"Yes?" jawab Leon pada keduanya walau tatapannya jelas hanya tertuju pada sosok elegan nan bersinar di balik tubuh Jayden. "Well, finally i found you, Eve," imbuhnya mempertegas keinginannya."Hm, Leon mungkin kau bisa membiarkannya mengurus masalah adiknya. Kim baru saja-""Kurasa Kim pun harus menyelesaikan urusannya dengan Nick dan sebaiknya kau periksa mereka." Leon menyela tanpa sedikit pun mengalihkan tatapannya pada Eve.Jayden tak langsung menyetujui usulan Leon, tetapi menatap Eve lebih dulu yang mengangguk dan membiarkan Jayden mengiyakan usul Leon."Aku akan melihat mereka sebentar. Jika tak ada masalah serius, aku akan tinggalkan mereka dengan Jay. Kau bisa menungguku di sini?" pinta Eve pada Leon."Tentu, aku bahkan menunggu tiga hari untuk nomor yang tak bisa dihubungi," balas Leon menyindir dan kini beralih menatap Jayden.Melihat gelagat keduanya yang tampak hendak beradu kekuatan lantas Eve lebih dulu menyeret Jayden untuk masuk meninggalkan Leon agar menunggunya sele
"Eve kau bercanda?" Jayden berbalik dan menatap Eve tak percaya."Tidak, ini perjanjian kita bahkan perjanjianmu dengan Kim juga hanya sebagai model penggantimu. Aku tak mau tahu perihal Paul yang merengek menginginkanku. Kau harus bisa mengurusnya. Sama seperti kau menuduhku dan Leon melakukan sesuatu!" tandas Eve benar-benar memasuki lift, tetapi masih sempat menahan pintunya. "Oh, ya. Aku akan pulang sendiri jadi kau tak perlu repot mengantarku kembali lalu pakaianku di mobilmu bisa kau titipkan pada Kim di sini," ujar Eve menutup pintu lift."Eve, really hanya begini saja!" teriak Jayden walau tahu tak akan terdengar oleh Eve yang berada di dalam lift sambil mengatur napasnya meredakan emosi dalam diri."Jayden berengsek ada apa dengannya? Bisa-bisanya dia menuduhku begitu," keluh Eve memijat pelipis. Tujuannya menyuruh Jayden datang ialah untuk membantunya bukan membuatnya semakin pusing dengan masalah yang ada. "Hah, aku bisa gila jika seperti ini! Entah menjadi Eve atau Ara ked
Panggilan pada ponsel Eve tertera nomor dengan nama Leonard muncul dalam beberapa detik."Sudah selesai sekarang kau bisa sedikit tenang," ujar Eve pada Leon yang menutup panggilan teleponnya."Ya, setidaknya ini mengurangi kekesalanku pada Jayden," ujar Leon."Aku sungguh minta maaf untuk Jay. Dia hanya lupa mengabariku agar mengambil nomor baru yang sudah dibeli," tutur Eve sedikit menyesal."Bukan masalah seandainya dia berkata jujur. Lagipula semua sudah berlalu dan ini hanya masalah komunikasi jadi mari kita lupakan," tutur Leon mengangkat gelas minumannya untuk mendapat sambutan cheers dari Eve.Keduanya kini sudah berada di sebuah bar tempat minum mewah yang cukup nyaman dan aman karena tak akan ada orang lain yang mengenali Eve sebagai Ara. Bahkan Leon bertaruh sekali pun ada yang mengenalnya. Mereka tak akan histeris untuk meminta foto. Jelas saja begitu karena kalangan elit yang mengunjungi bar langganannya juga sang kakak tak ak
Antara sadar dan tidak Eve tak percaya dirinya melakukan kegilaan itu. Dia mencium Leon. Ya! Dia yang memulainya dan entah kenapa kini Eve enggan melepasnya.Aku sudah gila! Ya, aku sangat gila melakukan ini dan menikmatinya. Hah, kenapa aku menyukai ini, apa karena rasa minuman yang tersisa di mulutnya? Eve terus membatin ditengah pagutan yang berlangsung.Bukan dia kehilangan kesadaran, ia sadar dan ia menikmati itu. Mengecap rasa manis diiringi aroma minuman yang memabukkan membuatnya kehilangan akal sehat. Kekalutan karena memikirkan peliknya masalah yang datang seakan dilupakannya. Dia hanya ingin sedikit bersenang-senang menjadikan karakter Eve hidup sebagai sosok menantang dan berani melakukan hal yang selama ini ditakutkan dari sosok Arabelle. Bukan karena ia memiliki kepribadian lain, tetapi dirinya hanya menghayati peran Eve. Seolah mengembalikan masa bahagia yang telah lama terkubur semenjak kehidupan indahnya terenggut.Aku tak tahu apak
Leon tersenyum dan memakaikan asal mantelnya pada Eve yang mengucap terima kasih. "Hanya beberapa orang yang mungkin menginginkan ketenangan dan butuh mengeluarkan kekecewaannya melalui teriakan," jawab Leon tersenyum.Eve terkekeh dan menggeleng tak percaya. "Kau akan dianggap gila jika orang mendengar teriakanmu, Leon," ujarnya.Leon duduk tanpa merasa segan ia tak peduli dengan tanah kering yang diinjaknya akan mengotori celananya. Lalu Eve mengikuti jejaknya karena yakin tak mampu berdiri terlalu lama akibat pusing masih terasa berdenyut."Kau bisa mencobanya ikuti aku," tawar Leon.Lalu pria itu berteriak kencang mengeluarkan suara bariton dari dalam hingga rasanya begitu melegakan. Eve tercengang dan kesadarannya kini hampir sepenuhnya kembali."See, tak ada kendaraan yang lewat di sini dan sekalipun ada yang mendengar semua orang di bawah sana tak akan bisa melihat kita. Masih tak ingin mencobanya?" bujuk Leon membuat Eve ters
Ciuman yang berlangsung membawa Leon bergerak untuk menggendong Eve dari pangkuannya berpindah ke atas kap mobil dan mendudukkannya di sana. Masih dengan ciuman yang kian menuntut dibarengi remasan gemas dari tangan Eve pada rambut Leon. Begitu juga dengan tangan Leon yang telah menjelajah menyusuri pinggang. Kedua kaki Eve melingkari tubuh Leon menempelkan diri mereka membuat Leon menuruni leher jenjang Eve juga memberikan kecupan-kecupan kecil di sana sesekali mengisapnya hingga membuat pemiliknya meloloskan desahan halus.Tangan Eve turun menuju dada Leon mengusapnya lalu menemukan resleting jaket pria itu dan mulai menurunkannya memberikannya akses untuk menyusuri dada liat itu lebih intens. Leon tak mau kalah, ia menyelipkan tangannya melalui celah blazer yang dikenakan Eve. Jarinya menggelitik ke bagian perut membuka separuh blazer yang hanya dilapisi tanktop satin tipis dengan sehelai tali melintasi bahu.Kini bibir Leon mulai mencumbu separuh bagian yang sudah
Leonard turut tersenyum membalasnya dan mulai menjalankan mobilnya kembali ke pusat kota dalam waktu dua puluh menit. Setelah tiba ia mengantarkan Eve ke atas yakni ke unit apartemennya berniat menawarkan tumpangan pada Nick untuk kembali. Akan tetapi, ternyata Nick dan Kim malah pergi dengan Jayden ke tempat Paul. Alhasil Eve tak bisa masuk karena kuncinya tertinggal di dalam tas yang berada di mobil Jayden.Eve merasa bodoh karena emosinya tadi memaki Jayden dan kini dirinya bahkan tak bisa meminta Leon kembali ke rumah. Selain akan membongkar identitas aslinya, dirinya juga tak memiliki kunci."So, kau mau menginap di hotel kakakku? Atau kau ingin ke apartemenku?" tawar Leon akhirnya setelah mereka kembali ke mobil. Tentunya keduanya sudah menghubungi Kim dan Nick yang malah menyuruh Eve menyusul ke tempat Paul. "Tenang saja kedua tempat itu gratis untukmu bermalam dan aku menawarkan karena kau tak ingin ke tempat Paul."Aku tak mau ke sana karen
Leon mendekati Eve dan membawa wanita itu beranjak dari tempat terbuka untuk langsung menuju kamarnya. Setelah sampai ia segera memberikan sebotol air mineral dan membiarkan Eve menenggaknya sedikit."Kau pucat. Apa karena terkena hujan hingga kau merasa tak enak badan?" terka Leon. "Atau kau ingin cokelat hangat?" tawar Leon tampak cemas dan memegang kening Eve untuk mengecek suhu tubuh wanita itu.Eve menggeleng dan menutup botol air mineralnya. "Aku butuh minuman penghangat," lirih Eve masih tak dapat dipahami oleh Leon."Cokelat hangat yang kuanjurkan, Eve. Jika alkohol lagi aku tak akan memberinya. Kau baru saja membaik dari sebelumnya. Aku tak ingin kau kembali mabuk," tuturnya. Karena kau berbahaya jika mabuk sekarang atau mungkin kau yang dalam bahaya sebab aku tak jamin bisa menahannya lagi jika kau menggodaku, batin Leon melanjutkan.Namun, Eve kembali bergeming dan dalam benaknya ia memutar ulang ucapan wanita di resepsionis barusan. Sepertinya Chris sudah lama tak melakuka