia juga menyiapkan botol air dingin dan mencoba menurunkan suhu tubuh pria itu dengan menaruhnya di beberapa bagian tubuh Adam. Namun yang membuat Eve benar-benar panik adalah ketika Adam mulai meracau dalam tidurnya. "Eve…" Eve menegang. Adam kembali bergumam, kali ini lebih lirih. "Jangan pergi"

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   17. Anak Alex?.

    Mendengar pertanyaan tiba-tiba Adam, tangan Eve mengepal di pangkuannya, menahan rasa sakit, marah juga kecewa yang kembali muncul. Eve menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab pelan. "Adam…." Adam meliriknya sekilas, ekspresi wajah pria itu tak terbaca. "Aku butuh jawaban Eve" Suaranya lebih dalam kali ini, nyaris seperti bisikan. Eve menggigit bibir, hatinya berdebar kencang. Apa yang harus dia katakan? Eve menatap Adam tajam, mencoba menahan gejolak emosinya sebelum akhirnya membuka mulutnya dan bertanya ragu. "Boleh aku bertan

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   16. Tidur Bersama

    “Kamu terlalu dramatis" Eve mendecakkan lidah. “Aku kan aktor, wajar kalau aku dramatis" Adam menyeringai kecil. Eve mendengus, tapi tidak bisa menyangkal kalau ucapan Adam memang terdengar masuk akal, walaupun alasan itu terasa dibuat-buat. “Aku masih bisa manggil pembantu kalau ada apa-apa. Aku akan tetap tidur di kamarku” dalih Eve. Adam menggeleng lagi. “Kalau kamu ngotot tidur di situ, aku yang bakal tidur di kamarmu. Aku lebih percaya diri kalau aku sendiri yang ada di dekatmu” “Ranjangnya sempit Adam, nggak muat buat kita berdua" Eve memijat pelipisnya lelah. "Aku nggak masalah" Adam mengangguk santai. Eve ingin membantah, tapi dia tahu Adam. Pria itu tidak akan menyerah sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. “Oke, aku tidur di kamarmu" gumam Eve akhirnya. “Tapi

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   15. Tawaran Gila Adam

    Adam melipat tangan di dada. "Dan aku orang yang bertanggung jawab. Aku bakal jadi ayah yang baik. Aku bisa gendong bayi, bisa bikin susu, bisa...." "Kamu bahkan nggak bisa masak mie instan tanpa bikin dapur kebakaran" potong Eve tajam. Adam mengerjap sebentar lalu berkata santai penuh percaya diri. "...Itu kan kemarin. Mulai sekarang aku bakal belajar dan berusaha" "Oh ya? Buktiin" Eve tertawa sinis. Adam berpikir sejenak, lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik sesuatu. "Kamu ngapain?" Eve melangkah mendekat dan melirik ponsel Adam curiga. "Aku mau cari tutorial cara jadi ayah yang baik di YouTube" sahutnya santai, sibuk menggulir jarinya di layar ponsel. Eve menepuk dahinya sendiri. 'Pria ini sungguhan gila!' batinnya frustasi. "Eve, serius" Adam mendongak dari layar ponselnya, kali ini suaranya lebih le

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   14. Hamil?

    Setelah 2 jam perjalanan mereka tiba di rumah sakit besar yang berada di kota sebelah. Adam bergegas membawa Eve ke ruang praktik seorang dokter yang tampaknya sudah sangat dikenalnya. "Adam, ini dokter kepercayaanmu?" tanya Eve pelan. Adam mengangguk. "Aku cuma mau pastikan kamu baik-baik saja" Tak lama, seorang dokter pria paruh baya masuk ke dalam ruangan dengan senyum ramah. "Adam! Lama nggak ketemu. Siapa ini?" tanyanya, melirik Eve dengan penuh ketertarikan. "Ini manajerku, Eve" jawab Adam. "Dia tiba-tiba mual dan muntah. Aku mau tahu dia kenapa atau sakit apa dok" Sang dokter mengangguk dan segera melakukan pemeriksaan mendetail. Eve merasa sedikit canggung karena ini pertama kalinya dia diperiksa seintens ini, tapi dia tetap menurut dan mengikuti prosedur yang diminta. Setelah serangkaian pemeriksaan panjang, dokter akhirnya kembali dengan hasilnya.

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   13. Kemunculan Alex

    Jantung Eve berdegup kencang saat melihat pria itu berbicara dengan beberapa kru dengan ekspresi serius. Sudah lama sejak terakhir kali Eve bertemu Alex… Kenangan yang selama ini ia kubur mulai menyeruak tanpa izin. Hubungan mereka di masa lalu juga malam pertamanya dengan Alex bukan sesuatu yang bisa ia lupakan dengan mudah, dan sekarang pria itu berdiri hanya berjarak beberapa meter darinya. Seakan merasakan tatapan Eve, Alex menoleh ke arahnya. Pandangan mereka bertemu. Mata pria itu sedikit membesar seakan tidak percaya, tapi hanya dalam hitungan detik, ekspresi terkejut itu berubah menjadi tatapan tajam yang sulit diterjemahkan. Eve menelan ludah, tatapan Alex terasa menusuk membuatnya ingin mundur, tapi kakinya tetap terpaku tak mau bergerak. Sebelum Eve sempat menghindar, Alex sudah melangkah menghampirinya. “Eve?” suara Alex terdengar dalam dan dingin.

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   12. Job Desk baru, Suster?!

    Gumaman Adam terdengar sayup-sayup, membangunkan Eve dari tidurnya yang gelisah. Eve membuka mata dan mendapati Adam masih terbaring dengan mata terpejam. Tubuh besarnya bergetar hebat di balik selimut. Eve mengumpulkan kesadarannya lalu bangkit dari kursinya dan menyentuh dahi Adam cemas. "Astaga, panasmu tinggi banget" ujar Eve panik. Adam hanya menggumam pelan, sepertinya terlalu lemah untuk merespons. Tanpa pikir panjang, Eve mengambil kain basah dan mulai mengompres Adam. Dia juga menyiapkan botol air dingin dan mencoba menurunkan suhu tubuh pria itu dengan menaruhnya di beberapa bagian tubuh Adam. Namun yang membuat Eve benar-benar panik adalah ketika Adam mulai meracau dalam tidurnya. "Eve…" Eve menegang. Adam kembali bergumam, kali ini lebih lirih. "Jangan pergi"

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   11. Adam Sakit

    Ponsel Eve berdering nyaring, membuat Eve yang baru selesai mandi dan tengah merapikan penampilannya meraih benda itu cepat. Saat melihat nama yang muncul di layar, dia mengernyit. Adam 'Bisa-bisanya pria itu memilih untuk menelepon walaupun kami satu atap' Eve berdecak dalam hati. Eve mengangkat telepon dan berucap malas. "Ada apa?" "Aku sakit" suara Adam di seberang telepon terdengar serak dan lemah. Eve menahan tawa. "Aku udah bilang kan semalam?" "Jangan nyalahin aku sekarang Eve. Aku butuh bantuan" Adam mengeluh. "Aku nggak bisa bangun. Badanku panas banget" Eve menghela napas panjang lalu melirik jadwal Adam hari ini. Untungnya tidak ada jadwal penting, hanya meeting dengan tim produksi dan syuting yang bisa ditunda.

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   10. Bersin di Tengah Hujan

    Setelah melalui serangkaian wawancara dan pemotretan yang melelahkan sepanjang pagi hingga siang hari, jadwal terakhir Adam hari ini adalah syuting dramanya bersama Zara, aktris yang dulu sempat menjahili Eve di hari keduanya bekerja. Eve sebenarnya tidak ingin terlalu banyak berinteraksi dengan Zara, tapi karena dia adalah manajer Adam, suka atau tidak dia harus tetap profesional. Setibanya mereka di lokasi syuting, Eve langsung melihat Zara yang tengah duduk di kursi rias, tengah mengobrol dengan managernya. Tatapannya beralih pada Adam yang sedang berbincang dengan sutradara tentang adegan yang akan mereka lakukan. "Hei, Eve!" Eve yang baru saja duduk di kursi sudut ruangan menoleh. Zara berjalan mendekatinya seraya tersenyum cerah, seolah-olah mereka adalah sepasang teman lama. "Hai, Zara" Eve membalas dengan anggukan kecil. "Santai dong, kamu masih kesal

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   9. Pria Menyebalkan

    Pagi harinya, Eve bangun dengan perasaan kesal yang masih membara. Bukan hanya karena Adam telah menciumnya semalam meskipun itu kecelakaan, tapi karena pria itu salah mengiranya sebagai Casey. 'Dasar pria menyedihkan!' batinnya kesal. Setelah mandi dan bersiap dengan cepat, Eve keluar dari kamarnya seraya membawa laptopnya yang terdapat jadwal Adam juga keperluan wawancara dan pemotretan hari ini. Saat menuruni anak tangga dia mendapati Adam sudah duduk santai di sofa ruang televisi, tengah menonton televisi sambil memegang secangkir kopi. Pria itu terlihat segar seperti tidak terjadi apa-apa semalam. Sementara Eve? Dia masih ingin melempar sesuatu ke kepala Adam. Namun Eve memilih diam dan langsung menuju ke dapur. Saat Eve kembali dari dapur dan duduk di meja makan seraya membawa secangkir teh untuk dirinya sendiri, Adam tiba-tiba muncul dan menyodorkan roti panggang yang telah dibaluri selai ke arahnya. "Apa ini?" Eve melirik roti itu curiga. "Roti" Adam menjaw

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status