“Bi...Bibi Lastri...,” teriak Akira memanggil asisten rumah tangganya.Akira bermaksud untuk meminta bantuan Bibi Lastri agar bisa menyelamatkan diri dari jebakan Albert. Mereka terjatuh dan bukannya berusaha untuk bangun atau menyingkir, Albert justru fokus menatap Akira hingga membuat perempuan itu merasa tidak nyaman.Bibi Lastri datang tergopoh-gopoh setelah mendengar panggilan dari sang majikan. Tepat saat itu pintu kamar Albert memang terbuka. Bibi Lastri bisa masuk tanpa perlu mengetuknya seperti biasa.Tapi saat melebarkan pintu kamar, sang pembantu langsung berteriak dan terburu-buru menutup mata dengan kedua tangannya. Dia salah paham atas pemandangan yang dia lihat antara Albert dan Akira.“Aduh...maaf tuan dan nona. Saya tidak sengaja langsung masuk saat mendengar panggilan. Mohon maaf jika mengganggu. Saya permisi dulu,” ujar Bibi Lastri berniat untuk cepat mangkir.“Eh, Bi, tunggu dulu. Bibi mau ke mana?” cegah Akira.“Maaf non saya benar-benar tidak tahu kalau tuan dan
Albert tidak mau bersikap gegabah dalam membalas perbuatan Kaizar kepadanya. Albert butuh lebih dari sekedar informasi. Dia memerintahkan anak buahnya untuk mencari bukti kejahatan Kaizar. Bahkan kalau perlu dia menyuruh anak buahnya untuk meringkus orang bayaran yang disewa Kaizar untuk menabraknya.Walau dirinya tak bisa berbuat apa-apa di kursi roda, tapi bukan perkara sulit bagi Albert untuk mengerahkan pasukannya. Keberuntungan terkait harta dan kekuasaan masih ia miliki. Dia bertekad untuk membalas perbuatan Kaizar kepadanya.Dia tidak akan pernah tinggal diam sampai Kaizar mendapatkan balasan yang setimpal. Bagi Albert, perbuatan Kaizar laksana tabuhan genderang perang. Awalnya dia tidak mengindahkan rencana pertama Kaizar yang mengalami kegagalan.Dia berpikir seorang seperti Kaizar tidak akan berani berbuat lebih jauh. Namun ternyata Albert salah menduga. Dia terlalu lengah dan meremehkan Kaizar hingga terjadi tragedi kecelakaan yang tidak bisa dia prediksi.Sekarang setelah
Akira kembali ke rumah saat Albert dan Dokter Aldi sudah memulai terapi. Akira menyempatkan diri untuk menyapa dua laki-laki itu. Albert sedang melakukan latihan berjalan di halaman samping rumah. Pada sebuah meja yang tak jauh dari sana, Akira juga melihat dua gelas minuman dingin sudah tersaji. Pasti Bibi Lastri atau Dewi yang sudah menghidangkannya saat Dokter Aldi datang tadi.Akira yang masih lelah setelah menempuh perjalanan memilih untuk duduk dan hanya memperhatikan usaha Albert. Kerongkongan yang terasa kering membuat Akira turut berhasrat pada minuman di atas meja. Dia kemudian beranjak menuju dapur untuk mengambil minuman lain demi mengentaskan dahaga.Perempuan itu kembali dengan membawa segelas minuman di tangannya. Akira duduk kembali dan menikmati minumannya. Semua pergerakan Akira tak lepas dari pengamatan Albert hingga dia tidak begitu fokus dengan latihannya.“Perhatikan langkahmu, Pak Albert. Jangan hanya memperhatikan istrinya terus,” tegur Dokter Aldi. Albert pun
Hampir semalaman Akira tak bisa tidur dengan nyenyak. Pikirannya begitu tidak tenang. Gelisah bercampur takut menunggu kabar apa yang akan dia dengar tentang Kaizar.Akira yakin itu adalah sesuatu yang serius. Jika tidak, Albert tidak mungkin begitu sumringah saat mengatakannya. Albert seperti telah mendapatkan keberhasilan namun masih ia sembunyikan.Demi mengusir kegamangannya sendiri, pagi itu Akira bersiap untuk pergi ke kantor seperti biasa. Dia berusaha tidak menunjukkan kecemasannya dengan jelas. Sebelum berangkat dia masih sempatkan untuk mengurus Elza. Termasuk juga dengan tingkah aneh Albert yang tak berkurang sama sekali.Akira berangkat ke kantor setelah semua urusan selesai. Sejujurnya pikirannya masih terganggu dengan perkataan Albert semalam. Namun dia berusaha kembali fokus dengan pekerjaannya.Tepat saat jam makan siang, Akira tiba-tiba mendapatkan sebuah pesan via whatsapp dari Albert. Akira begitu penasaran saat mendapati sebuah pesan video. Akira tak sabar dan lang
Kabar penangkapan Kaizar pun sampai ke telinga Adrian dan istrinya, Erna. Mereka langsung tergopoh-gopoh mendatangi kantor polisi. Selama dalam perjalanan mereka merasa panik terutama Erna. Dia tidak tahu penyebab putranya ditahan.Walau memiliki satu pemikiran dan rasa tidak suka yang sama pada Albert, tapi Kaizar merahasiakan rencananya dari Erna. Dia melakukan semuanya tanpa sepengetahuan sang ibu. Termasuk terkait kecelakaan yang menimpa Albert dan Adrian yang jatuh sakit karena diracuni.“Bagaimana bisa anak kita ditangkap polisi, Pa? Kaizar itu anak baik-baik,” ujar Erna merasa syok setelah mendengar kabar buruk itu.“Polisi tidak akan asal tangkap kalau tidak ada penyebabnya, Ma. Pasti ada sesuatu yang sudah dilakukan oleh Kaizar,” komentar Adrian.“Ya siapa tahu saja mereka hanya salah paham,” bela Erna.“Sudah tidak perlu berdebat di sini. Lebih baik kita segera ke kantor polisi dan meminta penjelasan yang sebenarnya di sana,” kata Adrian.Erna pun mengiyakan. Dia mengambil
Albert puas sudah berhasil membuat Kaizar mendekam di penjara. Meski sampai di situ saja sebenarnya dia merasa hukuman yang diberikan pada Kaizar belum sebanding dengan cacat yang dia derita. Namun Albert mencukupkan pembalasannya hanya sampai di titik itu.Bukan tanpa sebab dia memberikan keringanan. Seandainya dia mengalami kelumpuhan seumur hidup, maka pasti dia juga akan membuat Kaizar menderita sepanjang hidupnya. Tapi belakangan ini Albert merasakan kondisinya berangsur membaik.Terapi rutin yang dilakukan dengan Dokter Aldi mulai terlihat membuahkan hasil. Perlahan Albert merasa kakinya tidak begitu kaku seperti sebelumnya. Dia sudah mulai bisa menggerakkannya sedikit demi sedikit.Dokter Aldi mengapresiasi atas kemajuan kondisi Albert. Albert juga senang dan berharap dapat segera pulih. Meski proses perkembangan itu tidak dapat diketahui oleh Akira yang belakangan tampak sangat sibuk.Albert tidak mengerti apa saja yang harus diurus Akira sampai menyita banyak waktu. Akira yan
“Kalian siapa dan untuk apa datang ke sini?” tanya Akira saat menemui dua orang petugas dari salon.“Kami dari salon B’Glow. Kami datang atas perintah Pak Albert untuk membawa ibu ke salon,” jawab salah seorang petugas memakai name tag Delia.“Salon? Tapi untuk apa saya dibawa ke salon? Apalagi ini masih jam kerja dan saya punya banyak tugas,” ujar Akira.“Kalau masalah itu kami juga kurang tahu, Ibu. kami hanya melakukan perintah dari Pak Albert.”Akira merasa heran dengan perbuatan Albert kali ini. Dia tidak mengerti untuk apa dirinya dibawa ke salon. Akira tahu yang dapat menjawab pertanyaannya bukanlah dua petugas itu melainkan Albert sendiri.Akira pun memutuskan untuk menghubungi Albert. Jika memang alasannya tidak terlalu penting maka dia tidak akan setuju untuk pergi.“Tidak perlu banyak tanya atau pun protes, Akira. Pokoknya ikuti saja semua arahan orang-orang suruhanku. Kamu akan tahu jawabannya nanti malam,” ujar Albert memancing rasa penasaran saat berbicara dengan Akira d
Akira terbelalak menatap Albert saat laki-laki itu tiba-tiba mempertanyakan perihal berkas pengalihan aset perusahaan. Akira hanya diam. Lidahnya kelu tidak bisa memberikan jawaban. Otaknya berantakan tak mampu merangkai bahasa untuk diucapkan. Akira tidak tahu bagaimana Albert bisa mengetahui rahasia yang sudah dia sembunyikan dengan rapat.“Kenapa kamu diam, Akira? Tadi aku mendapatkan telepon dari salah seorang temanku. Ya kau tahu sendiri tidak semua temanku adalah orang baik. Beberapa dari mereka juga bekerja untuk sesuatu yang terbilang ilegal. Dia mengatakan padaku bahwa dia menerima job pemalsuan tanda tangan yang di dalamnya berisi data perusahaanku. Aku tidak tahu banyak hal selama ini dan fokus dengan proses kesembuhanku. Tapi kamu adalah pimpinan di sana. Apa kamu bisa menjelaskan maksud semua itu?” ujar Albert semakin gigih menagih jawaban Akira.Akira merutuki diri sendiri dalam hati. Langkahnya kurang cermat. Seharusnya dia tidak boleh melupakan bahwa Albert memiliki ja