“Selamat siang, Ibu Akira. Kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwa suami anda atas nama Albert Kenzi Erdinata telah mengalami kecelakaan.”Informasi dari polisi sudah tak mengejutkan Akira lagi. Itu adalah kabar yang memang dia tunggu sejak tadi. Rupanya Kaizar kembali membuat rencana untuk mencelakakan Albert dan kali ini eksekusinya berhasil.Polisi mengabarkan bahwa Albert sudah dilarikan ke rumah sakit dan Akira diminta untuk segera datang ke sana. Akira tidak bersikap panik dan hendak berangkat dengan terburu-buru seperti seorang istri pada umumnya ketika mendapat kabar bahwa suaminya kecelakaan. Akira justru masih bersantai sebelum dirinya memerankan drama istri yang baik.Jangankan bersedih, Akira sebenarnya tidak terlalu peduli dengan keadaan Albert. Kebencian sudah menutup rasa kemanusiaannya. Meski begitu dia tetap harus datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi terkini dari sang suami.Akira pura-pura histeris saat memberitahu Bibi Lastri, Dewi dan beberapa pek
Akira menyuruh Dewi pulang ke rumah dan membawa Elza bersamanya. Dia berpikir situasi rumah sakit tidak akan baik bagi bayinya. Sementara dirinya dan Bibi Lastri tetap di sana untuk menunggui Albert.Dewi pun menuruti perintah sang majikan. Dia dan Elza pulang dengan diantar oleh sopir. Akira juga berpesan agar Dewi menyiapkan pakaian ganti untuknya dan menitipkan pada sopir saat sudah kembali ke rumah sakit nantinya.Setelah cukup lama menunggu, Albert akhirnya membuka mata. Pandangan pertama yang dia lihat adalah Akira. Albert tersenyum melihat Akira menemani di sisinya.“Kamu sudah sadar?” tanya Akira. Albert tak langsung menjawab dan malah memegangi kepalanya yang terluka.“Pasti rasanya sangat sakit ya?” tanya Akira lagi saat melihat Albert sedikit meringis.“Sedikit. Tapi aku bersyukur karena aku masih hidup. Saat berada dalam mobil yang terbalik itu, aku sempat berpikir bahwa aku tidak akan bisa melihatmu lagi untuk selamanya,” ungkap Albert sembari menghembuskan napas berat.“
Akira berdiri menatap kejauhan dari balkon di depan kamar Albert. Dia bersedekap memeluk dirinya sendiri. Pikiran dan hatinya sedang berkecamuk tentang satu hal.“Apa yang sudah aku lakukan tadi,” ucap Akira mempertanyakan kembali sikap yang dia tunjukkan di hadapan Albert.Akira tidak perlu merasa gelisah seandainya dia memang melakukan semua itu sebatas sandiwara. Pasalnya, Akira merasa apa yang dia lakukan pada Albert terjadi secara spontan dan dipengaruhi oleh dorongan hatinya. Pelukannya pada Albert dan semua yang dia katakan tidak pernah dia rencanakan sebelumnya.Entah bagaimana mendengar kata-kata Albert yang memilukan membuat Akira tergerak untuk merangkul laki-laki itu. Akira mempertanyakan ucapannya sendiri saat mengatakan akan selalu membersamai Albert dalam kesulitannya.Akira bingung dari mana kata-kata itu berasal. Jelas dia tidak akan mengatakannya dalam kondisi sadar. Mungkin saja kata itu bersumber dari lubuk hatinya yang terdalam.“Sadar, Akira. Kamu tidak boleh ter
Akira pulang dengan perasaan jengkel. Dia masih tak mengerti dengan jalan pikiran Dannish. setelah sedikit berdebat, Akira pun meninggalkan Dannish begitu saja di lorong rumah sakit. Akira paling tidak suka jika ada orang yang terlalu mempertanyakan keputusannya.“Sudah dua kali dia membujukku dengan hal yang sama. Kalau memang sudah tidak mau mendukungku ya tidak masalah. Tapi aku tidak senang dengan caranya yang berusaha untuk menghalangi aku,” ujar Akira mengeluarkan isi hatinya.“Ada apa, Non? Sepertinya sedang marah,” tegur sopir membuat Akira tersadar bahwa kini dirinya sudah berada di dalam mobil.Akira mengumpat dirinya sendiri yang begitu ceroboh. Seharusnya dia tidak mengatakan sesuatu yang dapat mengundang kecurigaan orang lain kepadanya. Dia baru saja meluapkan perasaannya dengan begitu lepas. Dia memperingati diri sendiri agar lain kali lebih berhati-hati.“Tidak apa-apa, Pak. Hanya ada sedikit kejadian tidak menyenangkan. Lupakan saja. Ayo kita segera pulang. Saya tidak
Insiden kecelakaan tidak hanya membuat Albert mendapatkan kasih sayang dari Sofia. Kini dia juga mendapatkan apa yang dia inginkan dari Akira. Bahkan dia tidak meminta dan Akira sendiri yang membuat keputusannya.Akira memutuskan untuk pindah ke kamar Albert. Akira melakukannya setelah menimbang bahwa dia tidak mungkin membiarkan Albert tinggal seorang diri di kamar dengan keadaan seperti itu. Rasanya sulit jika setiap kali Akira harus bolak-balik antara kamar Albert dan kamar Elza untuk melihat kondisinya.Tidak hanya Akira sendiri, Akira juga membuat Elza ikut pindah bersamanya. Jadilah dalam satu kamar itu mereka tinggal bertiga. Albert sangat senang karenanya. Dalam situasi seperti itu dia memang butuh ditemani banyak orang dan tidak ingin kesepian.Kini Albert bisa melihat wajah Akira setiap akan menutup dan membuka matanya. Akira juga selalu menuangkan perhatian dan kepeduliannya pada Albert. Dia membantu segala kebutuhan laki-laki itu.Pada awalnya Albert merasa senang mendapat
Akira sedang mematut dirinya di depan cermin. Pagi itu dia sangat bersemangat untuk pergi ke kantor. Posisi barunya dalam perusahaan Albert akan dimulai hari itu.Akira sedang asik memoles make up di wajahnya saat Albert memperhatikan tingkah perempuan itu. Setelan blazer dan rok span berwarna hitam membuat penampilannya terlihat berwibawa. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dengan keriting gantung pada bagian ujung.“Cantik sekali ibu bos ini,” puji Albert dengan tetap tak mengalihkan perhatiannya dari Akira. Akira hanya tersenyum tipis menanggapinya.“Siap untuk hari ini?” lanjut Albert membuat Akira berbalik badan dan menghadap Albert.“Aku berusaha keras untuk menyiapkan diriku,” balas Akira membuat Albert tersenyum.“Bagaimana mungkin aku tidak siap? Aku memang sudah lama menargetkan hal ini. Kamu tidak sadar sudah melakukan kesalahan besar, Albert. Sebentar lagi kamu akan hancur,” ucap batin Akira.“Aku yakin kamu pasti bisa mengurus semuanya dengan baik,” ucap Albert berusah
Posisi sebagai pimpinan perusahaan membuat Akira lebih leluasa untuk menjalankan rencananya. Sejak awal dia memang bertujuan untuk menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan Albert. Perlahan Akira mulai mencari cara untuk memindahkan aset perusahaan Albert menjadi miliknya.Akira bukan perempuan yang gila harta dan kekuasaan. Hanya saja dia melakukan semua itu untuk menciptakan rasa pengkhianatan dalam diri Albert. Seperti yang pernah akira rasakan, Albert harus merasakan bagaimana disakiti oleh orang yang pernah dia percayai.Selain fisiknya yang tak lagi normal, Akira juga ingin meruntuhkan kekuasaan Albert. Dengan merenggut segala yang Albert miliki maka Akira berpikir saat itulah dia benar-benar akan melihat Albert hancur. Namun sebelum mencapai tujuannya, Akira harus selalu berhati-hati dan menjaga sikap agar tidak mengundang kecurigaan dari siapa pun.Selain disibukkan dengan peran barunya di kantor, kini Akira juga selalu meluangkan waktunya untuk merawat sang suami. Dia ingin
Setelah bersepakat untuk menjalani terapi pengobatan dengan Dokter Aldi, Albert mulai lebih serius untuk berusaha mendapatkan kesembuhannya. Dokter Aldi memberikan jadwal terapi selama tiga kali seminggu. Setiap itu pula dia akan datang ke rumah Albert.Seperti hari itu, Dokter Aldi datang saat hari Minggu. Kebetulan Akira juga sedang menghabiskan libur akhir pekannya di rumah. Kini dia bisa menyaksikan proses terapi Albert secara langsung.Pertama-tama Dokter Aldi membantu Albert untuk bangkit dari kursi rodanya. Dia menyuruh Albert untuk berpegangan pada sebuah benda yang berfungsi layaknya tongkat untuk menahan beban tubuh Albert. Sembari memapah Albert, dokter itu meminta Albert mulai melangkah secara perlahan.Akira hanya menyaksikan pemandangan itu. Dia bisa melihat sesekali Albert tampak meringis kesakitan. Tak dapat dipungkiri, terkadang hati nurani Akira merasa kasihan melihat kondisi Albert. Selain sakit fisik, mental Albert juga diuji dengan kelumpuhan itu.Setelah berlangs