Bukan Albert namanya jika tidak bisa membongkar identitas pelaku kecelakaan yang sudah membuat istrinya menjadi korban. Dia menemukan orang yang mengemudikan mobil malam itu. Tapi seperti dugaannya, orang itu hanya sekedar menjadi pelaksana.Albert yakin ada otak lain yang berada di balik rencana itu. Albert menekan pengemudi mobil itu untuk bicara dan menyebutkan nama orang yang sudah membayarnya.“Kenapa kamu berniat untuk mencelakakan istriku, hah?” bentak Albert saat dipertemukan langsung dengan pengemudi mobil itu di suatu tempat yang tak mudah dijangkau oleh orang lain. Beberapa anak buah Albert juga ada di sana untuk mengawasi.“Kami tidak berniat untuk mencelakakan istrimu,” bantah pengemudi bernama Heri itu.“Maksudmu Akira hanyalah korban salah sasaran begitu? Jadi benar bahwa kalian sebenarnya mengincar diriku?” tanya Albert lebih lanjut.Albert juga menyuruh anak buahnya untuk tidak berhenti memberikan siksaan pada Heri. Albert ingin penjahat itu merasakan sakit hingga ta
Kaizar tidak tahu siapa orang yang sudah mendukungnya secara diam-diam dan memberinya informasi tentang Albert. Kaizar gagal melacak pengirim pesan rahasia itu karena nomornya sudah tidak aktif saat berusaha dia hubungi. Namun entah siapa pun orangnya, Kaizar menjadi lebih bergairah untuk melakukan rencananya karena merasa memiliki pendukung.Kaizar menyadari satu hal bahwa ternyata bukan hanya dirinya yang memusuhi Albert. Dia yakin pengirim pesan itu juga memiliki masalah dengan Albert. Kaizar tidak terlalu peduli siapa pengirim pesan itu sebenarnya.Tapi yang pasti dia tidak akan menyia-nyiakan informasi penting yang sudah dia dapatkan. Tidak ada yang lebih baik dari pada menyerang Albert saat laki-laki itu ketika sedang sendiri tanpa penjagaan keamanan.Albert memiliki jadwal perjalanan bisnis ke luar kota yang akan dilakukan tiga hari mendatang. Kaizar langsung menandai hari penting itu di kalendernya. Setidaknya dia memiliki waktu dua hari untuk menyiapkan rencana secara matang.
“Selamat siang, Ibu Akira. Kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwa suami anda atas nama Albert Kenzi Erdinata telah mengalami kecelakaan.”Informasi dari polisi sudah tak mengejutkan Akira lagi. Itu adalah kabar yang memang dia tunggu sejak tadi. Rupanya Kaizar kembali membuat rencana untuk mencelakakan Albert dan kali ini eksekusinya berhasil.Polisi mengabarkan bahwa Albert sudah dilarikan ke rumah sakit dan Akira diminta untuk segera datang ke sana. Akira tidak bersikap panik dan hendak berangkat dengan terburu-buru seperti seorang istri pada umumnya ketika mendapat kabar bahwa suaminya kecelakaan. Akira justru masih bersantai sebelum dirinya memerankan drama istri yang baik.Jangankan bersedih, Akira sebenarnya tidak terlalu peduli dengan keadaan Albert. Kebencian sudah menutup rasa kemanusiaannya. Meski begitu dia tetap harus datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi terkini dari sang suami.Akira pura-pura histeris saat memberitahu Bibi Lastri, Dewi dan beberapa pek
Akira menyuruh Dewi pulang ke rumah dan membawa Elza bersamanya. Dia berpikir situasi rumah sakit tidak akan baik bagi bayinya. Sementara dirinya dan Bibi Lastri tetap di sana untuk menunggui Albert.Dewi pun menuruti perintah sang majikan. Dia dan Elza pulang dengan diantar oleh sopir. Akira juga berpesan agar Dewi menyiapkan pakaian ganti untuknya dan menitipkan pada sopir saat sudah kembali ke rumah sakit nantinya.Setelah cukup lama menunggu, Albert akhirnya membuka mata. Pandangan pertama yang dia lihat adalah Akira. Albert tersenyum melihat Akira menemani di sisinya.“Kamu sudah sadar?” tanya Akira. Albert tak langsung menjawab dan malah memegangi kepalanya yang terluka.“Pasti rasanya sangat sakit ya?” tanya Akira lagi saat melihat Albert sedikit meringis.“Sedikit. Tapi aku bersyukur karena aku masih hidup. Saat berada dalam mobil yang terbalik itu, aku sempat berpikir bahwa aku tidak akan bisa melihatmu lagi untuk selamanya,” ungkap Albert sembari menghembuskan napas berat.“
Akira berdiri menatap kejauhan dari balkon di depan kamar Albert. Dia bersedekap memeluk dirinya sendiri. Pikiran dan hatinya sedang berkecamuk tentang satu hal.“Apa yang sudah aku lakukan tadi,” ucap Akira mempertanyakan kembali sikap yang dia tunjukkan di hadapan Albert.Akira tidak perlu merasa gelisah seandainya dia memang melakukan semua itu sebatas sandiwara. Pasalnya, Akira merasa apa yang dia lakukan pada Albert terjadi secara spontan dan dipengaruhi oleh dorongan hatinya. Pelukannya pada Albert dan semua yang dia katakan tidak pernah dia rencanakan sebelumnya.Entah bagaimana mendengar kata-kata Albert yang memilukan membuat Akira tergerak untuk merangkul laki-laki itu. Akira mempertanyakan ucapannya sendiri saat mengatakan akan selalu membersamai Albert dalam kesulitannya.Akira bingung dari mana kata-kata itu berasal. Jelas dia tidak akan mengatakannya dalam kondisi sadar. Mungkin saja kata itu bersumber dari lubuk hatinya yang terdalam.“Sadar, Akira. Kamu tidak boleh ter
Akira pulang dengan perasaan jengkel. Dia masih tak mengerti dengan jalan pikiran Dannish. setelah sedikit berdebat, Akira pun meninggalkan Dannish begitu saja di lorong rumah sakit. Akira paling tidak suka jika ada orang yang terlalu mempertanyakan keputusannya.“Sudah dua kali dia membujukku dengan hal yang sama. Kalau memang sudah tidak mau mendukungku ya tidak masalah. Tapi aku tidak senang dengan caranya yang berusaha untuk menghalangi aku,” ujar Akira mengeluarkan isi hatinya.“Ada apa, Non? Sepertinya sedang marah,” tegur sopir membuat Akira tersadar bahwa kini dirinya sudah berada di dalam mobil.Akira mengumpat dirinya sendiri yang begitu ceroboh. Seharusnya dia tidak mengatakan sesuatu yang dapat mengundang kecurigaan orang lain kepadanya. Dia baru saja meluapkan perasaannya dengan begitu lepas. Dia memperingati diri sendiri agar lain kali lebih berhati-hati.“Tidak apa-apa, Pak. Hanya ada sedikit kejadian tidak menyenangkan. Lupakan saja. Ayo kita segera pulang. Saya tidak
Insiden kecelakaan tidak hanya membuat Albert mendapatkan kasih sayang dari Sofia. Kini dia juga mendapatkan apa yang dia inginkan dari Akira. Bahkan dia tidak meminta dan Akira sendiri yang membuat keputusannya.Akira memutuskan untuk pindah ke kamar Albert. Akira melakukannya setelah menimbang bahwa dia tidak mungkin membiarkan Albert tinggal seorang diri di kamar dengan keadaan seperti itu. Rasanya sulit jika setiap kali Akira harus bolak-balik antara kamar Albert dan kamar Elza untuk melihat kondisinya.Tidak hanya Akira sendiri, Akira juga membuat Elza ikut pindah bersamanya. Jadilah dalam satu kamar itu mereka tinggal bertiga. Albert sangat senang karenanya. Dalam situasi seperti itu dia memang butuh ditemani banyak orang dan tidak ingin kesepian.Kini Albert bisa melihat wajah Akira setiap akan menutup dan membuka matanya. Akira juga selalu menuangkan perhatian dan kepeduliannya pada Albert. Dia membantu segala kebutuhan laki-laki itu.Pada awalnya Albert merasa senang mendapat
Akira sedang mematut dirinya di depan cermin. Pagi itu dia sangat bersemangat untuk pergi ke kantor. Posisi barunya dalam perusahaan Albert akan dimulai hari itu.Akira sedang asik memoles make up di wajahnya saat Albert memperhatikan tingkah perempuan itu. Setelan blazer dan rok span berwarna hitam membuat penampilannya terlihat berwibawa. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dengan keriting gantung pada bagian ujung.“Cantik sekali ibu bos ini,” puji Albert dengan tetap tak mengalihkan perhatiannya dari Akira. Akira hanya tersenyum tipis menanggapinya.“Siap untuk hari ini?” lanjut Albert membuat Akira berbalik badan dan menghadap Albert.“Aku berusaha keras untuk menyiapkan diriku,” balas Akira membuat Albert tersenyum.“Bagaimana mungkin aku tidak siap? Aku memang sudah lama menargetkan hal ini. Kamu tidak sadar sudah melakukan kesalahan besar, Albert. Sebentar lagi kamu akan hancur,” ucap batin Akira.“Aku yakin kamu pasti bisa mengurus semuanya dengan baik,” ucap Albert berusah