Pemandangan luas dengan kumparan pasir menjadi sorotan dari retina setiap pasang mata yang baru tiba di tempat pemotretan. Tak terkecuali Leonard dan Eve yang secara kebetulan tiba secara bersamaan dan langsung diarahkan ke backstage masing-masing selama persiapan properti mereka pun diberikan waktu menyiapkan diri.Beberapa menit kemudian keduanya sama-sama keluar dari ruangan pribadi dan menabrakan tatapan. Leonard melemparkan senyum pada Eve dan hanya membalasnya dengan seulas senyum tipis lalu kembali masuk ke ruangannya. Hal tersebut membuat Leonard mengerutkan keningnya heran.Lantas dirinya pun bergegas mendekati ruangan pribadi Eve yang berbentuk minibus berwarna putih seperti kendaraan van tanpa roda. Tepat sebelum Eve menutup pintu itu, Leonard sudah lebih dulu menahan dan menatap Eve yang terkejut."Hei, apa kau baru saja menghindariku? Apa aku membuatmu marah?""Apa maksudmu, Leon?" tanya balik Eve. Sejujurnya Eve sengaja melakukan hal tersebut karena tekadnya yang tak ing
Kondisi antara Eve dan Leon kembali pada masa pertemuan pertama mereka. Tiada hari tanpa keributan sehingga Paul dan Jayden tampak lebih lelah dibanding pemotretan sebelumnya saat kedua model tersebut terbilang akur dan memiliki kedekatan khusus. Namun, tak peduli seberapa ribut Eve dan Leon. Mereka berdua tetap harus menyelesaikan pemotretan tersebut.Setelah sebelumnya mereka terlihat begitu memanas saat berada di tengah padang pasir buatan dengan beradegan intens karena mengusung tema hot and sexy demi menyesuaikan kebutuhan produk. Tak tanggung keduanya hampir menggila dalam lumatan yang berlangsung di atas pasir dalam posisi berhadapan Eve berada di pangkuan Leon sambil berpagutan mesra. Mereka hampir lepas kendali seandainya sang sutradara tak menyudahi pengambilan gambar dan video mereka.Kini berbanding dengan tema sebelumnya yakni keduanya harus bermesraan di dalam lautan bening di pesisir pantai pasir putih. Cuaca saat ini sangat terik ketika mereka tiba. Matahari bahkan mas
"Leon?" kening Eve berkerut, tetapi tak menutupi tatapan sendunya pada pria itu.Jauh di lubuk hati Eve, ia sangat merasa sedih dan tak rela harus berakhir seperti ini. Jatuh cinta pada Leon bukanlah bagian dari rencana Eve. Namun, pertemuan dan kedekatannya tak bisa terelakkan. Terlebih kini pria itu pun memiliki rasa yang sama.Tergambar jelas dari tatapan netra abu milik Leon. Pria itu melangkah ke arahnya semakin dekat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Eve tahu dan sadar bahwa tatapan penuh cinta itu tak dapat disembunyikan oleh Leon.Hal tersebut membuat Eve tersadar ia harus segera mengakhiri itu. Lantas dirinya berbalik saat jarak Leon hanya tinggal beberapa langkah."Kenapa kau ke sini? Aku hendak mengganti pakaian," cicit Eve tak dapat menutupi kegugupannya.Semua itu tercetak dari pantulan wajahnya pada cermin di hadapannya. Wajah yang gelisah dan tatapan redup Eve membuat Leon tak sanggup lagi untuk bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka.Alih-alih pe
"Benar bahwa hatiku menginginkan ini!" sahut Eve menatap tegas Leonard yang tercengang dengan pengakuannya.Sontak membuat Leonard tak tahan dan langsung memagut kembali bibir menggemaskan itu. Melumat dalam dan meraih pinggang Eve guna mempererat dekapan sampai melupakan kondisi air jernih menunjukkan setiap sentuhan yang ia berikan pada Eve terlihat jelas betapa Leon tampak geram pada keadaan mereka.Terbukti dari lumatan kuat dan tuntutan serta remasan tangannya pada bokong Eve membuat ia terlihat begitu berengsek. Leon memaksa otaknya untuk mengendalikan diri dari hasrat sialan yang menginginkan lebih. Lantas dengan sangat terpaksa ia melepaskan pagutan berhasrat itu dan menatap bibir Eve yang membengkang.Napas tersengal membuat keduanya terkekeh sesekali saling mengecup kecil diselingi senyum. "Kau dan semua hal yang membuatku tak habis pikir. Kau tahu aku sangat gemas akan keadaan kita saat ini dan berpikir apa kau sengaja harus mengatakannya di sini, di depan semuanya agar aku
Malam hari seperti tradisi setelah selesai melakukan syuting semua pekerja akan merayakannya dengan makan malam besar-besaran. Semua orang tampak senang dan menikmati makan malam yang diselingi musik serta beberapa ada yang menari juga melakukan kegiatan konyol hingga menambah semarak perayaan berakhirnya project varian parfum tersebut.Namun, berbeda dengan Leon dan Eve yang masih dilanda asmara. Keduanya memilih makan malam berdua di tepi pantai dengan suasana romantis. Meski masih dalam satu area pantai yang sama, tetapi setidaknya mereka memiliki privasi untuk bicara lebih tenang.Menikmati hembusan lembut angin laut dan ombak yang cukup tenang, keduanya tampak bahagia menyantap hidangan yang tersedia. Seusai memakan hidangan penutup, Leon menyetel musik jazz dari ponselnya untuk mengajak Eve berdansa.Awalnya Eve terkekeh geli melihat Leonard bertingkah begitu romantis. Akan tetapi, karena ia tak ingin merusak usaha pria itu untuk membuatnya terkesan, Eve hanya mengikuti arahan d
Sesampainya mereka di penginapan beberapa kru masih tampak sibuk memindahkan makanan juga minuman di tengah gazebo tempat berpesta sejak tadi.Melihat kekacauan acara akibat hujan yang mengguyur area pantai secara mendadak, membuat Leonard kembali menarik Eve agar berpindah ke lantai atas yang lebih tenang. Di sana hanya ada sederet kamar dan balkon luas untuk duduk dan bersantai. Namun, melihat halaman balkon yang juga diguyur hujan membuat pria itu berbalik arah.Pada akhirnya Leon mengajak wanita itu langsung ke kamarnya dan memberikan handuk juga pakaian ganti."Basuh dirimu dengan handuk ini dan gantilah pakaianmu sebelum kau terkena flu," ujar Leon sembari membuka kemejanya yang kuyup seraya berjalan ke kamar mandi dan mengambil handuk lain untuknya.Eve terdiam di dekat pintu menatap handuk dan pakaian kering milik Leonard. "Leon, tapi aku bisa meminta kunci kamarku pada asistenku agar aku bisa mengam-""Mereka tampak sibuk, Eve. Lagi pula kau masih harus memberikan penjelasan
Dini hari tepatnya di waktu pagi hampir menjelang Leonard terbangun dan tak mendapati Eve di sampingnya. Sontak seluruh matanya terbuka menatap ke sekeliling ruangan, tak ada pakaian wanita itu di mana-mana juga. Lantas ia pun beranjak mengecek kamar mandi. Namun, nihil wanita itu sungguh tak ada di setiap sudut ruangannya."Apa Eve kembali ke kamarnya?" Pikir Leonard bergumam sendiri.Kemudian ia pun mengenakan kembali pakaian dan membasuh wajahnya sebentar lalu melihat jam di pergelangan tangannya. "Masih pukul setengah empat?" pekiknya.Tak ingin berlama-lama, Leonard mengusap wajahnya dengan handuk kering lalu meraih jaket di dekat sofa dab bergegas keluar dari ruangannya. Namun, saat ia keluar serta hendak mendatangi kamar Eve, ia mendengar suara langkah dari arah sebaliknya. Lantas Leon pun berbalik arah menuju balkon tempat tadi ia dan Eve duduk. Ia melihat siluet dua orang yang baru saja memasukan barang ke dalam mobil suv hitam di bawah sana tepatnya di area parkiran seperti
Leonard mengendarai mobilnya berpulang ke apartemen dengan perasaan jengkel. Tak habis pikir Eve lagi-lagi mempermainkannya untuk kesekian kali. Padahal sejak senja wanita itu tampak manis dan mengakui keinginan hatinya.Sial! Apa Eve sungguh hanya mempermainkanku dengan memberiku harapan padahal dirinya bersama Jayden?Leonard menggeleng dan berdecak hampir tak percaya dengan pemikiran bodoh itu."Tidak! Dia bodoh jika lebih memilih Jay dibanding denganku? Apa yang salah denganku?" Erang Leon menggebrak setir mobilnya karena frustrasi akan keadaan saat ini.Ia sudah mencoba menghubungi Eve saat melihat wanita itu pergi begitu saja tanpa meninggalkan pesan apa pun padanya. Namun, seperti yang sudah-sudah bahwa nomor tersebut memang tak akan aktif jika bukan Eve yang menghubunginya lebih dulu.Lantas setelah sampai di apartemennya ia mencoba berpikir jernih dan bertanya pada satu-satunya orang yang ia percaya serta berkaitan dengan Jayden juga Eve."Nick, apa kau bersama Kim?" tanya Le