Akira sedang mematut dirinya di depan cermin. Pagi itu dia sangat bersemangat untuk pergi ke kantor. Posisi barunya dalam perusahaan Albert akan dimulai hari itu.Akira sedang asik memoles make up di wajahnya saat Albert memperhatikan tingkah perempuan itu. Setelan blazer dan rok span berwarna hitam membuat penampilannya terlihat berwibawa. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dengan keriting gantung pada bagian ujung.“Cantik sekali ibu bos ini,” puji Albert dengan tetap tak mengalihkan perhatiannya dari Akira. Akira hanya tersenyum tipis menanggapinya.“Siap untuk hari ini?” lanjut Albert membuat Akira berbalik badan dan menghadap Albert.“Aku berusaha keras untuk menyiapkan diriku,” balas Akira membuat Albert tersenyum.“Bagaimana mungkin aku tidak siap? Aku memang sudah lama menargetkan hal ini. Kamu tidak sadar sudah melakukan kesalahan besar, Albert. Sebentar lagi kamu akan hancur,” ucap batin Akira.“Aku yakin kamu pasti bisa mengurus semuanya dengan baik,” ucap Albert berusah
Posisi sebagai pimpinan perusahaan membuat Akira lebih leluasa untuk menjalankan rencananya. Sejak awal dia memang bertujuan untuk menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan Albert. Perlahan Akira mulai mencari cara untuk memindahkan aset perusahaan Albert menjadi miliknya.Akira bukan perempuan yang gila harta dan kekuasaan. Hanya saja dia melakukan semua itu untuk menciptakan rasa pengkhianatan dalam diri Albert. Seperti yang pernah akira rasakan, Albert harus merasakan bagaimana disakiti oleh orang yang pernah dia percayai.Selain fisiknya yang tak lagi normal, Akira juga ingin meruntuhkan kekuasaan Albert. Dengan merenggut segala yang Albert miliki maka Akira berpikir saat itulah dia benar-benar akan melihat Albert hancur. Namun sebelum mencapai tujuannya, Akira harus selalu berhati-hati dan menjaga sikap agar tidak mengundang kecurigaan dari siapa pun.Selain disibukkan dengan peran barunya di kantor, kini Akira juga selalu meluangkan waktunya untuk merawat sang suami. Dia ingin
Setelah bersepakat untuk menjalani terapi pengobatan dengan Dokter Aldi, Albert mulai lebih serius untuk berusaha mendapatkan kesembuhannya. Dokter Aldi memberikan jadwal terapi selama tiga kali seminggu. Setiap itu pula dia akan datang ke rumah Albert.Seperti hari itu, Dokter Aldi datang saat hari Minggu. Kebetulan Akira juga sedang menghabiskan libur akhir pekannya di rumah. Kini dia bisa menyaksikan proses terapi Albert secara langsung.Pertama-tama Dokter Aldi membantu Albert untuk bangkit dari kursi rodanya. Dia menyuruh Albert untuk berpegangan pada sebuah benda yang berfungsi layaknya tongkat untuk menahan beban tubuh Albert. Sembari memapah Albert, dokter itu meminta Albert mulai melangkah secara perlahan.Akira hanya menyaksikan pemandangan itu. Dia bisa melihat sesekali Albert tampak meringis kesakitan. Tak dapat dipungkiri, terkadang hati nurani Akira merasa kasihan melihat kondisi Albert. Selain sakit fisik, mental Albert juga diuji dengan kelumpuhan itu.Setelah berlangs
“Bi...Bibi Lastri...,” teriak Akira memanggil asisten rumah tangganya.Akira bermaksud untuk meminta bantuan Bibi Lastri agar bisa menyelamatkan diri dari jebakan Albert. Mereka terjatuh dan bukannya berusaha untuk bangun atau menyingkir, Albert justru fokus menatap Akira hingga membuat perempuan itu merasa tidak nyaman.Bibi Lastri datang tergopoh-gopoh setelah mendengar panggilan dari sang majikan. Tepat saat itu pintu kamar Albert memang terbuka. Bibi Lastri bisa masuk tanpa perlu mengetuknya seperti biasa.Tapi saat melebarkan pintu kamar, sang pembantu langsung berteriak dan terburu-buru menutup mata dengan kedua tangannya. Dia salah paham atas pemandangan yang dia lihat antara Albert dan Akira.“Aduh...maaf tuan dan nona. Saya tidak sengaja langsung masuk saat mendengar panggilan. Mohon maaf jika mengganggu. Saya permisi dulu,” ujar Bibi Lastri berniat untuk cepat mangkir.“Eh, Bi, tunggu dulu. Bibi mau ke mana?” cegah Akira.“Maaf non saya benar-benar tidak tahu kalau tuan dan
Albert tidak mau bersikap gegabah dalam membalas perbuatan Kaizar kepadanya. Albert butuh lebih dari sekedar informasi. Dia memerintahkan anak buahnya untuk mencari bukti kejahatan Kaizar. Bahkan kalau perlu dia menyuruh anak buahnya untuk meringkus orang bayaran yang disewa Kaizar untuk menabraknya.Walau dirinya tak bisa berbuat apa-apa di kursi roda, tapi bukan perkara sulit bagi Albert untuk mengerahkan pasukannya. Keberuntungan terkait harta dan kekuasaan masih ia miliki. Dia bertekad untuk membalas perbuatan Kaizar kepadanya.Dia tidak akan pernah tinggal diam sampai Kaizar mendapatkan balasan yang setimpal. Bagi Albert, perbuatan Kaizar laksana tabuhan genderang perang. Awalnya dia tidak mengindahkan rencana pertama Kaizar yang mengalami kegagalan.Dia berpikir seorang seperti Kaizar tidak akan berani berbuat lebih jauh. Namun ternyata Albert salah menduga. Dia terlalu lengah dan meremehkan Kaizar hingga terjadi tragedi kecelakaan yang tidak bisa dia prediksi.Sekarang setelah
Akira kembali ke rumah saat Albert dan Dokter Aldi sudah memulai terapi. Akira menyempatkan diri untuk menyapa dua laki-laki itu. Albert sedang melakukan latihan berjalan di halaman samping rumah. Pada sebuah meja yang tak jauh dari sana, Akira juga melihat dua gelas minuman dingin sudah tersaji. Pasti Bibi Lastri atau Dewi yang sudah menghidangkannya saat Dokter Aldi datang tadi.Akira yang masih lelah setelah menempuh perjalanan memilih untuk duduk dan hanya memperhatikan usaha Albert. Kerongkongan yang terasa kering membuat Akira turut berhasrat pada minuman di atas meja. Dia kemudian beranjak menuju dapur untuk mengambil minuman lain demi mengentaskan dahaga.Perempuan itu kembali dengan membawa segelas minuman di tangannya. Akira duduk kembali dan menikmati minumannya. Semua pergerakan Akira tak lepas dari pengamatan Albert hingga dia tidak begitu fokus dengan latihannya.“Perhatikan langkahmu, Pak Albert. Jangan hanya memperhatikan istrinya terus,” tegur Dokter Aldi. Albert pun
Hampir semalaman Akira tak bisa tidur dengan nyenyak. Pikirannya begitu tidak tenang. Gelisah bercampur takut menunggu kabar apa yang akan dia dengar tentang Kaizar.Akira yakin itu adalah sesuatu yang serius. Jika tidak, Albert tidak mungkin begitu sumringah saat mengatakannya. Albert seperti telah mendapatkan keberhasilan namun masih ia sembunyikan.Demi mengusir kegamangannya sendiri, pagi itu Akira bersiap untuk pergi ke kantor seperti biasa. Dia berusaha tidak menunjukkan kecemasannya dengan jelas. Sebelum berangkat dia masih sempatkan untuk mengurus Elza. Termasuk juga dengan tingkah aneh Albert yang tak berkurang sama sekali.Akira berangkat ke kantor setelah semua urusan selesai. Sejujurnya pikirannya masih terganggu dengan perkataan Albert semalam. Namun dia berusaha kembali fokus dengan pekerjaannya.Tepat saat jam makan siang, Akira tiba-tiba mendapatkan sebuah pesan via whatsapp dari Albert. Akira begitu penasaran saat mendapati sebuah pesan video. Akira tak sabar dan lang
Kabar penangkapan Kaizar pun sampai ke telinga Adrian dan istrinya, Erna. Mereka langsung tergopoh-gopoh mendatangi kantor polisi. Selama dalam perjalanan mereka merasa panik terutama Erna. Dia tidak tahu penyebab putranya ditahan.Walau memiliki satu pemikiran dan rasa tidak suka yang sama pada Albert, tapi Kaizar merahasiakan rencananya dari Erna. Dia melakukan semuanya tanpa sepengetahuan sang ibu. Termasuk terkait kecelakaan yang menimpa Albert dan Adrian yang jatuh sakit karena diracuni.“Bagaimana bisa anak kita ditangkap polisi, Pa? Kaizar itu anak baik-baik,” ujar Erna merasa syok setelah mendengar kabar buruk itu.“Polisi tidak akan asal tangkap kalau tidak ada penyebabnya, Ma. Pasti ada sesuatu yang sudah dilakukan oleh Kaizar,” komentar Adrian.“Ya siapa tahu saja mereka hanya salah paham,” bela Erna.“Sudah tidak perlu berdebat di sini. Lebih baik kita segera ke kantor polisi dan meminta penjelasan yang sebenarnya di sana,” kata Adrian.Erna pun mengiyakan. Dia mengambil