Albert langsung membawa Akira ke rumah sakit setelah insiden kecelakaan yang terjadi. Meski tak ada luka parah secara kasat mata, nyatanya Akira mengalami patah tulang pada tangan kanannya karena benturan yang terlalu keras.Dokter pun memasang gips dan meminta Akira untuk tidak banyak beraktivitas dengan menggunakan tangan kanan. Dokter juga memberikan resep obat dan meminta Akira untuk melakukan check up secara teratur.“Apa istri saya tidak perlu dirawat di sini, Dok?” tanya Albert.“Jangan berlebihan, Albert. Aku hanya mengalami patah tulang,” balas Akira menganggap apa yang dikatakan Albert tidak diperlukan.“Kamu bilang hanya? Patah tulang dan sulit bergerak begini kamu bilang hanya? Ini masalah serius, Akira. Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padamu,” ungkap Albert tampak cemas.“Aku tidak apa-apa. Jangan membuat malu di sini,” bantah Akira.“Saya sudah memeriksa secara keseluruhan, Pak. Tidak ada masalah serius lainnya pada Ibu Akira. Hanya memang proses kesembu
Entah jam berapa Albert terbangun karena mendengar suara tangisan Elza. Laki-laki yang masih mengantuk itu terpaksa harus membuka mata. Dia berjalan sempoyongan mendekati keranjang bayi sang putri.Albert mengangkat tubuh kecil Elza. Dia tahu ketika terbangun tengah malam seperti itu biasanya adalah waktu bagi Elza untuk mendapatkan ASI. Sementara Albert melihat Akira masih tidur dengan pulas.Awalnya Albert berusaha untuk menenangkan Elza sendiri. Tapi karena usahanya gagal, mau tidak mau akhirnya dia membangunkan Akira. Tidak ada yang lebih pandai dalam urusan mendiamkan tangisan bayi dibandingkan dengan ibunya sendiri.“Oh, maaf. Aku tidur terlalu pulas sampai tidak mendengar kalau Elza menangis,” kata Akira yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya secara penuh.“Tidak apa-apa. Aku sudah coba untuk mendiamkannya tapi gagal. Sepertinya dia butuh ASI,” ujar Albert.“Iya aku tahu itu. Cepat kemarikan dia,” pinta Akira justru membuat Albert menatap heran pada perempuan itu.“Kenap
“Kalian sangat payah. Untuk pekerjaan sepele seperti ini saja tidak bisa diandalkan,” ujar Kaizar sedang mengamuk atas kegagalan orang-orang suruhannya untuk mencelakakan Albert. “Maaf, Bos. Semua terjadi di luar dugaan kami. Sebenarnya saat itu target kami sudah tepat sasaran. Tapi tiba-tiba saja ada seorang perempuan yang menolongnya untuk menghindar,” tutur salah seorang anak buah Kaizar. “Seorang perempuan?” tanya Kaizar. “Iya benar, Bos. Ada seorang perempuan yang membersamai Tuan Albert malam itu.” Sejenak Kaizar tampak menerka-nerka siapa sosok perempuan yang dimaksud oleh orang anak buahnya. Saat itu juga Kaizar menyuruh anak buahnya untuk pergi. Meski meluapkan kemarahan sebesar apa pun tetap saja percuma karena usahanya sudah gagal. Kaizar meraih ponselnya dan mulai menelusuri laman pencarian di internet. Dia mencari berita-berita terbaru tentang Albert. Dengan mudahnya dia bisa menemukan artikel pemberitaan tentang pesta pernikahan yang digelar Albert dan Akira. Kaizar
Meski teguh mengelak ucapan Dannish, tapi Akira sendiri sadar bahwa apa yang dikatakan Dannish tidak sepenuhnya salah. Sebenarnya sesekali dia juga merasa khawatir dengan satu hal. Dia takut terlalu bersemangat meniti jalan kebencian hingga akhirnya membuat dia tergelincir pada cinta. Oleh karena itu Akira lebih berhati-hati dan sering menghindari interaksi berlebihan dengan Albert.Akira sadar ada hati yang harus dia jaga. Bagaimana pun juga dia adalah seorang perempuan yang mudah terbuai dengan rasa nyaman dan perhatian. Akira harus melawan kodrat hatinya itu agar tetap bisa fokus pada tujuan yang diinginkan.Pasca kecelakaan itu, Akira lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Dia belum bisa kembali bekerja. Dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan putrinya.Albert tak kalah memanfaatkan kesempatan untuk menunjukkan perhatian. Dia masih berusaha meyakinkan Akira tentang kesungguhannya. Dia sering pulang tepat waktu untuk menemani Akira dan Elz
Bukan Albert namanya jika tidak bisa membongkar identitas pelaku kecelakaan yang sudah membuat istrinya menjadi korban. Dia menemukan orang yang mengemudikan mobil malam itu. Tapi seperti dugaannya, orang itu hanya sekedar menjadi pelaksana.Albert yakin ada otak lain yang berada di balik rencana itu. Albert menekan pengemudi mobil itu untuk bicara dan menyebutkan nama orang yang sudah membayarnya.“Kenapa kamu berniat untuk mencelakakan istriku, hah?” bentak Albert saat dipertemukan langsung dengan pengemudi mobil itu di suatu tempat yang tak mudah dijangkau oleh orang lain. Beberapa anak buah Albert juga ada di sana untuk mengawasi.“Kami tidak berniat untuk mencelakakan istrimu,” bantah pengemudi bernama Heri itu.“Maksudmu Akira hanyalah korban salah sasaran begitu? Jadi benar bahwa kalian sebenarnya mengincar diriku?” tanya Albert lebih lanjut.Albert juga menyuruh anak buahnya untuk tidak berhenti memberikan siksaan pada Heri. Albert ingin penjahat itu merasakan sakit hingga ta
Kaizar tidak tahu siapa orang yang sudah mendukungnya secara diam-diam dan memberinya informasi tentang Albert. Kaizar gagal melacak pengirim pesan rahasia itu karena nomornya sudah tidak aktif saat berusaha dia hubungi. Namun entah siapa pun orangnya, Kaizar menjadi lebih bergairah untuk melakukan rencananya karena merasa memiliki pendukung.Kaizar menyadari satu hal bahwa ternyata bukan hanya dirinya yang memusuhi Albert. Dia yakin pengirim pesan itu juga memiliki masalah dengan Albert. Kaizar tidak terlalu peduli siapa pengirim pesan itu sebenarnya.Tapi yang pasti dia tidak akan menyia-nyiakan informasi penting yang sudah dia dapatkan. Tidak ada yang lebih baik dari pada menyerang Albert saat laki-laki itu ketika sedang sendiri tanpa penjagaan keamanan.Albert memiliki jadwal perjalanan bisnis ke luar kota yang akan dilakukan tiga hari mendatang. Kaizar langsung menandai hari penting itu di kalendernya. Setidaknya dia memiliki waktu dua hari untuk menyiapkan rencana secara matang.
“Selamat siang, Ibu Akira. Kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwa suami anda atas nama Albert Kenzi Erdinata telah mengalami kecelakaan.”Informasi dari polisi sudah tak mengejutkan Akira lagi. Itu adalah kabar yang memang dia tunggu sejak tadi. Rupanya Kaizar kembali membuat rencana untuk mencelakakan Albert dan kali ini eksekusinya berhasil.Polisi mengabarkan bahwa Albert sudah dilarikan ke rumah sakit dan Akira diminta untuk segera datang ke sana. Akira tidak bersikap panik dan hendak berangkat dengan terburu-buru seperti seorang istri pada umumnya ketika mendapat kabar bahwa suaminya kecelakaan. Akira justru masih bersantai sebelum dirinya memerankan drama istri yang baik.Jangankan bersedih, Akira sebenarnya tidak terlalu peduli dengan keadaan Albert. Kebencian sudah menutup rasa kemanusiaannya. Meski begitu dia tetap harus datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi terkini dari sang suami.Akira pura-pura histeris saat memberitahu Bibi Lastri, Dewi dan beberapa pek
Akira menyuruh Dewi pulang ke rumah dan membawa Elza bersamanya. Dia berpikir situasi rumah sakit tidak akan baik bagi bayinya. Sementara dirinya dan Bibi Lastri tetap di sana untuk menunggui Albert.Dewi pun menuruti perintah sang majikan. Dia dan Elza pulang dengan diantar oleh sopir. Akira juga berpesan agar Dewi menyiapkan pakaian ganti untuknya dan menitipkan pada sopir saat sudah kembali ke rumah sakit nantinya.Setelah cukup lama menunggu, Albert akhirnya membuka mata. Pandangan pertama yang dia lihat adalah Akira. Albert tersenyum melihat Akira menemani di sisinya.“Kamu sudah sadar?” tanya Akira. Albert tak langsung menjawab dan malah memegangi kepalanya yang terluka.“Pasti rasanya sangat sakit ya?” tanya Akira lagi saat melihat Albert sedikit meringis.“Sedikit. Tapi aku bersyukur karena aku masih hidup. Saat berada dalam mobil yang terbalik itu, aku sempat berpikir bahwa aku tidak akan bisa melihatmu lagi untuk selamanya,” ungkap Albert sembari menghembuskan napas berat.“
“Kenapa kamu melakukan ini, Akira?” tanya Albert tampak berat hati untuk menuruti. Permintaan Akira membuat Albert tidak percaya. “Kamu sudah menjadi seorang ayah. Bagaimana bisa aku membiarkan suamiku tidak merasakan kasih sayang seorang ayah? Aku ingin kita menata hidup kita lagi dengan semua hubungan yang lebih baik. Ayo kita benar-benar mulai semuanya dari awal, Al. Lagi pula aku sudah tidak punya ayah. Kalau kamu mau mengakui Pak Adrian sebagai ayahmu, maka aku akan mendapatkan sosok ayah juga walau hanya ayah mertua,” ungkap Akira dengan mata berkaca-kaca dan menatap Adrian pada kalimat terakhirnya. Adrian terharu mendengar ucapan Akira. Dia bahkan langsung merangkul istri putranya itu dengan erat. Tanpa ragu Adrian mengatakan bahwa dia akan menganggap Akira sebagai putrinya sendiri. Perlahan suasana haru semakin meliputi ruang kerja Adrian. Meski sempat ragu-ragu tapi akhirnya Albert pun mengikuti jejak Akira. Dia meminta maaf pada Adrian atas semua sikapnya yang tidak menyen
Pagi-pagi sekali Albert sudah bersiap dengan rapi. Akira bahkan turut membantunya dengan senang hati. Perempuan itu memakaikan dasi di leher sang suami. Kini hubungan keduanya jauh lebih membaik.Mereka sepakat untuk memberikan kesempatan pada hubungan mereka. Bahkan mereka mulai menunjukkan perhatian satu sama lain seperti yang dilakukan Akira pagi itu. Sementara Albert hanya terus tersenyum dan memandang lekat wajah istrinya hingga Akira salah tingkah.“Jangan menatapku seperti itu,” tegur Akira tersipu malu.“Apa tidak boleh menatap istri sendiri?” tanya Albert.“Bukan tidak boleh. Aku khawatir saja kalau kamu terus memandangiku bisa berbahaya.”“Memangnya kenapa?” tanya Albert sembari mengerutkan kening. Dia kebingungan dengan maksud perkataan istrinya.“Kalau kamu terus menatapku, kamu bisa terpesona dan tidak jadi pergi ke kantor nanti,” jawab Akira justru menggoda.Albert memutar bola mata malas sementara Akira hanya tertawa melihat ekspresi suaminya. Sesaat kemudian Albert lan
Kabar kembalinya Akira tidak luput dari pantauan Erna. Seorang ibu yang menyimpan dendam terhadap anak tirinya itu tak mau menunda waktu untuk melakukan pembalasan. Erna sudah bersiap untuk melaporkan Akira ke polisi dan menyerahkan bukti rekaman yang dia miliki.Namun kehendak itu tak sampai terjadi karena rencananya kurang rapi. Albert yang cerdik sudah lebih dulu mengendus niat jahat Erna pada Akira. Selama ini diam-diam Albert memang memata-matai gerak-gerik Erna.Dia sadar ibu itu pasti merasa sakit hati karena Albert menjebloskan putranya ke penjara. Albert selalu waspada untuk mencegah pembalasan dari Erna.“Sialan! Bagaimana bisa Erna mempunyai bukti rekaman tentang perbuatan Akira?” ujar Albert merasa kesal setelah mendapat laporan dari orang suruhannya.“Saya kurang tahu, Bos. Tapi dia berencana untuk melaporkan Nona Akira dengan bukti yang dia miliki. Dia ingin balas dendam pada bos lewat Nona Akira.”“Kurang ajar!” umpat Albert.“Apa mungkin ini ulah Adrian? Mungkin saja A
“Apa yang kalian lakukan pada istriku hingga dia menjadi seperti ini?” tanya Albert geram. Anak buahnya memang sudah berhasil membawa istri dan anaknya kembali ke rumah. Namun Albert tampak marah karena Akira dibawa dalam keadaan pingsan.“Maaf, Bos. Kami terpaksa membius Nona Akira,” jawab salah seorang anak buahnya.“Dasar bodoh!” umpat Albert. “Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada istriku karena perbuatan kalian?”“Kami tidak punya pilihan lain, Bos. Nona Akira terus memberontak. Apalagi kami harus menempuh perjalanan dari luar negeri. Kalau pun kami memintanya ikut secara baik-baik atas permintaan Tuan Albert, apa nona akan mau ikut bersama kami begitu saja? Jadi kami terpaksa menculiknya,” bela salah seorang lainnya.“Bos juga meminta kami membawanya kembali dengan cara apa pun,” imbuhnya seolah tak mau disalahkan.“Terserah kalian saja. Lebih baik aku segera menghubungi dokter sekarang juga. Silahkan kalian keluar dari sini,” ucap Albert kesal.Dua lelaki berbadan kekar itu pun
Pagi-pagi sekali Albert sudah berpenampilan rapi. Dia sudah siap untuk mengambil alih posisinya kembali. Ia merasa kondisinya sudah cukup membaik dan bisa mulai bekerja.Pikirannya juga sudah lebih tenang karena sudah mendapatkan kepastikan terkait keberadaan Akira. Dia hanya perlu menunggu hasil kerja anak buahnya. Dia terus memantau dari jauh dan meminta laporan dari mereka.“Kamu yakin sudah bisa masuk kantor, Al?” tanya Sofia saat melihat menantunya keluar dengan pakaian rapi.“Iya, Ma. Aku sudah beristirahat cukup lama. Aku tidak tahu bagaimana kondisi perusahaan sekarang,” jawab Albert. Dia sadar kini dia bahkan tidak punya kaki tangan yang bisa dipercaya dalam urusan pekerjaan seperti Levin dulu. Dia harus mengurus semuanya sendiri.“Baiklah kalau begitu. Tapi jangan terlalu kelelahan ya. Sekarang kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat,” pinta Sofia yang mulai menyiapkan porsi makanan untuk menantunya. Albert benar-benar bahagia dilimpahi kasih sayang seperti itu. Rasanya ta
Sebuah pelukan menandai perpisahan. Hari itu Akira mengantar Dannish ke bandara. Dannish akan pulang ke Indonesia.Sesungguhnya laki-laki itu tidak tega meninggalkan Akira hanya berdua dengan Elza di sana. Tapi Akira tetap memaksanya agar pulang demi Maria. Apalagi setelah kejadian pernyataan perasaan yang dilakukan Dannish.Akira merasa sungkan untuk terus melibatkan laki-laki itu lebih jauh dalam masalah kehidupannya. Apalagi Akira juga tidak bisa membalas perasaan yang sama pada Dannish. Akira menolak cinta Dannish.Meski sedikit kecewa, Dannish tetap bersikap bijaksana. Dia mengatakan bahwa pertemanan mereka tidak akan berubah hanya karena hal itu. Dia masih selalu siap menjadi orang terdepan untuk membantu Akira.“Aku ucapkan terima kasih atas semua kebaikanmu. Aku tidak bisa membalasnya. Kamu bahkan meninggalkan pekerjaan dan keluargamu demi mengikuti aku ke sini. Tapi aku dan Elza bisa menjaga diri sendiri. Lebih baik kamu pulang agar Tante Maria tidak sendirian,” kata Akira.“
“Mama habis berbicara dengan siapa?” tegur Albert sempat mengejutkan Sofia yang baru saja berbicara dengan Akira di telefon. Hari itu Sofia memang sedang berada di rumah menantunya. Bahkan sejak Albert pulang dari rumah sakit, Sofia memutuskan untuk tinggal di sana dan merawatnya karena Albert masih dalam proses pemulihan dan tidak memiliki keluarga lain.Mendapat pertanyaan dari Albert membuat Sofia gugup. Sofia bingung harus memberitahu Albert tentang Akira yang menghubunginya atau tidak. Dia hanya diam. Tapi tak lama Albert sudah bisa menebak keanehan dari raut wajahnya yang tak biasa.“Kenapa tidak menjawab, Ma? Mama menelepon siapa?” tanya Albert mengulangi.“Sebenarnya tadi Akira menelepon mama,” jawab Sofia akhirnya mengakui.“Apa? Akira?” ujar Albert sedikit terkejut saat nama istrinya disebut.Pasalnya, sudah beberapa hari lamanya Albert mencoba menghubungi nomor Akira tapi tidak tersambung. Bahkan anak buah yang dia sebarkan juga belum mendapatkan banyak informasi mengenai k
Akira sedang termenung di balkon kamar lantai tiga pada sebuah apartemen. Dia memandangi jalanan yang ramai dipadati kendaraan lalu lalang. Tapi sebenarnya pikiran perempuan itu fokus tertuju pada keluarga dan segala permasalahan yang sudah ia tinggalkan.Akira sudah berada jauh di luar negeri. Dia bahkan sudah mendapatkan apartemen sebagai tempat tinggal. Dannish juga ikut andil dalam memudahkan urusan kepindahannya ke sana.Bahkan Dannish menyertai Akira dan putrinya ke sana. Walau dia mengatakan tidak bisa terus membersamai mereka terlalu lama. Dia harus kembali ke Indonesia karena Maria juga dia tinggalkan seorang diri.Meski sudah jauh meninggalkan kehidupan sebelumnya, nyatanya secara batin Akira tidak bisa benar-benar melepaskan diri dengan mudah dari permasalahan yang sedang ia hadapi. Kini ia merasa hanya menjadi seorang pengecut yang bersembunyi. Niatnya untuk memulai lembaran hidup baru ternyata tak semudah yang diucapkan.Setiap hari ingatan tentang Albert masih selalu mem
Kabar penembakan Albert sangat mengejutkan banyak pihak. Para pekerja di rumah Albert langsung datang ke rumah sakit tempat majikannya dilarikan. Mereka sudah mendengar bahwa Akira lah yang sudah mencelakakan Albert. Sebelum mereka pergi ke rumah sakit, mereka juga sudah tidak menemukan Akira dan Elza di rumah.Kabar itu juga sampai ke telinga Sofia. Dia juga pergi ke rumah sakit dengan terburu-buru. Sofia sangat kecewa saat mendengar kejahatan yang sudah dilakukan oleh putrinya.Sofia merasa bertanggung jawab atas kondisi Albert. Apalagi dia tahu bahwa Albert tidak memiliki anggota keluarga lainnya. Sofia tak menyangka Akira bisa berbuat jahat pada orang lain.Sofia menunjukkan sikap tidak mendukung tindakan Akira dengan tetap menemani di sisi Albert. Dia mengabaikan kepeduliannya pada sang putri yang keberadaannya tidak diketahui. Sofia juga sudah mendengar bahwa Akira melarikan diri setelah peristiwa penembakan terjadi. Meski jujur dia mencemaskan cucunya yang juga dibawa kabur.Lu