Entah jam berapa Albert terbangun karena mendengar suara tangisan Elza. Laki-laki yang masih mengantuk itu terpaksa harus membuka mata. Dia berjalan sempoyongan mendekati keranjang bayi sang putri.Albert mengangkat tubuh kecil Elza. Dia tahu ketika terbangun tengah malam seperti itu biasanya adalah waktu bagi Elza untuk mendapatkan ASI. Sementara Albert melihat Akira masih tidur dengan pulas.Awalnya Albert berusaha untuk menenangkan Elza sendiri. Tapi karena usahanya gagal, mau tidak mau akhirnya dia membangunkan Akira. Tidak ada yang lebih pandai dalam urusan mendiamkan tangisan bayi dibandingkan dengan ibunya sendiri.“Oh, maaf. Aku tidur terlalu pulas sampai tidak mendengar kalau Elza menangis,” kata Akira yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya secara penuh.“Tidak apa-apa. Aku sudah coba untuk mendiamkannya tapi gagal. Sepertinya dia butuh ASI,” ujar Albert.“Iya aku tahu itu. Cepat kemarikan dia,” pinta Akira justru membuat Albert menatap heran pada perempuan itu.“Kenap
“Kalian sangat payah. Untuk pekerjaan sepele seperti ini saja tidak bisa diandalkan,” ujar Kaizar sedang mengamuk atas kegagalan orang-orang suruhannya untuk mencelakakan Albert. “Maaf, Bos. Semua terjadi di luar dugaan kami. Sebenarnya saat itu target kami sudah tepat sasaran. Tapi tiba-tiba saja ada seorang perempuan yang menolongnya untuk menghindar,” tutur salah seorang anak buah Kaizar. “Seorang perempuan?” tanya Kaizar. “Iya benar, Bos. Ada seorang perempuan yang membersamai Tuan Albert malam itu.” Sejenak Kaizar tampak menerka-nerka siapa sosok perempuan yang dimaksud oleh orang anak buahnya. Saat itu juga Kaizar menyuruh anak buahnya untuk pergi. Meski meluapkan kemarahan sebesar apa pun tetap saja percuma karena usahanya sudah gagal. Kaizar meraih ponselnya dan mulai menelusuri laman pencarian di internet. Dia mencari berita-berita terbaru tentang Albert. Dengan mudahnya dia bisa menemukan artikel pemberitaan tentang pesta pernikahan yang digelar Albert dan Akira. Kaizar
Meski teguh mengelak ucapan Dannish, tapi Akira sendiri sadar bahwa apa yang dikatakan Dannish tidak sepenuhnya salah. Sebenarnya sesekali dia juga merasa khawatir dengan satu hal. Dia takut terlalu bersemangat meniti jalan kebencian hingga akhirnya membuat dia tergelincir pada cinta. Oleh karena itu Akira lebih berhati-hati dan sering menghindari interaksi berlebihan dengan Albert.Akira sadar ada hati yang harus dia jaga. Bagaimana pun juga dia adalah seorang perempuan yang mudah terbuai dengan rasa nyaman dan perhatian. Akira harus melawan kodrat hatinya itu agar tetap bisa fokus pada tujuan yang diinginkan.Pasca kecelakaan itu, Akira lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Dia belum bisa kembali bekerja. Dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan putrinya.Albert tak kalah memanfaatkan kesempatan untuk menunjukkan perhatian. Dia masih berusaha meyakinkan Akira tentang kesungguhannya. Dia sering pulang tepat waktu untuk menemani Akira dan Elz
Bukan Albert namanya jika tidak bisa membongkar identitas pelaku kecelakaan yang sudah membuat istrinya menjadi korban. Dia menemukan orang yang mengemudikan mobil malam itu. Tapi seperti dugaannya, orang itu hanya sekedar menjadi pelaksana.Albert yakin ada otak lain yang berada di balik rencana itu. Albert menekan pengemudi mobil itu untuk bicara dan menyebutkan nama orang yang sudah membayarnya.“Kenapa kamu berniat untuk mencelakakan istriku, hah?” bentak Albert saat dipertemukan langsung dengan pengemudi mobil itu di suatu tempat yang tak mudah dijangkau oleh orang lain. Beberapa anak buah Albert juga ada di sana untuk mengawasi.“Kami tidak berniat untuk mencelakakan istrimu,” bantah pengemudi bernama Heri itu.“Maksudmu Akira hanyalah korban salah sasaran begitu? Jadi benar bahwa kalian sebenarnya mengincar diriku?” tanya Albert lebih lanjut.Albert juga menyuruh anak buahnya untuk tidak berhenti memberikan siksaan pada Heri. Albert ingin penjahat itu merasakan sakit hingga ta
Kaizar tidak tahu siapa orang yang sudah mendukungnya secara diam-diam dan memberinya informasi tentang Albert. Kaizar gagal melacak pengirim pesan rahasia itu karena nomornya sudah tidak aktif saat berusaha dia hubungi. Namun entah siapa pun orangnya, Kaizar menjadi lebih bergairah untuk melakukan rencananya karena merasa memiliki pendukung.Kaizar menyadari satu hal bahwa ternyata bukan hanya dirinya yang memusuhi Albert. Dia yakin pengirim pesan itu juga memiliki masalah dengan Albert. Kaizar tidak terlalu peduli siapa pengirim pesan itu sebenarnya.Tapi yang pasti dia tidak akan menyia-nyiakan informasi penting yang sudah dia dapatkan. Tidak ada yang lebih baik dari pada menyerang Albert saat laki-laki itu ketika sedang sendiri tanpa penjagaan keamanan.Albert memiliki jadwal perjalanan bisnis ke luar kota yang akan dilakukan tiga hari mendatang. Kaizar langsung menandai hari penting itu di kalendernya. Setidaknya dia memiliki waktu dua hari untuk menyiapkan rencana secara matang.
“Selamat siang, Ibu Akira. Kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwa suami anda atas nama Albert Kenzi Erdinata telah mengalami kecelakaan.”Informasi dari polisi sudah tak mengejutkan Akira lagi. Itu adalah kabar yang memang dia tunggu sejak tadi. Rupanya Kaizar kembali membuat rencana untuk mencelakakan Albert dan kali ini eksekusinya berhasil.Polisi mengabarkan bahwa Albert sudah dilarikan ke rumah sakit dan Akira diminta untuk segera datang ke sana. Akira tidak bersikap panik dan hendak berangkat dengan terburu-buru seperti seorang istri pada umumnya ketika mendapat kabar bahwa suaminya kecelakaan. Akira justru masih bersantai sebelum dirinya memerankan drama istri yang baik.Jangankan bersedih, Akira sebenarnya tidak terlalu peduli dengan keadaan Albert. Kebencian sudah menutup rasa kemanusiaannya. Meski begitu dia tetap harus datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi terkini dari sang suami.Akira pura-pura histeris saat memberitahu Bibi Lastri, Dewi dan beberapa pek
Akira menyuruh Dewi pulang ke rumah dan membawa Elza bersamanya. Dia berpikir situasi rumah sakit tidak akan baik bagi bayinya. Sementara dirinya dan Bibi Lastri tetap di sana untuk menunggui Albert.Dewi pun menuruti perintah sang majikan. Dia dan Elza pulang dengan diantar oleh sopir. Akira juga berpesan agar Dewi menyiapkan pakaian ganti untuknya dan menitipkan pada sopir saat sudah kembali ke rumah sakit nantinya.Setelah cukup lama menunggu, Albert akhirnya membuka mata. Pandangan pertama yang dia lihat adalah Akira. Albert tersenyum melihat Akira menemani di sisinya.“Kamu sudah sadar?” tanya Akira. Albert tak langsung menjawab dan malah memegangi kepalanya yang terluka.“Pasti rasanya sangat sakit ya?” tanya Akira lagi saat melihat Albert sedikit meringis.“Sedikit. Tapi aku bersyukur karena aku masih hidup. Saat berada dalam mobil yang terbalik itu, aku sempat berpikir bahwa aku tidak akan bisa melihatmu lagi untuk selamanya,” ungkap Albert sembari menghembuskan napas berat.“
Akira berdiri menatap kejauhan dari balkon di depan kamar Albert. Dia bersedekap memeluk dirinya sendiri. Pikiran dan hatinya sedang berkecamuk tentang satu hal.“Apa yang sudah aku lakukan tadi,” ucap Akira mempertanyakan kembali sikap yang dia tunjukkan di hadapan Albert.Akira tidak perlu merasa gelisah seandainya dia memang melakukan semua itu sebatas sandiwara. Pasalnya, Akira merasa apa yang dia lakukan pada Albert terjadi secara spontan dan dipengaruhi oleh dorongan hatinya. Pelukannya pada Albert dan semua yang dia katakan tidak pernah dia rencanakan sebelumnya.Entah bagaimana mendengar kata-kata Albert yang memilukan membuat Akira tergerak untuk merangkul laki-laki itu. Akira mempertanyakan ucapannya sendiri saat mengatakan akan selalu membersamai Albert dalam kesulitannya.Akira bingung dari mana kata-kata itu berasal. Jelas dia tidak akan mengatakannya dalam kondisi sadar. Mungkin saja kata itu bersumber dari lubuk hatinya yang terdalam.“Sadar, Akira. Kamu tidak boleh ter